Pemerintah Kabupaten Kudus baru saja melantik tiga pejabat pratama untuk posisi Kepala Bappeda Kudus serta Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) pada Kamis (3/10).
Menariknya, tiga pejabat tersebut dilantik dan disumpah di bawah Rajah Kalacakra, tempat sakral yang dianggap mampu mengancam jabatan seseorang yang tidak jujur di pemerintahan. Selain di bawah Rajah Kolocokro, para pejabat juga disumpah langsung di bawah megahnya Menara Kudus.
Menelisik Kebudayaan Daerah Melalui Kebendaan, Tradisi, Maupun Bahasa di Kota Kudus
Pj Bupati Kudus, M. Hasan Chabibie mengungkapkan, proses pelantikan pejabat lingkungan Pemerintah Kabupaten Kudus yang dilakukan di kompleks Menara Kudus ini istimewa sebab proses seleksi jabatan juga dilaksanakan secara istimewa.
“Jadi menurut saya tempat yang istimewa di Kabupaten Kudus adalah di Menara Kudus,” jelas M. Hasan Chabibie, sebagaimana dikutip dari Radar Kudus.
Selain itu, para pejabat, terutama yang baru saja dilantik dapat meningkatkan nilai spiritualitas sehingga bisa bekerja dan melayani masyarakat Kabupaten Kudus dengan dilandasi penuh rasa tanggung jawab.
Tradisi Mengganti Kain Kelambu Makam Sunan Kudus
Apa Itu Rajah Kalacakra?
Rajah Kalacakra atau Rajah Kolocokro merupakan salah satu ajian Sunan Kudus yang dipercaya dapat melengserkan para pejabat yang tidak jujur dan tidak amanah. Oleh karena itu, banyak pejabat pemerintah yang disebut takut untuk mendatangi Kota Kudus.
“Banyak yang datang ke sini, yang melewati gerbang itu, akan tumbang dari jabatannya. Kami punya datanya, karena tiap tamu ada daftarnya. Namun, kami tidak bisa menyebutkan,” jelas Yayasan Masjid Mendara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK), Abdul Jalil.
Dari mitos tersebut, para pejabat yang berkunjung ke Sunan Kudus kerap meminta kepada pengelola agar bisa masuk melalui pintu lain, tanpa melewati pintu gerbang yang dirajah Kalacakra.
Rajah Kalacakra terletak di gerbang utama kompleks makam dan Menara Kudus, tepatnya di pintu nomor dua dari selatan. Pada gerbang ini tertulis “Makam Bangunan Sunan Kudus”. Di atas gerbang terdapat atap berbentuk trapesium, mirip dengan bentuk atap rumah adat Joglo.
Mengenal Masjid Menara Kudus: Sejarah, Keunikan, dan Tradisinya
Dahulu, Rajah Kalacakra dipasang oleh Sunan Kudus sebagai upayanya memediasi konflik pewaris Dinasti Kerajaan Demak. Sunan juga ingin menghindarkan Panti Kudus (pesantren yang diasuh Sunan Kudus) dari pengaruh politik.
Konon, menurut cerita masyarakat, Sunan Kudus sangat tidak suka terhadap penguasa semena-mena dan tidak amanah. Oleh karena itu, salah satu Walisongo yang amat menjunjung toleransi ini memasang ajian Rajah Kalacakra di pintu masuk utama ke area Komplek Masjid Menara.
Jalil menambahkan, sebenarnya Rajah Kalacakra bukanlah berkonotasi negatif. Fungsi dari ajian tersebut adalah untuk menyucikan diri dari sifat negatif para pejabat.
“Jadi pejabat harus bersifat amanah, harus suci. Pejabat yang takut mengenai Rajah Kolocokro menandakan ada sesuatu,” imbuhnya.
Mitos Penguasa yang Lengser bila Lewati Gerbang Kalacakra di Kudus
Menara Kudus Pusat Kegiatan Sosial dan Politik
Terlepas dari mitos yang beredar mengenai politik di kompleks makam Menara Kudus, rupanya Menara Kudus sempat menjadi pusat kegiatan sosial dan politik. Hal ini dibuktikan dengan adanya makam Bupati Kudus pertama dan kedua di kompleks Makam Menara Kudus.
“Memang dari dulu urusan sosial, kemasyarakatan, hingga politik dilaksanakan di Menara Kudus,” terang M. Hasan Chabibie.
Dengan adanya pelantikan di Kompleks Makam Menara Kudus ini, Abdul Jalil selaku pengurus turut mengapresiasi inisiatif yang dilaksanakan pemerintah Kabupaten Kudus tersebut. Hal ini menjadi momentum untuk mengembalikan sejarah Kabupaten Kudus pada zaman dulu yang melakukan pelantikan pejabat di kawasan Menara Kudus.
Filosofi Mengaji dan Berdagang yang Bawa Kota Kudus Raih Kemakmuran
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News