Jalan-jalan di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur tepatnya di jalur pantura, belum afdal kalau belum mampir ke Lasem. Ini merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah yang terkenal akan julukan Tiongkok Kecilnya.
Banyak yang mengenal Lasem lewat batik yang dimiliki. Motif khas batik pesisiran dengan warna merah darah ayam adalah daya tariknya. Batik Lasem juga menjadi salah satu ikon Kabupaten Rembang yang masih eksis hingga kini.
Selain terkenal karena batiknya, Lasem juga terkenal dengan situs-situs bersejarah yang dimilikinya seperti masjid, kelenteng, dan pemukiman Tionghoa sehingga Lasem juga dijuluki sebagai Kota Pusaka.
Ketika menginjakkan kaki di Lasem, Kawan GNFI tidak hanya akan merasakan suasana Tiongkok kecil tetapi bersamaan dengan itu suasana kota santri juga amat terasa.
Bangunan bersejarah yang paling mendukung suasana ini adalah Masjid Jami’ Baiturrahman Lasem. Masjid yang menjadi salah satu ikon Lasem ini terletak di jalur pantura Jawa Tengah-Jawa Timur.
Baca juga: Dimulai dari Masjid Jami Lasem, Wisata Masjid Bersejarah Nusantara Dikembangkan
Di belakang bangunan utama masjid, terdapat kawasan makam Mbah Sambu dan ulama-ulama Lasem yang setiap harinya ramai dikunjungi peziarah dari berbagai daerah. Namun, kita akan menemukan bangunan unik yang terletak di sebelah selatan masjid.
Bangunan tersebut adalah Museum Islam Nusantara yang letaknya berada di lantai 2 tempat wudu. Keunikan bangunan ini terletak pada atapnya yang merupakan atap Rumah Gadang, rumah adat yang berasal dari Sumatra Barat. Dilansir dari karangturi-rembang.desa.id, museum ini dibangun pada bulan Desember 2019 lalu.
Bangunannya merupakan perpaduan kebudayaan Minangkabau dengan kebudayaan Jawa yang terlihat dari gaya rumah joglo yang digunakan.
Namun, mengapa budaya Minangkabau terasa lebih kental di museum ini? Ternyata, hal ini berkaitan dengan peran sosok raja berasal dari Padang, yakni Sultan Mahmud. Siapa gerangan Sultan Mahmud?
Berjarak 5,7 km dari Masjid Jami’ Lasem, tepatnya di Desa Sriombo, Kecamatan Lasem terdapat sebuah makam bersejarah. Di sebuah bukit perbatasan Desa Sriombo dan Desa Bonang tersebut, dimakamkan salah satu sosok yang berperan penting dalam dakwah agama Islam di Lasem.
Sosok itu dikenal dengan nama Mbah Jejeruk atau Sultan Mahmud. Dilansir dari sriombo-rembang.desa.id, Mbah Jejeruk atau Sultan Mahmud memiliki nama asli Raden Abdur Rokhman. Kedatangannya ke Rembang adalah untuk berguru kepada Sunan Bonang.
Menurut Alfadhilah (2022) dalam Jurnal Swalalita, Sultan Mahmud diwasiati oleh ayahnya untuk mempelajari sebuah kitab yang peninggalannya. Setelah ayahnya meninggal, Sultan Mahmud berusaha mempelajari kitab tersebut dengan meminta bantuan dari ulama-ulama Minangkabau.
Namun, tidak satu pun dari mereka dapat menjelaskan makna yang terkandung dalam kitab tersebut. Ia pun disarankan agar pergi ke Haramain karena di sanalah tempat pertemuan ulama dari berbagai penjuru.
Akhirnya ia bertemu dengan seorang ulama, tetapi juga tidak mampu menjelaskan maksud dan maknanya. Ulama tersebut malah menyarankan Sultan Mahmud agar menemui Raden Maulana Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang untuk menemukan jawaban yang dicarinya.
Sultan Mahmud pun segera melakukan perjalanan ke Bonang, Lasem. Di tengah-tengah perjalanan, kapal yang ditumpanginya dihantam ombak yang menghanyutkan barang-barang bawaannya termasuk kitab tersebut.
Meski demikian, bersama rombongannya tetap melanjutkan perjalanan dengan penuh keyakinan. Singkat cerita, ketika berhasil menemui Sunan Bonang, Sultan Mahmud mendapati kitabnya yang telah hanyut di lautan sedang berada di tangan Sunan Bonang.
Berkat peristiwa tersebut, Sultan Mahmud membulatkan niat untuk mendalami agama Islam dengan bimbingan Sunan Bonang. Akhirnya, ia pun memutuskan untuk meninggalkan kerajaannya dan menjadi seorang murid Sunan Bonang.
Setelah selesai belajar kepada Sunan Bonang pun, Sultan Mahmud mengabdikan diri sepenuhnya kepada dakwah Islam di Lasem. Hingga akhirnya ia menikah dan berkeluarga, keturunannya inilah yang kemudian menjadi sosok ulama Lasem yang dikenal hingga saat ini.
Dilansir dari ulamanusantaracenter.com, keturunan-keturunan Sultan Mahmud yang menjadi ulama besar di antaranya Kiai Ma’shum Ahmad, Syaikh Masduqi Lasem, Kiai Masykuri Lasem, dan lainnya.
Keikhlasan dan keteguhan hati Sultan Mahmud itulah yang membuatnya dikenang hingga kini. Oleh karena itu, diabadikanlah tanah kelahiran Sultan Mahmud menjadi corak bangunan yang terdapat di Museum Islam Nusantara Lasem.
Referensi:
Alfadhilah, J. (2022). Internalisasi Tasawuf dalamDakwah Sunan Bonang. Swalalita (Journal of Dakwah Management), 89-104.
https://karangturi-rembang.desa.id/artikel/2021/6/23/museum-islam-nusantara
https://ulamanusantaracenter.com/?p=2843
https://sriombo-rembang.desa.id/artikel/2019/9/10/sultan-mahmud-mbah-jejeruk-raja-dari-minangkabau-yang-berguru-ke-sunan-bonang
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News