menelisik lebih dalam tentang permainan tradisional indonesia - News | Good News From Indonesia 2024

Menelisik Lebih Dalam tentang Permainan Tradisional Indonesia

Menelisik Lebih Dalam tentang Permainan Tradisional Indonesia
images info

Bagi sebagaian besar generasi milenial, permainan tradisional adalah kebahagiaan masa kecilnya. Karena teknologi digital belum berkembang secepat sekarang, anak-anak di tahun 90-an ke atas sering mengandalkan permainan bersama teman-temannya, bahkan membuat sendiri alat permainannya.

Berbeda dengan generasi yang lahir di atas tahun 2000, sejak lahir mereka sudah banyak dihadapkan dengan gawai atau biasa disebut generasi digital native. Canggihnya gawai ini membuat anak-anak zaman sekarang tidak terlalu mengenal permainan tradisional.

Permainan tradisional merupakan permainan yang berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Makna mendalam dalam permainan tradisional dapat mendidik dengan cara bermain atau bahasa bermain sambil belajar meskipun tidak kita sadari.

Sejarah Singkat Permainan Tradisional

Mengutip buku Menelisik Permainan Anak-anak dari Zaman Hindia yang ditulis Pusat Data dan Analisis Tempo, ternyata ada berberapa permainan tradisional yang juga dimainkan di Eropa. Misalnya, kuda lumping dimainkan di Inggris sebagai hobby horse, gelindingan ban dimainkan di Belanda disebut hoepoel lopen, juga patok lele yang disebut pietelen.

Meskipun beberapa permainan nusantara sudah mengakar di tengah masyarakat. Namun, kedatangan bangsa Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh budaya di Indonesia terutama permainan anak-anak. Contohnya adalah halma, ular tangga, atau yoyo.

Akar permainan tradisional nusantara sendiri sudah tertanam jauh dalam sejarah bangsa. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa permainan tradisional telah dimainkan sejak zaman kerajaan kuno Hindu-Buddha. Misalnya pada relief candi Borobudur dan Prambanan, menggambarkan anak-anak yang bermain gasing serta egrang.

Kitab Adiparwa yang ditulis oleh Dharmawangsa Teguh dari Kerajaan Medang mencatat, ada sebuah permainan yang dimainkan anak-anak Pandawa dan Kurawa yang berbentuk seperti timbagan.

Baca Juga: Jelang Hari Olahraga Nasional, Ini 3 Permainan Tradisional yang Menyehatkan dan Menyenangkan

Sementara permainan yang sangat khas dari kerajaan Jawa adalah dakon. Permainan ini menggunakan papan dengan 14 ceruk kecil dan 2 ceruk besar serta biji-bijian. Alat yang dipakai dalam permainan tersebut membuat sebagian masyarakat percaya bahwa dakon awal mulanya dimainkan oleh kaum petani.

Dakon kemudian diterima secara cepat di kalangan Keraton. Saking populernya, dakon sempat menjadi penghibur keluarga keraton ketika Pangeran Diponegoro sedang bergerilya melawan pemerintahan Hindia Belanda.

Diterimanya dakon di kalangan keraton terbukti melalui adanya papan dakon yang dipakai oleh Sultan Hamengkubuwono III dan Raden Ayu Mangkarawati. Ahli berpendapat, bisa jadi setiap rumah di Jawa ada mainan dakon semasa kolonial.

Asal-Usul Nama Permainan Tradisional

1. Engklek

Permainan ini sebenarnya berasal dari bangsa Eropa. Engklek disebut juga sebagai Sunda Manda yang diadaptasi dari bahasa Belanda yakni Zondag Maandag, yang bermakna Minggu-Senin. Permainan tersebut dipercaya sebagai hiburan untuk mengawali pekan yang baru setelah hari libur.

Pada mulanya, sering dimainkan oleh anak-anak keluarga Belanda. Kemudian setelah merdeka, permainan ini masih bertahan dan dimainkan di Indonesia hingga sampai seluruh pelosok negeri.

2. Gobak Sodor

Sangat dikenal di dalam negeri, ternyata Gobak Sodor bukan berasal dari Indonesia. Sejumlah literatur menyebutkan kata Gobak Sodor diambil dari Go Back Through The Door. Artinya adalah berarti melewati pintu, sesuai dengan aturan permainan ini. Lidah orang Jawa susah melafalkan, maka mudahnya, permainan ini pun disebut gobak sodor.

Fakta lain menyebutkan, gobak artinya bergerak dengan bebas, dan sodor berarti tombak. Penjabaran tersebut karena dahulu kala para prajurit kerap melakukan permainan yang bernama sodoran untuk melatih keterampilan berperang dengan tombak.

3. Hompimpa

Untuk memainkan giliran pemain dalam permainan berkelompok, anak-anak diharuskan terlebih dahulu melakukan hompimpa. Berdasarkan buku Permainan Tradisional Anak Nusantara, kalimat hompimpa merupakan simbol permulaan dan mencerminkan sikap musyawarah yang tinggi.

Hompimpa alaium gambreng dipercaya berasal dari bahasa Sansekerta yang memiliki arti “dari tuhan kembali ke Tuhan, ayo bermain!" Makna ini mengajarkan kita bahwa segala yang kita dapatkan, baik menang maupun kalah dalam permainan, haruslah kita sadari sebagai nikmat yang berasal dari Tuhan.

Baca Juga: Hilangnya Permainan Tradisional Akibat Pengaruh Globalisasi

Begitulah sekilas mengenai asal-usul permainan tradisional nusantara. Apakah Kawan GNFI masih ada yang memainkannya hingga sekarang?

Referensi:

Tempo (2020). Menelisik Permainan Anak-Anak dari Zaman Hindia Belanda. Datatempo.co

Yulita, Rizki (2017). Permainan Anak Tradisional Nusantara. Badanbahasa.kemdikbud.go.id

https://kids.grid.id/read/473941197/termasuk-budaya-ini-5-nilai-yang-terkandung-dalam-permainan-tradisional-akubacaakutahu?page=all

https://nationalgeographic.grid.id/read/132892647/ingin-bernostalgia-telisik-asal-usul-permainan-tradisional-anak-anak?page=all

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RD
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.