Sekitar 20 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, ada wisata bersejarah yang menarik bernama Candi Plaosan. Kawan GNFI dapat mengendarai mobil sekitar 41 menit untuk menuju ke sana. Candi Plaosan berlokasi di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten.
Candi Plaosan buka pada hari Selasa hingga Minggu pukul 8 pagi hingga 5 sore waktu setempat. Pengunjung hanya perlu membayar Rp5 ribu rupiah untuk tiket masuk. Lahan parkir pengunjung di sekitar Candi Plaosan terbilang luas dan dapat menampung banyak kendaraan wisatawan.
Hal yang menarik adalahCandi Plaosan merupakan candi kembar, yaitu Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Dalam bahasa Jawa, Lor berarti utara, sedangkan Kidul berarti selatan. Kedua candi berada di kompleks bangunan yang sama.
Tujuan awal dibangunnya Candi Plaosan adalah sebagai simbol kisah asmara pernikahan beda agama. Para ahli memperkirakan bahwa candi ini dibangun pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dari Kerajaan Mataram Hindu.
Dahulu kala, putri Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra, Sri Kahulunan yang beragama Buddha menikah dengan putra dari Raja Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu. Sayangnya, hubungan mereka ditentang oleh kedua keluarga. Maka dari itu Rakai Pikatan membangun Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul.
Saat pertama kali ditemukan, keadaan Candi Plaosan sangat rusak. Hal ini disebabkan oleh letusan Gunung Merapi pada abad ke 10. Parahnya lagi, gempa bumi di Yogyakarta pada tahun 2006 memperparah keadaan Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul.
Proses pemugaran Candi Plaosan segera dilakukan. Jika kamu mengunjungi Candi Plaosan sekarang, masih terdapat kumpulan batu-batu yang belum selesai disusun. Akan tetapi, tenang saja, beberapa struktur bangunan sudah berdiri kokoh.
Penggabungan arsitektur candi Buddha dan Hindu sangat terlihat di Candi Plaosan. Struktur bangunan candi yang tinggi menunjukkan candi agama Hindu, sedangkan struktur bangunan candi yang lembar menggambarkan ciri candi agama Buddha.
Rakai Pikatan menuangkan sisi romantisnya ke dalam relief candi Plaosan. Terdapat relief bergambar laki-laki sebagai bentuk kagum Pramordhawardani kepada sang suami, Rakai Pikatan. Sebaliknya, relief perempuan menyampaikan rasa cinta Rakai Pikatan terhadap sang istri, Pramordhawardhani.
Tidak hanya itu, terdapat juga relief burung nuri. Dalam agama Hindu, burung nuri dianggap sebagai Dewa Asmara. Burung nuri mempunyai kebiasaan bercengkrama dengan pasangannya. Hal ini mengartikan hubungan yang harmonis.
Pada pintu masuk candi, Kawan GNFI dapat melihat kalamakara. Kalamakara dipercaya dapat menolak roh-roh jahat yang hendak masuk ke dalam candi dan mengingatkan kematian.
Arsitektur Candi Plaosan seolah-olah bercerita bahwa hidup berdampingan di tengah-tengah perbedaan agama tidak menjadi masalah. Selain itu, Rakai Pikatan juga menunjukkan bahwa dia tidak sendiri membangun Candi Plaosan. Hal ini terlihat dari prasasti-prasasti pendek yang terdapat di Candi Plaosan yang menandakan pejabat-pejabat di bawah raja ikut gotong royong membangun candi.
Penulis menyarankan agar Kawan GNFI mengunjungi Candi Plaosan di pagi hari atau menjelang matahari terbenam agar terhindar dari terik matahari. Sambil menunggu Candi Plaosan dibuka, bersepeda di daerah Candi Plaosan saat pagi hari sungguh menyenangkan. Suasananya sangat cocok untuk berfoto-foto.
Kawan GNFI tidak perlu khawatir akan rasa lapar ketika mengunjungi Candi Plaosan. Terdapat beberapa tempat makan yang dikelola oleh penduduk sekitar Candi Plaosan. Tempat makan tersebut bisa menjadi pilihanmu untuk mengisi perut. Selain itu, terdapat juga toko-toko suvenir untuk membeli cendera mata.
Referensi:
Sahruni, S. S., & Birsyada, M. I. (2021). MAKNA AKULTURASI HINDU BUDDHA PADA ARSITEKTUR CANDI PLAOSAN. KARMAWIBANGGA: Historical Studies Journal, 3(2), 61–71. https://doi.org/10.31316/2021
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News