4 tokoh wayang ramayana yang melambangkan 4 macam nafsu - News | Good News From Indonesia 2024

4 Tokoh Wayang Ramayana yang Melambangkan 4 Macam Nafsu

4 Tokoh Wayang Ramayana yang Melambangkan 4 Macam Nafsu
images info

Budaya Jawa selalu mengandung falsafah hidup orang Jawa yang menadi petunjuk dan nasihat hidup. Salah satu bentuknya adalah wayang. Tokoh-tokoh wayang memiliki berbagai macam karakter yang mencerminkan watak-watak manusia. Mulai dari sosok kesatria yang melambangkan kebenaran hingga sosok raksasa yang menggambarkan angkara murka.

Kawan GNFI pasti tidak asing lagi dengan cerita Ramayana. Dalam cerita Ramayana, terdapat tokoh-tokoh dari bangsa raksasa yang digambarkan menjadi lambang jenis-jenis nafsu. Terdapat empat jenis nafsu yang dimiliki oleh manusia. Siapa saja tokoh wayang yang menjadi perlambang jenis-jenis nafsu tersebut?

Baca juga: 3 Tokoh Wayang Sakti sebagai Panglima Pasukan Pandawa

1. Dasamuka

Dasamuka atau lebih sering dikenal sebagai Rahwana adalah seorang tokoh yang berasal dari golongan raksasa. Kawan GNFI pasti sangat familiar dengan peran antagonisnya dalam cerita Ramayana, bukan? Rahwana yang menculik Dewi Sinta dari Prabu Rama adalah perlambang sifat nafsu yang pertama.

Ia adalah anak dari Resi Wisrawa dengan Dewi Sukesi. Rahwana memiliki tiga orang saudara yakni Kumbakarna, Sarpakenaka, dan Wibisana. Kesaktiannya sangat sulit dikalahkan. Pusaka-pusaka yang dimilikinya dapat mendatangkan angin ribut dan menciptakan api besar. Ia bahkan pernah membunuh gurunya sendiri, Resi Subali, seorang pertapa dari bangsa kera.

Namun, kesaktiian tersebut justru membuatnya menjadi makhluk yang sewenang-wenang. Dasamuka melambangkan sifat nafsu yang berkobar-kobar atau amarah. Sifat-sifat yang melekat pada dirinya adalah serakah, licik, dan sewenang-wenang. Namun, kesaktiannya tersebut pada akhirnya berhasil dikalahkan oleh Prabu Ramawijaya.

2. Kumbakarna

Saudara kedua Dasamuka ini menjadi perlambang nafsu yang belum puas atau aluamah. Ia adalah sosok raksasa yang memiliki tubuh sangat besar. Namun, ia sangat rakus karena memiliki senjatanya yang bernama Aji Gedongmenga, membuatnya dapat makan minum berlebihan. Selain itu, ia juga memiliki Aji Cirakalasupta, yang membuatnya dapat tidur selama seribu tahun.

Namun, dibalik sifat rakusnya itu, ia memiliki sifat bijak, yakni kejujuran dan keberanian dalam membela tanah airnya. Hal ini terdapat dalam cerita Ramayana. Ia berperang melawan pasukan Prabu Ramawijaya semata-mata untuk membela tanah airnya.

Baca juga: Mengolah Rasa dari Sendratari Ramayana, Pertunjukan Rutin Candi Prambanan Sejak 1961!

3. Sarpakenaka

Nafsu yang dilambangkan oleh tokoh ini adalah jenis nafsu yang belum terkendali atau supiyah. Karakter yang membuatnya dilambangkan sebagai nafsu tersebut adalah nafsu birahinya yang sulit terpuaskan. Hal ini terlihat daridirinya yang masih mencari raksasa lain untuk memuaskan nafsu birahinya meskipun telah memiliki 40 selir raksasa.

Sarpakenaka pernah menggoda Laksmana, adik Ramawijaya bahkan ia juga melamarnya untuk menjadi suaminya tetapi ditolak. Hal ini membuatnya marah dan membalaskan dendamnya kepada Laksmana dengan menjadi senapati atau panglima perang ketika melawan Ramawijaya dan pasukannya. Namun, ia tentu berhasil dikalahkan.

4. Wibisana

Di antara ketiga saudaranya, Wibisana adalah penggambaran jenis nafsu yang paling baik, yakni nafsu mutmainah atau nafsu yang telah terkendali. Karakternya sebagai pembela kebenaran dan selalu mengingatkan saudara-saudaranya agar menjauhi angkara murka, membuatnya menjadi lambang jenis nafsu tersebut.

Ia sangat menentang keinginan Rahwana yang ingin mengawini Sinta yang telah menjadi istri Rama. Pada saat perang, ia mendukung Ramawijaya karena ia meyakini bahwa yang diperangi oleh Ramawijaya adalah angkara murka. Ia bahkan diangkat menjadi adik oleh Ramawijaya dan diberi nama baru, Harya Balik.

Keempat nafsu yang digambarkan pada tokoh-tokoh wayag tersebut tidak sepenuhnya buruk. Apabila tidak ada nafsu-nafsu tersebut, manusia bukanlah manusia, sebab manusia memang diciptakan oleh Tuhan dengan nafsunya. Namun, nafsu-nafsu tersebut harus selalu dikendalikan agar tidak menjerumuskan kepada angkara murka.

Referensi:

Djokopranoto, R. (2020). Mengenal Lebih Dekat Wayang Kulit; Kisah, Nilai, Pakliran, Silsilah, dan Tokoh-tokohnya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Poespaningrat, R. (2008). Nonton Wayang dari Berbagai Pakeliran. Yogyakarta: PT. BP.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

YH
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.