Kepulauan Seribu menyimpan banyak monumen sejarah yang tak perlu diragukan lagi, salah satunya adalah di Pulau Cipir atau Pulau Kayangan. Di pulau ini pernah menjadi rumah sakit haji pada zaman kolonial Belanda.
Rumah sakit ini disebut memiliki fasilitas yang cukup komplit pada zamannya. Karena itu, rumah sakit tersebut juga menangani perawatan dan karantina penyakit menular bagi para jemaah haji pada tahun 1911-1933.
Jelajah Pulau Tidung, Primadona Wisata bagi Warga Jakarta Lepas Suntuk
Saat wisatawan datang ke Pulau Cipir, bisa menyaksikan sisa-sisa bangunan yang berdiri seperti bilik kamar, bekas kamar mandi, hingga barak penampungan jemaah haji. Rosadi, menjelaskan Pulau Cipir hanya digunakan untuk karantina jamaah haji.
“Jadi waktu itu mereka turun ke sini, diperiksa kesehatannya, kalau yang sehat nanti di ruangan sana, dan sakit di ruangan satu lagi, nanti kalau yang sakitnya lama dirawat inap dan ditaruh di kamar-kamar pasien, nanti kalau yang sehat dibawa ke Onrust pakai getek, nanti setelah lima hari mereka dipulangkan lagi dari Onrust,” kata pria yang juga pemandu wisata tersebut dimuat Kompas.
Miliki fasilitas lengkap
Di Pulau Cipir terdapat komplek rumah sakit mulai dari laboratorium hingga ruang bedah. Puing-puing bangunan rumah sakit itu pun masih terbilang utuh sehingga masih bisa terbayang situasi dan kesibukan kala itu.
“Tahun 1911 mereka (Belanda) membangun asrama haji, jadi semua keberangkatan haji diberangkatkan dari Pulau Onrust. Mereka dikarantina dulu baru diberangkatkan ke Tanah Suci, setelah kembali mereka akan dibawa ke Pulau Cipir,” ucap Ara yang juga pemandu wisata dinukil dari Detik.
Pulau Sebira, Daratan yang Menyendiri di Pelupuk Cakrawala Ibu Kota
Ara menjelaskan di Pulau Cipir, para calon jemaah haji akan diperiksa kesehatannya. Hal ini karena di Batavia kala itu memang ada rumah sakit, tetapi fasilitasnya lebih lengkap di rumah sakit di Pulau Cipir.
“Di Batavia ada rumah sakit tapi nggak selengkap yang ada di Pulau Cipir ada laboratorium, ruang operasi semuanya ada di Pulau Cipir,” lengkap Ara.
Harus jadi budak
Fasilitas Belanda untuk memberangkatkan warga Muslim Indonesia ke Tanah Suci bertujuan untuk mendapatkan pemasukan. Karena itu, bila jemaah haji tak bisa membayar uang pemberangkatan, saat kembali ke Indonesia akan dijadikan budak.
Setelah usai cek kesehatan, para jemaah itu akan kembali ke Pulau Onrust terlebih dahulu untuk berangkat ke Tanah Suci. Waktu tempuh dari Pulau Onrust ke Tanah Suci kurang lebih hingga satu bulan.
Desa Laguna Pulau Seribu: Keindahan Alam dan Kearifan Lokal
Ara menjelaskan penamaan gelar haji itu merupakan sebuah tanda yang dilakukan oleh Hindia Belanda kepada masyarakat Indonesia. Karena menurut pemerintah Belanda orang yang berangkat ke Tanah Suci dianggap sudah terdoktrin.
“Title haji ini untuk memudahkan karena kan saat itu sudah mulai kan masuk kerajaan Islam yang menyebar ajarannya dan ditakutkan yang melakukan kudeta itu kebanyakan Muslim. Makannya nanti kalau ada kudeta yang dicari adalah haji dan hajah terlebih dahulu,” terangnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News