um dan uny melakukan adaptasi instrumen social emotional competence guna meningkatkan social emotional competence siswa i gifted indonesia - News | Good News From Indonesia 2024

UM dan UNY Lakukan Adaptasi Alat Ukur Psikologi, Tingkatkan Social Emosi Siswa Gifted Indonesia

UM dan UNY Lakukan Adaptasi Alat Ukur Psikologi, Tingkatkan Social Emosi Siswa Gifted Indonesia
images info

Saat ini, berbagai jenjang sekolah telah menerima siswa yang memiliki beragam tingkat kemampuan dan target atau motivasi belajar yang beragam pula.

Tak jarang ditemui murid yang telah memiliki berbagai pencapaian secara akademis maupun non-akademis. Namun, terdapat pula siswa yang tidak terlibat secara aktif dalam salah satu maupun kedua bidang tersebut.

Tidak hanya perbedaan dalam segi kompetensi pendidikan, tetapi kemampuan intrapersonal seperti kompetensi sosial emosional serta keadaan kesehatan mental dari tiap siswa merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan.

Dalam realita saat ini, anak-anak yang mengalami kesulitan belajar dapat dipengaruhi oleh salah satu faktor, yaitu kurangnya kompetensi sosial emosional yang dimiliki. Dengan demikian, diperlukan adanya adaptasi secara bertahap untuk dapat memahami materi.

Bagaimana Mengembangkan Kompetensi Sosial-Emosi Siswa?

Kompetensi sosial emosional adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk mengelola emosi dan menjalin hubungan dengan orang lain. Dengan begitu, dapat menentukan arah interaksi sosial dengan efektif.

Dengan mengembangkan kompetensi sosial emosional di kalangan siswa terutama gifted, maka orang tua, pendidik, dan orang dewasa lainnya perlu mendukung dan mengembangkan kompetensi ini melalui bimbingan serta pemberian contoh atau model yang berperan secara positif.

Tanpa dukungan tersebut dalam mengembangkan dan mengevaluasi kemampuan sosial emosional, siswa gifted dapat menunjukkan perilaku yang cukup kompleks. Contohnya, muncul perasaan superioritas, kurangnya strategi dalam mengatasi kebosanan, hingga munculnya motivasi buruk yang dinilai tidak relevan dengan minat atau hasratnya.

Namun, dengan inovasi seperti apapun, akan menjadi kurang merata jika siswa gifted yang berasal dari kelompok minoritas tidak dapat merasakan hasil pengembangan riset ini.

Oleh karena itu, tim peneliti Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang (FPsi UM) yang diusul oleh Dr. Nur Eva, S.Psi., M.Psi., Psikolog, dan melibatkan beberapa pihak seperti Dr. Tutut Chusniyah, M.Si., Prof. Dr. M. Ramli, M.A., serta Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si., selaku peneliti mitra dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), mengadakan sebuah adaptasi alat ukur untuk meningkatkan social emotional competence siswa gifted di Indonesia. Caranya melalui pengembangan e-modul affective curriculum yang dapat dijangkau oleh siswa gifted dari kelompok minoritas.

Adaptasi The Social-Emotional Competence Questionnaire (SECQ)

Dalam pelaksanaan kolaborasi riset mitra antara 2 perguruan tinggi, yaitu Universitas Negeri Malang dan Universitas Negeri Yogyakarta, riset ini akan berfokus pada pengembangan e-modul affective curriculum, analisis properti psikometri, hingga pengkajian, dan penyusunan luaran penelitian.

Dengan mengembangkan e-modul affective curriculum, itu dapat mengetahui kompetensi sosial emosional siswa gifted. Karena itu, diperlukan adanya pengukuran yang valid dan reliabel terkait kompetensi. Caranya menggunakan The Social-Emotional Competence Questionnaire (SECQ) yang dikembangkan oleh Zhou dan Ee pada tahun 2012.

SECQ dirancang berdasarkan ‘kepekaan’ terhadap perubahan dari waktu ke waktu. Dengan begitu, dapat membantu praktisi sekolah dan evaluator dalam menilai serta mengidentifikasi tingkat kompetensi sosial emosional siswa sekolah dasar dan menengah.

SECQ sendiri terdiri dari 25 item yang mewakili lima dimensi, yaitu kesadaran diri, kesadaran sosial, manajemen diri, manajemen hubungan, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Sampel penelitian yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 200 siswa di Indonesia.

Dengan melakukan adaptasi alat ukur, maka riset kolaboratif ini akan melalui beberapa tahapan adaptasi menurut Beaton, Bombardier, Guillemin, dan Ferraz (2000). Dimulai dari perijinan penggunaan skala, prakondisi aitem alat ukur; forward translation; sintesis forward translation dengan expert; backward translation; sintesis backward translation; expert review; skala final hasil adaptasi; uji coba skala, dan terakhir review hasil uji coba.

Harapannya adalah hadirnya adaptasi skala ini, bisa membantu siswa untuk mengenal kompetensi sosial emosionalnya dan mengembangkan potensi sesuai kondisi dirinya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NI
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.