Cendol merupakan salah satu minuman atau hidangan penutup populer di Asia Tenggara yang dikenal akan kelezatan dan kesegarannya. Kuliner ini terbuat dari tepung beras yang disajikan dengan santan, gula merah, dan es serut.
Cendol menjadi favorit banyak orang di kawasan tropis karena rasanya yang manisa dan dapat menyegarkan tubuh di tengah terik matahari.
Namun, ada satu pertanyaan yang kerap muncul, nih, Kawan. Sebenarnya, dari mana sih asal cendol? Apakah dari Malaysia, Singapura, atau Indonesia?
Mari kita cari tahu lebih dalam sejarah kuliner ini!
Sejarah Awal dan Perkembangan Cendol
Meski cendol kini dikenal luas di berbagai negara, sejarah asal muasalnya masih menjadi perdebatan sengit. Secara umum, cendol sudah ada sejak lama di kawasan Asia Tenggara yang dulu merupakan bagian dari jalur perdagangan kuno yang menghubungkan Nusantara, Semenanjung Malaya, hingga Indochina.
Di Indonesia, cendol diyakini berasal dari Jawa. Dilansir dari detik.com (2023), ahli Sejarah Fadly Rahman mengungkapkan bahwa asal cendol dapat dilacak melalui Kakawin Kresyana yaitu naskah Jawa Kuno yang ditulis oleh Mpu Triguna pada abad ke-12.
Nama "cendol" atau “tjendol” berasal dari Bahasa Jawa yang artinya bengkak, mengacu pada bentuk dari buliran hijau pada minuman manis ini. Cendol juga dikenal dengan sebutan dawet.
Menurut William Wongso, seorang pakar kuliner dan chef, dalam interview program Food Fight di kanal CNA Insider Singapura, menjelaskan dawet sudah ada sejak 300 – 400 tahun lalu dan tertulis salam surat Centhini.
Baca juga: Si Hitam Penuh Pesona, Lepaskan Dahaga Lewat Keunikan Es Dawet Ireng Khas Purworejo
Di Malaysia, cendol juga sangat populer dan dianggap sebagai salah satu minuman tradisional penting. Cendol di Negeri Jiran sering dihidangkan bersama kacang merah dan jagung manis yang mana menyuguhkan variasi rasa yang lebih kaya.
Beberapa orang di Malaysia mengklaim bahwa cendol diperkenalkan oleh orang India yang menetap di sana, sehingga cendol menjadi bagian dari warisan budaya Melayu yang berkembang di Semenanjung Malaya.
Singapura juga mengklaim cendol sebagai bagian dari warisan kuliner mereka. Salah satu negara multikultural ini menjadi pusat pertemuan berbagai budaya, termasuk Melayu, Cina, dan India, sehingga cendol di Singapura pun memiliki variasi yang unik.
Meskipun begitu, klaim asal usul cendol di Singapura sering kali tumpang tindih dengan klaim dari Malaysia dan Indonesia.
Identitas Kuat Cendol di Indonesia
Jika dilihat dari sisi Indonesia, cendol memiliki sejarah dan pengaruh yang sangat kental dalam budaya masyarakat. Di Yogyakarta dan Bandung, cendol dikenal dengan nama "dawet". Dawet tidak hanya dikenal di Pulau Jawa, tetapi juga di berbagai wilayah Indonesia dengan nama dan variasi penyajian yang berbeda.
Cendol sering dihidangkan dalam acara-acara besar, seperti pernikahan, khitanan, dan acara adat lainnya. Salah satunya tradisi Dodol Dawet yang merupakan ritual khas yang dilakukan saat upacara pernikahan masyarakat Jawa, khususnya di daerah Banjarnegara dan sekitarnya.
Ritual ini dilakukan sebagai simbol kelancaran hidup dan rezeki bagi pengantin baru. Dalam tradisi ini, keluarga pengantin menjual dawet kepada tamu undangan menggunakan kereweng (pecahan dari tanah liat) sebagai simbolisasi awal hidup dan penghidupan yang didapat dari bumi.
Tamu-tamu membeli dawet sebagai bentuk doa dan harapan agar pengantin mendapatkan kehidupan yang harmonis dan berkecukupan. Ritual ini juga mencerminkan kebersamaan dan kerukunan dalam Masyarakat setempat.
Baca juga: Makna Dibalik Tradisi "Dodol Dawet" Diacara Pernikahan
Minuman ini telah menjadi bagian dari tradisi kuliner yang melekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Keunikan dari cendol Indonesia terletak pada cita rasa gula merahnya yang khas dan dipadukan dengan aroma pandan yang menambah keharuman minuman ini.
Cendol dalam Kontroversi
Dalam beberapa tahun terakhir, cendol menjadi perdebatan hangat antara Indonesia dan Malaysia, mirip dengan sengketa lainnya seperti rendang dan batik. Masing-masing negara mengklaim bahwa cendol adalah warisan kuliner asli mereka.
Kontroversi ini diperkuat oleh penggunaan cendol dalam promosi pariwisata dan kuliner di masing-masing negara.
Pada 2018, CNN Travel mengeluarkan artikel yang membahas 50 dessert terbaik di dunia. Cendol disebut berasal dari Singapura yang memicu beragam reaksi. Bahasan terkait cara penyajian, topping, dan orisinalitas dari cendol tiap negara terus diperbincangkan hingga saat ini.
Cendol sebagai Simbol Budaya Bersama
Terlepas dari perdebatan asal usulnya, cendol adalah simbol persatuan kuliner Asia Tenggara. Baik di Indonesia, Malaysia, maupun Singapura, cendol telah menjadi bagian integral dari budaya masyarakat yang tak terpisahkan.
Setiap negara memiliki keunikan masing-masing yang menciptakan keragaman rasa yang kaya akan sejarah.
Bagi penikmatnya, cendol bukan hanya soal dari mana asal usulnya, tetapi tentang bagaimana kenikmatan dan kelezatannya dapat mempersatukan orang-orang dari berbagai latar belakang.
Sumber:
https://www.detik.com/jabar/kuliner/d-6684621/cendol-yang-diperebutkan-tiga-negara
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News