Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berkolaborasi dengan Yayasan Negeri Rempah (YNR) menyelenggarakan International Forum on Spice Routes (IFSR) 2024.
ISFR 2024 bertujuan untuk mendorong dialog lintas budaya dalam mengeksplorasi dan mempertahankan jalur rempah sebagai warisan alam dan budaya. Tahun ini, ISFR mengangkat tema “Spice Routes in Flux: Navigating the Global Transformation and Intercultural Exchange”.
Dengan melibatkan para akademisi, praktisi, diplomat, dan seniman, kegiatan tahunan itu digelar pada 23–26 September 2024. ISFR 2024 menjadi ajang untuk merayakan persamaan dan perbedaan budaya untuk meningkatkan konektivitas regional dan global.
Dewi Kumoratih dari YNR mengatakan, IFSR kali ini ingin menjangkau khalayak lebih luas untuk memperkuat multikulturalisme dan kesetaraan regional.
”Untuk mencapainya, maka perlu upaya kolaboratif yang melibatkan banyak lembaga dan pusat penelitian yang bertransformasi dan bertukar budaya. Mereka mengangkat harkat pentingnya aturan rempah-rempah,” ungkap Dewi, dilansir dari laman brin.go.id.
Revitalisasi jalur rempah
Untuk merevitalisasi jalur rempah sebagai warisan budaya diperlukan wawasan terkait dinamika perdagangan dan pertukaran budaya, serta migrasi untuk mengatur rempah-rempah sesuai konteks kontemporer.
“Keberadaan ruang rempah-rempah ini akan melibatkan penelitian dan dialog kolaboratif dengan negara-negara tetangga. Dialog kolaboratif antara akademisi, pemerintah, industri, dan masyarakat sipil untuk mencapai pemahaman yang lebih tentang rempah-rempah.
Kepala Pusat Riset Masyarakat dan Budaya (PRMB) BRIN, Aulia Hadi menyampaikan, dalam kehidupan nyata, pengembangan lintas disiplin akademis dengan memperkuat dialog dan korporasi antarakademisi dan peneliti.
“Kolaborasi ini mewujudkan hubungan sejarah dan budaya antar bangsa dan membina diplomasi antar budaya sehingga membuka jalan bagi korporasi yang berkelanjutan dan bertahap,” ujarnya.
Baca juga Pameran Rempah dan Kita: Menjelajah Kebudayaan dan Sejarah Indonesia Lewat Rempah-rempah
Menumbuhkan pemahaman budaya
IFSR diharapkan menimbulkan dampak positif dengan membina persahabatan jangka panjang dan pemahaman antar budaya untuk kerja sama internasional di bidang budaya, persahabatan, dan pemahaman antar budaya. Hal ini akan memberikan kontribusi nominasi bersama sejarah rempah-rempah.
“Dilihat dari waktu ke waktu, praktik diplomasi budaya di semua tingkatan dari individu dan masyarakat hingga bangsa sangat relevan. Di mana, makanan rempah-rempah berfungsi sebagai referensi dalam mencari bentuk diplomasi antar bangsa yang mengutamakan interaksi dan dialog hangat di berbagai bidang dan tingkat masyarakat,” kata Hadi.
Maka dari itu, diperlukan landasan untuk referensi, yakni korporasi internasional untuk mewujudkan persaudaraan global dan perdamaian. Adapun caranya adalah dengan memprioritaskan pemahaman antar budaya, rasa hormat, dan pengakuan terhadap budaya keragaman dan warisan yang berbeda.
Baca juga Tradisi Malam Bakupas, Ketika Rempah Jadi Pengikat dalam Masyarakat Minahasa
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News