amstirdam titik awal kopi robusta nusantara - News | Good News From Indonesia 2024

Amstirdam, Titik Awal Kopi Robusta Nusantara

Amstirdam, Titik Awal Kopi Robusta Nusantara
images info

Kopi robusta merupakan jenis kopi yang paling banyak tumbuh di Indonesia. Data dari Badan Pusat Statistik (2023) mencatat, pada tahun 2020, robusta menjadi varietas kopi dengan persentase terbesar, yakni 80 persen. 

Karena jumlahnya yang melimpah, kopi robusta banyak digunakan sebagai bahan baku kopi kekinian atau kopi kemasan di Indonesia. Dalam keseharian, robusta juga menjadi jenis kopi yang paling banyak dikonsumsi.

Fenomena inilah yang turut membentuk persepsi "kopi itu punya rasa pahit yang pekat dan kandungan kafein yang kuat", seperti karakter kopi robusta. 

Alhasil, tren konsumsi kopi di Indonesia cenderung berbanding terbalik dengan tren konsumsi kopi global. Di mana van Noordwijk et.al (2021) mencatat, kopi arabika merupakan jenis kopi yang diproduksi secara global, dengan persentase hampir 70%. 

Uniknya, seperti dilansir Kompas.id, meski saat ini punya banyak wilayah produksi yang tersebar di seluruh Indonesia, budidaya kopi robusta Nusantara ternyata berawal di satu wilayah bernama Amstirdam.

Benar, Kawan GNFI tidak salah baca. Nama wilayah ini bukan versi salah ketik dari kota Amsterdam di Belanda. 

Amstirdam adalah sebuah akronim yang mengacu pada empat kecamatan di kabupaten Malang bagian selatan, yakni Ampelgading, Sumbermanjing, Tirtoyudo dan Dampit. Semuanya berada di kawasan lereng Gunung Semeru, Jawa Timur.

Kopi robusta di wilayah ini pertama kali datang pada tahun 1900 sebagai sampel penelitian. Pemerintah kolonial Belanda mendatangkan bibit kopi robusta asal Kongo (Afrika) dari Brussels (Belgia) ke Malang, melalui Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. 

Ketika itu, Kongo masih menjadi wilayah koloni Belgia, sebelum akhirnya merdeka menjadi Republik Demokratik Kongo, pada tahun 1960.

Bibit kopi robusta itu sendiri diharapkan dapat menjadi pengganti kopi liberica yang didatangkan pada tahun 1876 dari Liberia, tetapi nyaris ludes dihantam wabah karat daun pada tahun 1890.

Sebelumnya, nasib serupa juga pernah dialami kopi arabika pada tahun 1876, setelah selama hampir dua abad sebelumnya menjadi jenis komoditas kopi tunggal di Nusantara. 

Selayang Pandang Kopi Indonesia 

Setelah melalui proses penelitian di kebun percobaan wilayah Bangelan (Malang), bibit kopi robusta ini lalu dikirim ke Pulau Sumatra, dengan Solok (Sumatra Barat) dan Jambi sebagai lokasi budidaya awal di luar Pulau Jawa, sebelum akhirnya menyebar di seluruh Nusantara, dan menciptakan ciri khas masing-masing. 

Kopi robusta sendiri lalu ditetapkan pemerintah kolonial Belanda sebagai komoditas kopi andalan pengganti liberica pada tahun 1907. Kopi robusta dari Malang secara khusus sempat dikenal sebagai "Amstirdam Java Coffee" di pasar global. 

Selain karena tahan hama dan cocok ditanam di dataran rendah, kopi pulau Sumatera punya tingkat produktivitas lebih tinggi dari kopi arabika. Dari sinilah kopi itu lalu berkembang menjadi komoditas kopi terbesar di Indonesia.

Uniknya, dalam hal jenama kopi, di era kekinian, kopi Amstirdam dikenal juga sebagai 'Kopi Dampit', mengacu pada lokasi pasar utama jual beli komoditas (termasuk kopi) setempat. 

Pada masa lalu, nama kopi Amstirdam sempat populer dan mencapai puncaknya di era 1950—1970-an. Namun, akhirnya surut di era 1990-an dan digantikan oleh kopi Dampit. 

Dalam hal karakteristik rasa, kopi Amstirdam alias kopi Dampit mempunyai aroma legit dengan menghadirkan sensasi after taste berupa perpaduan rasa karamel dan coklat yang khas, dengan kadar asam lebih rendah dari kopi arabika.

Menelisik Jejak Kopi Robusta di Indonesia 

Karakter khas yang cenderung konsisten ini menjadikannya salah satu kopi robusta populer dari Jawa Timur. Namun, nilai historis sebagai "pionir" kopi robusta di Indonesia menjadikannya semakin menarik untuk dicoba. 

Di sisi lain, nama Amstirdam sendiri layak diangkat pemerintah dan pihak terkait sebagai ciri khas atau identitas utama kopi Dampit. Sebab, di sinilah titik awal perjalanan kopi robusta di Indonesia.

Jadi, selain menikmati rasa khas kopi robusta, di sini kita juga bisa menghidupi semangat "jasmerah" (jangan sekali-kali meninggalkan sejarah) yang dulu pernah dipopulerkan Bung Karno, tentunya dalam perspektif kekinian.

 

Referensi:

BPS-Statistics Indonesia. (2023). Indonesian coffee statistics 2022. BPS-Statistics Indonesia

https://www.batikimono.com/2016/09/membangkitkan-kembali-kejayaan-kopi.html?m=1

https://diperpa.badungkab.go.id/Artikel/18068-mengenal-tanaman-kopi-robusta

jelajah.kompas.id/kopi-nusantara/baca/mencari-jejak-robusta-tua/

van Noordwijk, M., Martini, E., Gusli, S., Roshetko, J. M., Leimona, B., & Nguyen, M. P. (2021). Cocoa and coffee in Asia: contrasts and similarities in production and value addition. Minang PA, Duguma LA, van Noordwijk M, eds.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

YR
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.