Limbah lunak organik merupakan jenis limbah yang berasal dari bahan-bahan organik dan memiliki tekstur lembut. Limbah ini bisa berupa sisa makanan, daun-daunan, sisa sayuran, kulit buah, dan lainnya.
Limbah lunak organik bisa diolah kembali menjadi produk bermanfaat, seperti pupuk kompos, pakan ternak, atau bahkan bahan bakar organik.
Proses pengolahan limbah lunak organik tidak hanya akan mengurangi jumlah sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA), tetapi juga mendukung kelestarian lingkungan melalui pemanfaatan kembali sumber daya alam.
6 Langkah Mengolah Limbah Lunak Organik
Pengumpulan Limbah
Langkah pertama dalam pengolahan limbah lunak organik adalah pengumpulan bahan-bahan organik dari rumah tangga, pasar, atau dapur restoran.
Proses ini melibatkan pemisahan limbah organik dari limbah anorganik untuk memastikan limbah yang terkumpul hanya berasal dari bahan organik.
Wadah khusus yang digunakan untuk pengumpulan juga sebaiknya memiliki penutup agar tidak menimbulkan bau atau menarik perhatian serangga.
Pemilahan dan Pembersihan
Setelah limbah lunak organik dikumpulkan, lakukan pemilahan untuk memastikan tidak ada benda-benda yang bukan bahan organik, seperti plastik, kaca, atau logam, yang ikut tercampur.
Hal ini penting untuk menjaga kualitas hasil akhir dari proses pengolahan. Setelah itu, limbah organik yang terkumpul dicuci untuk membersihkan kotoran atau zat-zat kimia yang mungkin ada.
Baca juga Peneliti UI Kembangkan Teknologi Penyerap Karbon Dioksida dari Limbah Plastik
Pemotongan atau Pencacahan
Limbah yang telah dipilih kemudian dicacah atau dipotong menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Proses ini bertujuan untuk mempercepat proses penguraian bahan organik.
Pemotongan atau pencacahan bisa dilakukan secara manual dengan pisau atau menggunakan mesin pencacah khusus. Semakin kecil potongan limbah, semakin cepat proses dekomposisi terjadi.
Fermentasi atau Pengomposan
Proses fermentasi atau pengomposan adalah langkah inti dalam pengolahan limbah lunak organik. Limbah yang telah dicacah dicampur dengan bahan pembantu seperti serbuk gergaji atau sekam padi, kemudian dimasukkan ke dalam wadah khusus.
Proses ini memerlukan waktu sekitar 1-3 bulan tergantung pada jenis bahan organik dan metode yang digunakan. Selama fermentasi, pastikan wadah tertutup rapat dan suhu serta kelembaban dijaga agar bakteri pengurai dapat bekerja optimal.
Pemantauan dan Pembalikan
Selama proses pengomposan berlangsung, lakukan pemantauan secara berkala terhadap suhu dan kelembaban kompos. Jika terlalu kering, tambahkan sedikit air, sedangkan jika terlalu basah, tambahkan bahan kering seperti serbuk gergaji.
Selain itu, lakukan pembalikan kompos setiap 2-3 minggu untuk menjaga sirkulasi udara dan mempercepat proses penguraian.
Penyaringan dan Pengemasan
Setelah proses pengomposan selesai, saring kompos untuk memisahkan bahan yang sudah terurai dengan baik dari bagian yang masih kasar.
Kompos yang halus dan siap pakai dapat langsung digunakan sebagai pupuk organik. Pupuk ini bisa dikemas dan disimpan atau dijual sebagai produk ramah lingkungan yang dapat membantu meningkatkan kesuburan tanah.
Baca juga Limbah Organik Frass, “Rahasia” Pertanian Berkelanjutan di Masa Depan
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News