Pendidikan pra-sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan yang mengembangkan kemampuan kognitif anak. Pendidikan pra-sekolah dasar sendiri bukan merupakan jenjang yang wajib diikuti oleh setiap anak di Indonesia.
Kesadaran orang tua untuk pendidikan pra-sekolah dasar juga masih rendah. Mengapa pendidikan pra-sekolah dasar penting untuk seorang anak? Selain dengan pemantauan dari orang tua, saat mengikuti pendidikan pra-sekolah dasar, anak dapat dipantau tumbuh kembangnya.
Dalam pendidikan pra-sekolah dasar dibentuk juga dasar keterampilan akademis, di mana hal ini sangat krusial untuk pembelajaran pada jenjang selanjutnya di era abad 21. Keterampilan tersebut diantaranya adalah berpikir kritis dan penyelesaian masalah, kreatif dan inovatif, berkolaborasi, serta berkomunikasi.
Akses pendidikan pra-sekolah dasar yang setara merupakan salah satu target dari tujuan perkembangan berkelanjutan dari negara-negara anggota PBB. Harapannya adalah peserta didik dapat memiliki akses yang setara terhadap pendidikan pra-sekolah dasar terlepas dari latar belakang ataupun gender dari anak.
Perkembangan Anak Sesuai Jalur
Dalam data Early Childhood Development Index (ECDI) tahun 2018. Sebanyak 88,3% dari anak di Indonesia telah bertumbuh sesuai dengan tahapannya. Kemampuan yang dinilai dalam ECDI adalah literasi-numerasi, kemampuan fisik, kemampuan sosial, dan kemampuan belajar.
Kemampuan fisik dan kemampuan belajar mencetak skor yang tinggi yakni diatas 95% dari anak Indonesia. Berbanding terbalik dengan skor dari kemampuan literasi-numerasi dan kemampuan sosial-emosional yang berada dibawah angka 70%.
Selain itu mayoritas dari anak dari daerah timur Indonesia memiliki skor ECDI yang lumayan rendah bila dibandingkan dengan anak yang berada di wilayah tengah dan barat Indonesia. Hal ini kemudian dapat dijadikan evaluasi dalam upaya peningkatan mutu anak di Indonesia.
Partisipasi Anak dalam Pendidikan Pra-Sekolah Dasar
Dalam mengikuti pembelajaran di pendidikan pra-sekolah dasar, tidak diperkenankan diskriminasi terhadap gender. Dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), di tahun 2030 anak harus memiliki akses yang setara dan berkualitas baik ia laki-laki maupun perempuan.
Hal ini bertujuan agar dalam pendidikan lanjutan atau pendidikan dasar mereka juga menjadi input yang lebih berkualitas. Dalam survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia, angka yang didapatkan cukup imbang.
Hasilnya adalah partisipan laki-laki memiliki angka 36.44%, sedangkan partisipan perempuan mendapatkan angka 36.27%. Dengan perbedaan yang dibawah satu persen dapat disimpulkan bahwa pendidikan pra-sekolah dasar sudah setara dalam gender.
Di lain sisi, partisipasi anak dalam pendidikan pra-sekolah dasar harus dapat ditingkatkan lagi. Dengan angka yang tidak mencapai 50% maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan belum setara berdasarkan latar belakang anak.
Kegiatan Gallery Walk
Sebagai respon dari pembelajaran mengenai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, mahasiswa PPG Prajabatan UNISMA gelombang 2 tahun 2024 bidang studi Bahasa Inggris melaksanakan kegiatan gallery walk. Kegiatan ini berlangsung pada hari Kamis, 26 September 2024.
Mahasiswa membuat poster atau infografis mengenai topik Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan kemudian dipresentasikan oleh presenter masing-masing kelompok. Dalam kegiatan ini tercipta juga forum diskusi. Presenter berdiskusi dengan visitor dan mendapatkan input baik saran maupun pertanyaan.
Dalam kelompok dua, dibahas mengenai akses yang setara terhadap pendidikan pra-sekolah dasar yang berkualitas. Hasil diskusi dari kegiatan yang didapatkan adalah bagaimana Indonesia dapat meningkatkan angka partisipan siswa pra-sekolah dasar?
Terdapat dua saran untuk peningkatan ini yakni pemerataan fasilitas pra-sekolah dasar dan juga sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran pentingnya jenjang pra-sekolah dasar.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News