dorong penguatan bahan pangan lokal indonesia untuk sukseskan program makan siang bergizi - News | Good News From Indonesia 2024

Dorong Penguatan Bahan Pangan Lokal Indonesia untuk Sukseskan Program Makan Siang Bergizi

Dorong Penguatan Bahan Pangan Lokal Indonesia untuk Sukseskan Program Makan Siang Bergizi
images info

Badan Pangan Nasional menekankan pentingnya penguatan kualitas konsumsi pangan masyarakat melalui perbaikan gizi khususnya pada generasi Z agar menjadi sumber daya manusia (SDM) yang sehat, aktif dan produktif. 

Hal ini diperlukan untuk menyongsong bonus demografi 2045 yang membutuhkan kesiapan generasi emas yang andal untuk membawa Indonesia menuju negara maju. Hal ini disampaikan dalam diskusi bertajuk “Di Balik Dapur Makan Siang Bergizi: Dari Ladang Hingga ke Piring”, Sabtu (28/9) di JCC Senayan, Jakarta. 

Inisiator dari Nusantara Food Biodiversity, Ahmad Arif,menyoroti program Makan Siang Bergizi yang direncanakan Pemerintahan baru perlu menghindari tren sentralisasi pangan berwujud menu instan.

Menilik Besarnya Potensi Sagu untuk Meningkatkan Ekonomi dan Ketahanan Pangan Indonesia

Ahmad mengungkapkan desentralisasi menu yang bersumber pada pangan hasil olahan petani lokal dapat menjadi jawaban dalam upaya Negara untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat daerah. 

“Salah satu cara untuk mendukung pemberdayaan masyarakat daerah adalah dengan mengalokasikan anggaran pemerintah daerah untuk lebih menyerap pangan lokal, seperti di Brazil yang menggunakan 30 persen anggarannya untuk membeli pangan dari petani lokal,” imbuhnya. 

Pangan lokal

Bahan pangan lokal/KRKP
info gambar

Penutur Pangan Lokal Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Ismu Widjaya, sekaligus pemilik restoran ‘Padmi’ juga memanfaatkan bahan pangan lokal melalui kemitraan dengan para nelayan, petani, dan peladang. 

Ismu membeli bahan-bahan makanan seperti ikan-ikan, ubi, kacang panjang dari para mitra tersebut. Ismu menerapkan prinsip bisnis yang adil dengan memberikan harga yang pantas bagi para mitra. Dengan demikian masyarakat setempat juga turut berdaya. 

“Kami tidak hanya meningkatkan kualitas produk kami, tetapi juga kehidupan mereka,” imbuhnya. 

Ismu menyatakan kekagumannya terhadap gastronomi masyarakat Dayak di Kapuas Hulu. Sumber bahan pangan di Kapuas Hulu sangat beragam. Mereka memiliki berbagai tanaman yang dapat mereka manfaatkan menjadi bahan-bahan masakan berkualitas. 

Kawasan Pangan Nusantara Diresmikan Jadi Lumbung bagi IKN

Contohnya, tanaman Kandis serta Daun Sekumba yang memberikan rasa asam, atau tanaman Sabi yang memiliki cita rasa seperti Wasabi. 

“Saya sudah dua tahun tinggal di Kapuas Hulu dan sampai detik ini belum juga selesai mengidentifikasi bahan pangan yang ada. Karena itu saya sangat percaya pada kekuatan bahan pangan lokal. Setiap hidangan bukan hanya tentang rasa, tetapi juga tentang cerita dan sejarah yang menyertainya,” ujar Ismu. 

Negara berdaulat pangan

Bahan pangan lokal/KRKP
info gambar

Sementara itu, Stephanie Cindy Wangko, Pegiat Sosial Papua Selatan dan Program Manager Yayasan Dahetok Milah Lestari Papua Selatan, menambahkan bahwa pangan lokal tidak hanya dapat menjadi sumber gizi tetapi juga memiliki potensi ekonomi melalui produk olahan seperti sagu sep, abon gastor, minyak albumin, kacang mete, dan keripik pisang. 

Hadapi El Nino, KTT ke-43 ASEAN Prioritaskan Kerja Sama untuk Ketahanan Pangan

Ke depan, Ia berharap bahwa masyarakat lokal akan lebih dilibatkan dalam menyediakan dan mengolah makanan bergizi dan berkolaborasi bersama organisasi masyarakat sipil untuk memberdayakan potensi sumber daya alam di kampung. 

Pada sesi itu, Cindy juga menyoroti komunitas Suku Marind Anim di Kabupaten Merauke, Papua Selatan. Komunitas tersebut menggantungkan hidup sepenuhnya kepada alam dan memenuhi kebutuhan keseharian mereka dengan meramu, berburu, dan menangkap ikan dengan peralatan tradisional. 

Flora dan fauna memegang peran penting dalam kosmologi Suku Marind Anim, dengan makanan pokok seperti sagu, pisang, dan ubi-ubian sebagai sumber karbohidrat, serta daging hewan dan ikan sebagai sumber protein, yang membentuk kesehatan fisik mereka. 

“Namun, sejak bersentuhan dengan orang luar dan program transmigrasi, orang Marind Anim perlahan berpindah dari sagu ke beras, mengubah pola konsumsi mereka dan merusak habitat pangan lokal. Padahal, dahulu mereka dijuluki raksasa dari Papua Selatan karena konsumsi pangan lokal yang membuat anatomi tubuh mereka sangat kekar dengan tinggi badan rata-rata di 1,75 hingga 2 meter,” ujar Cindy. 

 

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.