Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki beragam kekayaan budaya, termasuk kuliner tradisional yang unik dan kaya akan filosofi. Salah satu kue tradisional yang mencerminkan kekayaan budaya dan tradisi kuliner di NTT adalah kue manggulu. Kue ini berasal dari Sumba Timur dan menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan kuliner masyarakat di sana.
Sejarah Kue Manggulu dari NTT
Kue manggulu memiliki sejarah panjang yang terkait dengan tradisi masyarakat Sumba Timur, khususnya dalam kehidupan sehari-hari dan acara-acara adat. Pada zaman dahulu, kudapan tersebut digunakan sebagai bekal perjalanan bagi para petani dan nelayan. Kue ini dikenal sebagai makanan yang tahan lama dan mudah dibawa karena terbuat dari bahan-bahan alami yang bisa diawetkan dalam waktu lama.
Kue ini pada awalnya dibuat sebagai makanan yang bisa dinikmati kapan saja tanpa khawatir cepat basi, mengingat keterbatasan penyimpanan makanan di masa lalu. Karena itu, kue manggulu menjadi pilihan utama dalam perjalanan jauh, terutama ketika masyarakat Sumba harus menjelajahi area yang sulit dijangkau untuk bercocok tanam atau menangkap ikan.
Mengenal Tradisi Keakraban dalam Kuliner Kue Tamo Khas Sangir
Filosofi di Balik Kue Manggulu
Setiap makanan tradisional di Indonesia memiliki makna filosofis yang mendalam, termasuk manggulu. Kue ini terbuat dari bahan-bahan alami seperti pisang kering yang diolah dengan kacang tanah dan gula aren, yang mencerminkan kesederhanaan dan kearifan lokal.
Filosofi di baliknya adalah nilai kebersamaan dan ketahanan hidup, di mana masyarakat Sumba saling berbagi makanan ini sebagai simbol persahabatan dan kerja sama.
Bahan-bahan alami yang digunakan juga melambangkan hubungan harmonis antara manusia dan alam. Kue manggulu menjadi salah satu bentuk penghormatan terhadap alam yang memberikan kekayaan pangan bagi masyarakat Sumba Timur.
Kisah Kue Sengkulun, Si Cantik Warna-Warni jadi Simbol Kesetiaan Orang Betawi pada Raja Sunda
Cara Pembuatan Kue Manggulu
Pembuatan kue manggulu terbilang sederhana, tetapi membutuhkan kesabaran dan ketelitian dalam setiap prosesnya. Berikut adalah langkah-langkah cara pembuatan kue manggulu:
Bahan Utama
Pisang yang sudah matang, kacang tanah, dan gula aren menjadi bahan utama dalam pembuatan kue ini. Pisang yang digunakan biasanya pisang yang sudah terlalu matang sehingga teksturnya lembek dan manis.
Pengeringan Pisang
Pisang yang sudah matang dikeringkan terlebih dahulu di bawah sinar matahari. Proses pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam pisang sehingga kue lebih tahan lama.
Penggilingan Pisang Kering
Setelah pisang kering, pisang tersebut kemudian dihaluskan atau digiling hingga membentuk adonan yang siap diolah lebih lanjut.
Pencampuran dengan Kacang dan Gula Aren
Adonan pisang kemudian dicampur dengan kacang tanah yang telah disangrai dan dihancurkan kasar, serta gula aren cair sebagai pemanis alami. Campuran ini kemudian dibentuk menjadi balok kecil atau digulung.
Pengemasan
Setelah adonan dibentuk, kue manggulu siap untuk disajikan. Biasanya, kue ini dibungkus menggunakan daun pisang kering atau daun lontar sebagai kemasan tradisional yang ramah lingkungan.
Kue manggulu sangat cocok dinikmati sebagai cemilan sehari-hari atau sebagai oleh-oleh khas dari Sumba Timur. Rasanya yang manis dengan tekstur renyah dari kacang memberikan sensasi yang unik.
Keunikan Kue Manggulu dari NTT
Kue manggulu memiliki beberapa hal spesial yang membuatnya berbeda dari kue tradisional lainnya. Salah satunya adalah ketahanan kue ini yang dapat bertahan dalam waktu lama tanpa bahan pengawet. Penggunaan bahan-bahan alami seperti pisang kering dan gula aren juga memberikan cita rasa khas yang sulit ditemukan di kue lainnya.
Selain itu, cara pembuatannya yang masih menggunakan teknik tradisional menambah keunikan dari kue ini. Pengeringan pisang di bawah sinar matahari dan penggunaan daun pisang sebagai pembungkus memberikan sentuhan khas budaya Sumba Timur yang lestari hingga saat ini.
Kue Gapit: Cemilan Renyah Khas Cirebon yang Wajib Dicoba
Peran Ekowisata dan Lingkungan dalam Produksi Kue Manggulu
Seiring dengan berkembangnya ekowisata di NTT, makanan juga menjadi salah satu produk unggulan yang dipromosikan kepada wisatawan. Masyarakat Sumba Timur, khususnya para pelaku industri rumah tangga, memanfaatkan peluang ini untuk memperkenalkan kue tradisional mereka kepada dunia luar.
Produksi kue manggulu yang ramah lingkungan juga mendukung prinsip ekowisata, di mana proses produksi dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya lokal tanpa merusak lingkungan.
Filosofi dan Waktu yang Tepat Menikmati Kue Manggulu
Kue manggulu biasanya dinikmati dalam suasana santai, seperti ketika berkumpul dengan keluarga atau teman. Namun, dalam konteks adat, kue ini sering disajikan pada acara-acara adat seperti pesta pernikahan atau upacara syukuran. makanan tersebut juga sering dijadikan bekal perjalanan jauh karena ketahanannya.
Filosofi dari kue manggulu mencerminkan kebersamaan, ketahanan, dan rasa syukur atas hasil bumi yang diberikan alam. Makanan ini bukan hanya sekadar pangan, tetapi juga simbol kearifan lokal dan kehidupan yang sederhana namun penuh makna.
Kue manggulu adalah salah satu warisan kuliner yang patut dilestarikan sebagai bagian dari identitas budaya NTT, khususnya Sumba Timur. Dengan cita rasa manis alami dan proses pembuatan yang ramah lingkungan, kue ini memiliki potensi besar untuk menjadi oleh-oleh khas yang semakin dikenal.
Selain itu, keunikan filosofi dan cara penyajian kue ini menambah nilai tersendiri yang membuatnya istimewa. Bagi para pencinta kuliner tradisional, manggulu adalah salah satu sajian yang wajib dicoba.
Sumber Referensi:
https://tripsumba.com/kuliner/kue-manggulu-kue-khas-sumba-yang-lezat/
https://food.indozone.id/selera-nusantara/945155469/cerita-di-balik-kue-manggulu-makanan-khas-sumba-ntt-yang-hampir-punah
https://kupang.tribunnews.com/2022/08/30/kuliner-khas-ntt-mengenal-manggulu-panganan-lokal-khas-sumba-timur-yang-bercitarasa-spesial
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News