Kematian sering kali dianggap sebagai momen penuh duka dan kesedihan. Namun bagi sebagian orang, kematian bisa dilihat dari sisi yang berbeda. Kematian adalah sumber kehidupan.
Seperti yang dilakukan Filemon, pemilik PT. Filemon Peti Mati, kematian adalah sebuah peluang untuk memberikan pelayanan yang tulus kepada masyarakat.
Bisnisnya yang berupa penyediaan peti mati dan rumah duka yang berlokasi di Cibinong, tidak hanya fokus pada keuntungan, tetapi juga pada misi sosial.
Berdiri di atas lahan seluas 5.000 meter persegi, PT. Filemon Peti Mati memproduksi sekitar 500 peti mati setiap bulannya. Ia menjelaskan bahwa produknya terbuat dari kayu jati gelondongan berkualitas tinggi, dengan harga yang bervariasi antara Rp600 juta hingga Rp1,5 miliyar.
Selain di Cibinong, perusahaan ini juga memiliki cabang di Jakarta, Makassar, Jepara, dan Manado.
Baca juga: Ramah Lingkungan, Peti Mati Buatan Perajin Indonesia Laris di Pasar Internasional
Filosofi Pelayanan dalam Kesedihan
Filosofi di balik bisnis ini mencerminkan komitmen Filemon untuk memberikan layanan dengan hati. Ia berusaha mengubah pandangan masyarakat terhadap kematian, dari sesuatu yang menakutkan menjadi proses yang dapat dikelola dengan lebih baik.
Dalam wawancara bersama penulis, “Kami percaya bahwa kematian adalah bagian dari hidup, dan kami ingin meringankan beban orang dalam masa sulit ini,” tuturnya.
Filemon mengajak semua orang untuk melihat bahwa setiap pekerjaan, termasuk dalam industri pemakaman, harus dilakukan dengan integritas dan empati. “Jika pekerjaan ini dilakukan hanya untuk mendapatkan uang, maka seseorang akan kehilangan kemanusiaannya,” tegasnya.
Filemon menyatakan, “Kami tidak mencari target. Dasar kami melakukan ini adalah untuk melayani.” Ia menekankan bahwa meskipun ada aspek bisnis, pelayanan kepada masyarakat adalah yang utama.
“Slogan kami adalah ‘Serve with Heart’. Kami tidak pernah merasa disaingi; semakin banyak yang membuka layanan ini, semakin banyak masyarakat yang terbantu,” ujarnya.
Filemon percaya bahwa mengharapkan kekayaan dari bisnis ini bisa menjurus pada tindakan tidak etis. “Jika kita mencari kekayaan, kita bisa menjadi jahat dalam pekerjaan kita. Di sini, kami tidak mengharapkan kekayaan,” imbuhnya lagi.
Memberikan Bantuan Tanpa Syarat
Salah satu aspek menarik dari PT. Filemon Peti Mati adalah komitmennya untuk memberikan peti mati gratis bagi mereka yang tidak mampu.
Filemon berusaha menemukan keluarga yang membutuhkan, tanpa meminta surat miskin sebagai syarat. “Kami tidak ingin menghina orang yang sedang kesusahan,” katanya.
Keluarga yang menerima bantuan hanya diminta menandatangani surat pernyataan yang menyatakan kemampuan mereka untuk membayar sejumlah tertentu, jika memungkinkan. “Kami tidak mengajarkan orang untuk bergantung pada bantuan gratis,” sebut Filemon, “Kami berusaha untuk membantu semampunya, tetapi tetap dalam koridor yang manusiawi.”
Filemon adalah contoh nyata bagaimana sebuah bisnis dapat beroperasi dengan prinsip kemanusiaan. Dengan fokus pada pelayanan dan kepedulian, ia menunjukkan bahwa di balik kematian, ada kesempatan untuk memberi harapan dan membantu sesama.
“Bagi kami, ini bukan hanya bisnis, ini adalah misi untuk meringankan beban orang lain,” sebutnya.
Bisnis peti mati dan rumah duka menunjukkan bahwa di balik kesedihan dan kematian, masih ada harapan dan kesempatan untuk saling membantu. Melalui filosofi dan tindakan yang penuh kasih, ia menginspirasi banyak orang untuk melihat kematian dengan cara yang berbeda, yaitu sebagai sebuah kesempatan untuk berbagi dan mendukung satu sama lain dalam kesulitan.
Dengan semangat seperti ini, bisnis kematian bukan hanya sekadar mencari untung. Namun, juga menjadi sebuah lembaga yang berkomitmen untuk melayani masyarakat, membuktikan bahwa di tengah kesedihan, masih ada cinta dan perhatian yang dapat diberikan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News