Pada 18—21 September 2024 lalu, youtuber terkenal, IShowSpeed, berkunjung ke Indonesia. Selama di Indonesia, "El Kecepatan" mengunjungi Jakarta, Bali, dan Yogyakarta.
Dalam kunjungannya, fans berat Cristiano Ronaldo ini sempat mencicipi kuliner tradisional Indonesia, antara lain bakpia dan jamu. Tak cukup sampai di situ, youtuber asal Amerika Serikat ini juga sempat menikmati pentas tari kecak di Bali, bermain angklung di Jakarta, plus membatik dan mengenakan pakaian tradisional Jawa di Yogyakarta
Terlepas dari tingkah nyentrik yang jadi ciri khasnya, kedatangan "Mas Speed" ke Indonesia menunjukkan seberapa menarik potensi pariwisata di Indonesia.
Potensi itu bahkan bukan hanya ada, unik dan nyata, tapi juga beragam. Ada kuliner, budaya, sampai suasana, yang jika mampu dikelola dan bersinergi dengan baik, dapat menghasilkan satu paket wisata istimewa.
Dari Kota Tua, Bali, sampai Jogja, semua potensi itu sukses meninggalkan kesan positif buat "Mas Kecepatan". Ini baru di tiga daerah, dari sekian banyak potensi wisata di Indonesia.
Di sisi lain, kunjungan youtuber kelahiran tahun 2005 ini juga menawarkan satu potensi menarik, yakni "pemanfaatan" content creator terkenal kelas internasional sebagai satu medium promosi pariwisata.
Potensi ini cukup menarik, karena audiens yang bisa dijaring sangat banyak. Jangkauannya pun lintas negara. Cukup menggunakan platform seperti YouTube dan sejenisnya, promosi pariwisata skala internasional sudah bisa dilakukan.
Pada kunjungan Speed di Indonesia saja, total jumlah penonton siaran langsung di kanal YouTube-nya sudah mencapai lebih dari 1 juta penonton.
Ini baru satu youtuber internasional dengan lebih dari 30 juta subscribers. Bayangkan, seberapa booming efek promosi pariwisata itu, andai rutin dilakukan bersama content creator internasional dengan puluhan juta sampai miliaran subscriber.
Tak perlu repot-repot mengadakan wawancara eksklusif berbiaya produksi besar (seperti layaknya media konvensional), bahan konten dan dokumentasi sudah tersedia lengkap.
Dalam kunjungan Speed ke Indonesia, media-media Tanah Air kompak memanfaatkan konten siaran langsung di kanal YouTube-nya sebagai referensi, baik dalam hal informasi maupun foto.
Alhasil, hanya dalam beberapa jam setelah siaran live "Mamang Kecepatan" selesai, muncul begitu banyak berita, konten, sampai meme lucu, yang mengulik habis semua kegiatan pria asal Negara Bagian Ohio itu di Indonesia.
Sebagai contoh, saat berkunjung ke Yogyakarta, momen saat youtuber bernama asli Darren Jason Watkins Jr ini makan bakpia, bermain alat musik kendang, dan minum jamu di Malioboro langsung viral. Meski tak ada satupun awak media yang mendampingi, kecuali kru kameramen dalam rombongan Speed.
Begitu juga saat dirinya mengenakan pakaian tradisional Jawa, bermain jemparingan (olahraga panahan tradisional Jawa) dan belajar mengucapkan kata "Monggo" (kosakata bahasa Jawa halus yang berarti "silakan" dalam bahasa Indonesia).
Inilah sebentuk disrupsi media di era digital, yang perlu digarap serius Kemenparekraf dan pihak-pihak terkait, karena potensinya begitu menarik. Sifatnya memang berbeda dengan media konvensional, tetapi dapat menghasilkan nilai tambah sangat besar.
Di era kekinian, masyarakat sudah mulai berpaling dari media konvensional ke digital. Jadi, sudah saatnya mengedepankan media digital, termasuk youtuber internasional sebagai satu produk turunannya. Dengan demikian, promosi pariwisata Indonesia tetap relevan dengan dinamika perkembangan zaman.
Namun, di balik potensi menarik yang dihadirkan youtuber internasional seperti Speed, ada satu catatan yang bisa menjadi masukan, khususnya bagi Kemenparekraf dan pihak-pihak terkait, yakni perlunya membenahi koordinasi dan pengamanan.
Kebetulan, saat Speed berkunjung ke Yogyakarta, Sabtu (21/9) lalu, penulis sempat berpapasan dengan mobil rombongan "Mas Kecepatan", saat naik ojek online menuju gereja, tepatnya di kawasan Malioboro. Sebuah momen "random" yang tak disangka-sangka.
Penulis yang saat itu sudah sampai di titik tujuan dan hendak turun dari motor awalnya mengira ada pawai atau semacamnya. Sebab, sejumlah motor bergerak seperti konvoi. Mereka mengikuti sebuah mobil berukuran cukup besar. Beberapa orang di tepi jalan juga kompak meneriakkan nama Speed dengan posisi ponsel siap memotret atau merekam.
Secara kasat mata, ini adalah sebentuk antusiasme yang bisa membuat siapapun merasa senang. Masalahnya, ketika penulis melihat dokumentasi video lengkap siaran langsung di kanal YouTube Speed, antusiasme ini malah terasa kurang nyaman bagi sang youtuber.
Bukan karena ada hal negatif atau semacamnya, tapi karena sepanjang waktu kunjungannya di Jogja, ke manapun ia pergi, IShowSpeed selalu diikuti segerombolan orang, Entah memang penggemar atau hanya FOMO, antusiasme tinggi membuat suasana jadi kurang kondusif.
Apa boleh buat, meski sebenarnya cukup menikmati wisata di Jogja, situasinya menjadi kurang nyaman. Tidak ada atmosfer santai khas Jogja, yang bisa benar-benar dinikmati "Mas Buanter" (kosakata slang bahasa Jawa yang berarti "sangat cepat" dalam bahasa Indonesia) di Jogja.
Meski sebenarnya punya kesan positif, ketidaknyamanan yang dialami sang kreator, khususnya selama berkunjung di Jogja, menjadi satu hal yang cukup disayangkan. Berwisata seharusnya menyenangkan dan terasa nyaman.
Di sisi lain, kedatangan Speed di Indonesia seharusnya bisa menjadi catatan Kemenparekraf dan pihak-pihak terkait, supaya lebih hati-hati dalam mengelola potensi youtuber internasional sebagai medium promosi pariwisata. Sebab, jika menampilkan konten siaran langsung, seperti di kanal YouTube mereka, semua akan tampil apa adanya, termasuk jika ada oknum yang bertindak kurang tertib.
Kehati-hatian ini menjadi penting, supaya tidak berpengaruh negatif di masa depan. Akan sangat disayangkan kalau potensi pesona pariwisata, kuliner dan budaya Indonesia yang begitu melimpah, malah terlupakan begitu saja. Disebabkan oleh satu-dua kesan negatif, akibat perilaku kurang tertib sejumlah oknum.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News