Terdapat kisah mistik dan tak masuk akal ketika sebanyak 38 jasad pejuang kemerdekaan yang dimakamkan di Coban Jahe ingin dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Suropati, Kota Malang.
Pasalnya pemindahan yang direncanakan pada tahun 1995 silam ini selalu menemui hambatan di luar nalar. Sehingga, pemindahan 38 jenazah yang telah direncanakan itu selalu batal terlaksana.
Bukit Waung dan Pantai Modangan, 2 Suasana di 1 Lokasi Wisata
“Saat itu, mau dipindahkan ke taman makam pahlawan yang lebih layak di tahun 1995-an. Semuanya sudah dalam bentuk tulang belulang dan ditaruh di mobil, namun mobil nggak bisa jalan,” ujar juru kunci TMP Kali Jahe Muhammad Agus Purwanto yang dimuat Detik.
Agus mengungkapkan mobil tersebut bisa menyala kembali setelah tulang belulang diturunkan. Padahal, lanjutnya saat tulang belulang itu ada di dalam, mobil sama sekali tidak bisa menyala.
“Jadi mobil yang digunakan memindahkan itu mogok, nggak rusak. Artinya beliau-beliau ini memberitahu saya gak mau dipindah, tetapi di sini saja. Padahal rencananya kan mau dipindah ke Tumpang atau makam pahlawan di Kota Malang,” kata Agus.
Bukti sejarah
Karena kejadian itu, 38 jasad pejuang kemerdekaan itu kembali dimakamkan di Coban Jahe. Meski dikuburkan secara massal di lahan kecil dengan simbol batu nisan sederhana. Makam ini jadi bukti sejarah perjuangan pejuang di Kota Malang.
Agus mengungkapkan saat itu terjadi pertempuran yang sangat sengit antara pejuang dengan penjajah yang ingin kembali merebut Indonesia. Para pejuang ini akhirnya harus gugur mempertahankan kemerdekaan.
Pantai Balekambang, Destinasi Wisata di Malang yang Tidak Boleh Dilewatkan!
“Biasanya makam pahlawan itu kan beda lokasi dengan tempat gugurnya, tapi di sini salah satu taman makam pahlawan yang juga menjadi lokasi gugurnya para syuhada dan sayyidah,” terangnya.
Gugur karena dikhianati
Hal yang begitu ironis adalah 38 pejuang kemerdekaan itu gugur karena adanya penghianatan dari dua warga Desa Taji, Kecamatan Jabung, Malang. Penghianat itu memberi informasi ke Belanda tempat beristirahat para pejuang.
Dari informasi tersebut, Belanda mengepung dan membombardir lokasi para pejuang yang tengah beristirahat. Para pejuang sempat melakukan perlawanan hingga bisa membuat Belanda kewalahan.
Ini Wilayah Nongkrong di Malang yang Wajib Dikunjungi!
“Pejuang itu kan sedang istirahat, ada yang sedang mencari makanan di lembah yang dianggap aman, tapi tiba-tiba pukul 11.00 WIB diberondong tembakan di atas bukit, pertempuran sampai sore pukul 17.00 WIB,” bebernya.
Agus mengungkapkan dari 40-an anggota Kompi Gagak Lodra hampir seluruhnya gugur dalam pertempuran. Hanya ada satu prajurit yang bernama Slamet bisa selamat karena melarikan diri.
“Kalau satu kompi ya ada sekitar 40-an, yang selamat melarikan diri satu orang atas nama Pak Slamet saat ini sudah meninggal dunia,” tandasnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News