Masyarakat Minahasa, Sulawesi Utara tidak lepas dari rempah-rempah yang sudah melekat di setiap sendi kehidupan. Selain menjadi bahan makanan dan ekonomi, komoditas ini menjadi pengikat dalam masyarakat.
Hal inilah yang terlihat dalam tradisi gotong royong yang kental dengan kebersamaan dengan nama Malam Bakupas. Tradisi ini menjadi spirit masyarakat Minahasa dalam menjaga budaya sekaligus mempererat hubungan setiap orang.
Mengenal Indonesia Lewat Kuliner Khas Jawa Tengah
Dimuat dari Jalurrempah.Kemdikbud.go.id, Malam Bakupas secara harfiah berarti malam untuk mengupas. Malam Bakupas dilaksanakan sehari sebelum acara besar khususnya acara pernikahan.
“Kata “bakupas” atau “mengupas menggambarkan aktivitas sentral dalam tradisi ini di mana orang banyak berkumpul di rumah mempelai untuk mengolah rempah-rempah yang akan digunakan untuk memasak hidangan dalam perjamuan pernikahan.” tulis Wulandari Zefanya Rumengan.
Rempah yang digunakan
Wulan menjelaskan rempah-rempah yang digunakan, yaitu goraka (jahe). lengkuas, serai, biji pala, bawang merah, daun pandan, kemiri serta cengkeh. Proses pengolahan rempah-rempah dimulai dengan mengupas kulit terluar rempah.
Rempah yang telah dikupas, kemudian dicuci bersih. Kepala koki atau individu yang bertanggung jawab dalam seluruh tahapan memasak akan menginstruksikan proses lanjutan seperti memotong, mencincang, memarut, menumbuk ataupun menggabungkan.
Pameran Rempah dan Kita: Menjelajah Kebudayaan dan Sejarah Indonesia Lewat Rempah-rempah
Dikatakan oleh Wulan, biasanya keluarga yang menyelenggarakan acara akan menyiapkan tenda, pengeras suara (sound system), kursi dan meja panjang. Kemudian, orang-orang akan duduk mengelilingi meja dan mulai bakupas.
Supaya acara ini makin meriah, Malam Bakupas diiringi dengan kompilasi musik tradisional, seperti kalelon-maaruyen, orkes musik bambu, ataupun disko tana. Ada juga makanan tradisional untuk melepaskan rasa lapar.
“Malam Bakupas dilengkapi dengan sajian makanan serta minuman tradisional berupa fermentasi air nira untuk menghangatkan badan,” ucapnya.
Saling berbaur
Wulan mengatakan ketika Malam Bakupas jauh dari nuansa yang kaku dan membosankan. Perempuan dan laki-laki, tua maupun muda berbaur dan bekerja sama. Tak akan ada orang yang merasa asing sebab setiap orang yang terlibat terikat dalam simpul kekeluargaan.
Perjamuan, dilanjutkan olehnya menjadi aktivitas vital yang sarat akan nilai sakral, kultural, dan sosial. Kebutuhan masyarakat Minahasa kepada rempah terekspresikan dalam seni memasak atau gastronomi yang khas.
Minyak Kelapa-Ikan Bikin Ekspor Sulawesi Utara Tembus Rp12 Triliun
“Rempah diibaratkan bukan sekadar dalam urusan pengolahan makanan, dalam Malam Bakupas, keterlibatan rempah diperluas sampai pada penciptaan ruang selebrasi, intimasi, dan solidaritas.”
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News