berbagi strategi adaptasi dua peneliti iklim indonesia jadi rujukan di tunisia - News | Good News From Indonesia 2024

Berbagi Strategi Adaptasi, Dua Peneliti Iklim Indonesia Jadi Rujukan di Tunisia

Berbagi Strategi Adaptasi, Dua Peneliti Iklim Indonesia Jadi Rujukan di Tunisia
images info

Berbagi Strategi Adaptasi, Dua Peneliti Iklim Indonesia Jadi Rujukan di Tunisia


Indonesia dan Tunisia, meskipun terpisah oleh benua dan samudra, ternyata dihadapkan pada tantangan yang semakin nyata dan mendesak: perubahan iklim global. Kedua negara, yang sama-sama memiliki keragaman geografis dan ekosistem yang kaya, kini mengalami dampak perubahan iklim yang semakin terasa, mulai dari intensifikasi siklus hidrologi yang menyebabkan krisis air bersih dan banjir yang lebih sering, gangguan pada sektor pertanian akibat perubahan pola cuaca dan peningkatan suhu, hingga meningkatnya kerentanan masyarakat, terutama yang berada di wilayah pesisir dan daerah kering, terhadap bencana alam dan krisis pangan.

Dalam konteks inilah, Konferensi TAKSNA di Tunis, ibukota Tunisia (20-22 Oktober 2024) diselenggarakan. Konferensi ini tidak hanya menjadi wadah pertemuan dan pertukaran informasi antar Tunisia dan Indonesia, tetapi juga membuktikan bahwa pengalaman dan solusi lokal, meskipun lahir di tempat yang jauh berbeda, dapat menjadi sumber inspirasi dan inovasi bagi aksi iklim global. Indonesia dan Tunisia berkomitmen untuk menunjukkan kepada dunia bahwa strategi lokal, yang didasarkan pada pengetahuan tradisional dan kondisi sosio-ekologis spesifik, memiliki peran penting dalam mengatasi perubahan iklim yang menjadi tantangan bersama.

Konferensi dibuka dengan sambutan dari Dr. Najoua Bouraoui, Direktur APEDDUB, salah satu LSM terkemuka di Afrika Utara yang berfokus pada isu-isu lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Dalam sambutannya, Dr. Bouraoui menyampaikan pesan inspiratif tentang peran krusial generasi muda dalam menggerakkan aksi iklim, serta menyerukan tindakan nyata dan kolaboratif untuk mengatasi perubahan iklim, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air dan peningkatan ketahanan sektor pertanian. Dr. Bouraoui juga memperkenalkan program-program lokal di Tunisia seperti "Bisky I" dan "Fina Dima" sebagai contoh nyata upaya membangun kapasitas lokal dan mempromosikan perencanaan tata ruang yang berwawasan lingkungan.

Awal Kolaborasi dan Urgensi Adaptasi

Kemitraan Indonesia-Tunisia ini berawal dari pertemuan di Cape Town awal tahun ini, di mana C4ledger dan APEDDUB, sebagai perwakilan dari kedua negara, menemukan kesamaan visi dan tujuan dalam sebuah inisiatif manajemen pengetahuan yang diselenggarakan oleh South South North (SSN), sebuah organisasi internasional yang berfokus pada peningkatan kapasitas dan transfer pengetahuan di negara-negara berkembang.

Krisis air yang semakin diperparah oleh perubahan iklim, seperti meningkatnya frekuensi dan intensitas kekeringan, intrusi air laut, dan penurunan kualitas air tanah, menjadikan kedua negara mitra yang ideal dalam menghadapi tantangan global ini. Kemitraan ini bertujuan untuk menyesuaikan solusi iklim global dengan konteks dan kondisi lokal masing-masing negara, mendokumentasikan dan mempromosikan praktik-praktik sukses yang digerakkan oleh masyarakat dalam beradaptasi dengan perubahan iklim, serta menyuarakan isu-isu penting ini melalui media dan advokasi publik. Tujuan akhirnya adalah mengatasi berbagai masalah akibat perubahan iklim secara komprehensif dan berkelanjutan, memberdayakan masyarakat rentan untuk meningkatkan ketahanan mereka terhadap dampak perubahan iklim, dan merintis jalan bagi aksi iklim yang lebih efektif dan inklusif di masa depan.

Dua Peneliti Indonesia Berbagi Pengetahuan

Salah satu sesi yang paling ditunggu-tunggu dalam konferensi ini adalah presentasi dari dua peneliti Indonesia: Yuni Setyaningsih, S.K.Pm., M.Sc., dan Dr. Moh Taqiuddin.

Yuni Setyaningsih, S.K.Pm., M.Sc., selaku Dosen Studi Pembangunan dan Pusat Pengabdian Masyarakat untuk Potensi Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat (PDPM) di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS); dan Penasihat Komunikasi dan Perantara Pengetahuan C4ledger (Consortiums for Knowledge Managing/Brokering) dalam program VCA di bawah South South North (SSN) Afrika Selatan, dengan antusias membagikan pengetahuan dan pengalamannya kepada para stakeholder di Tunisia. Dalam presentasinya, ia menekankan pentingnya pelibatan aktif masyarakat dalam mencari solusi untuk mengatasi kelangkaan air yang semakin parah di Indonesia akibat perubahan iklim, serta menjelaskan berbagai strategi adaptasi yang telah diimplementasikan oleh masyarakat lokal, seperti pengembangan sistem irigasi yang efisien, konservasi sumber daya air, dan diversifikasi tanaman pangan.

Yuni Setyaningsih, S.K.Pm., M.Sc., memaparkan dampak perubahan iklim pada pertanian di daerah pesisir. Ia menyoroti kerugian panen, kelangkaan air, dan ancaman yang dihadapi masyarakat setempat.
info gambar

Yuni Setyaningsih, S.K.Pm., M.Sc., memaparkan dampak perubahan iklim pada pertanian di daerah pesisir. Ia menyoroti kerugian panen, kelangkaan air, dan ancaman yang dihadapi masyarakat setempat.


Dr. Moh. Taqiuddin menyampaikan presentasi berjudul
info gambar

Dr. Moh. Taqiuddin menyampaikan presentasi berjudul "Climate Knowledge Brokering and Evidence-Based Advocacy in Indonesia".


Dr. Moh. Taqiuddin, Dosen Senior di Fakultas Peternakan Universitas Mataram dan Direktur KONSEPSI sekaligus Pimpinan C4Ledger VCA Indonesia, menyampaikan presentasi berjudul "Climate Knowledge Brokering and Evidence-Based Advocacy in Indonesia". Dalam presentasinya, ia menjelaskan bagaimana perubahan iklim memiliki dampak yang tidak proporsional pada masyarakat rentan, terutama yang tinggal di pedesaan, dan bagaimana kesenjangan sosial dan ekonomi dapat memperburuk kerentanan mereka terhadap bencana alam dan krisis iklim. Dr. Taqiuddin menegaskan perlunya kebijakan yang tidak hanya didasarkan pada keahlian ilmiah dan data empiris, tetapi juga mempertimbangkan pengetahuan lokal yang dimiliki oleh masyarakat, serta menyerukan peningkatan partisipasi publik dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Kedua peneliti ini dengan jelas menggambarkan bagaimana Indonesia berupaya mengatasi krisis air yang dipicu oleh perubahan iklim, dan bagaimana upaya tersebut telah memberikan kontribusi signifikan terhadap dialog internasional yang lebih luas tentang keadilan iklim.

Bagi Tunisia, TAKSNA menjadi sebuah kesempatan emas untuk menunjukkan kebijakan iklim nasional dan upaya adaptasi yang telah dilakukan. Tunisia secara aktif belajar dari pendekatan Indonesia dalam menghadapi tantangan serupa, menciptakan pertukaran praktik terbaik yang saling menguntungkan bagi kedua negara. Peran Tunisia dalam konferensi ini juga menggarisbawahi komitmennya untuk membangun masa depan berkelanjutan melalui kerja sama internasional dan pelibatan masyarakat.

Looking Forward

Ke depannya, TAKSNA hanyalah awal dari kolaborasi yang lebih luas antara Tunisia dan Indonesia. Pada bulan Desember mendatang, Pekan Iklim Indonesia akan melanjutkan dialog yang dimulai di TAKSNA, dengan menghadirkan sesi berbagi pengetahuan, diskusi nasional, pameran produk masyarakat, dan kampanye publik yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang perubahan iklim. Tujuannya adalah untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah dan melibatkan masyarakat luas dalam aksi iklim.

Konferensi TAKSNA merupakan langkah penting dalam kerja sama iklim internasional, khususnya antara Indonesia dan Tunisia. Melalui kontribusi para ahli, acara ini menyoroti pentingnya mengintegrasikan pengetahuan lokal dengan keahlian ilmiah untuk mengembangkan solusi iklim yang efektif dan bermakna. Pelajaran yang dipetik dari TAKSNA tidak hanya akan bermanfaat bagi kedua negara, tetapi juga akan berkontribusi pada penguatan upaya global dalam mengatasi perubahan iklim

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

AH
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.