soerat chabar betawie pelopor koran berbahasa indonesia yang hanya terbit beberapa bulan - News | Good News From Indonesia 2024

Soerat Chabar Betawie, Pelopor Koran Berbahasa Indonesia yang Hanya Terbit Beberapa Bulan

Soerat Chabar Betawie, Pelopor Koran Berbahasa Indonesia yang Hanya Terbit Beberapa Bulan
images info

Apakah Kawan pernah mendengar dan mengetahui nama salah satu koran, yakni Soerat Chabar Betawie? Dari ejaan namanya Kawan mungkin sudah bisa menebak bahwa surat kabar ini berkembang pada periode awal atau bahkan sebelum kemerdekaan Indonesia.

Yap, Soerat Chabar Betawie merupakan salah satu koran yang terbit di wilayah Indonesia pada masa lalu. Bahkan, koran yang satu ini sudah terbit hampir seabad sebelum kemerdekaan Indonesia pada 1945.

Soerat Chabar Betawie menjadi salah satu koran yang eksis di Indonesia (dulunya bernama Hindia Belanda) pada pertengahan abad ke-19. Bersama beberapa surat kabar lain, Soerat Chabar Betawie menjadi salah satu pelopor keberadaan koran di Indonesia pada periode waktu tersebut.

Salah satu keunikan dari surat kabar ini adalah penggunaan bahasa Indonesia atau Melayu sebagai pengantar dalam setiap edisinya. Hal ini tentu menjadi ciri khas di mana umumnya surat kabar yang terbit pada periode tersebut banyak menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantarnya.

Lantas bagaimana pembahasan lebih lanjut terkait Soerat Chabar Betawie tersebut?

Keberadaan Surat Kabar di Indonesia pada Abad 19

Sebelum memahami informasi terkait surat kabar yang satu ini, Kawan mesti memahami terlebih dahulu keberadaan koran di Indonesia pada abad ke-19. Pada periode waktu tersebut, surat kabar merupakan salah satu media massa yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mendapatkan informasi terbaru.

Tidak hanya itu, Inge Hutagalung dalam artikel "Dinamika sistem pers di Indonesia" menjelaskan bahwa surat kabar juga menjadi media yang digunakan oleh para pendiri bangsa untuk memperjuangkan kemerdekaan. Awalnya keberadaan surat kabar di Indonesia pada awalnya dikenalkan oleh Pemerintah Belanda pada abad ke-18.

Bataviase Nouvelles menjad surat kabar pertama yang pertama kali beredar di Indonesia. Surat kabar ini pertama kali terbit pada 1744 dan bertahan selama dua tahun lamanya.

Pada periode tersebut, Pemerintah Belanda masih memegang pertumbuhan pers secara penuh. Bahkan, perkembangan pers di Indonesia pada periode abad ke-18 terkesan otoriter karena dipegang penuh oleh pemerintah.

Baru pada abad ke-19 hingga 20 perkembangan surat kabar di Indonesia mulai berkembang pesat. Pada periode ini mulai bermunculan pula beberapa surat kabar yang menggunakan bahasa daerah sebagai pengantarnya.

Salah satu contoh adalah Bromartani yang menjadi surat kabar berbahasa Jawa pertama yang terbit di Surabaya pada 1855. Selain itu pada periode ini juga terbit beberapa surat kabar yang menggunakan pengantar bahasa Melayu, seperti Soerat Kabar Bahasa Melajoe, Soerat Chabar Betawie, Selompret Melajoe, Bintang Timoer, Djoeroe Martani, dan Biang Lala.

Keberadaan surat kabar berbahasa daerah ini secara tidak langsung ikut andil dalam proses memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, seperti halnya yang tertulis dalam artikel "Honderd jaar publiciteit in Indonesië" yang terbit di Indische courant voor Nederland pada 7 September 1949.

Soerat Chabar Betawie, Salah Satu Koran Berbahasa Indonesia Tertua

Dari penjelasan di atas bisa Kawan lihat bahwa Soerat Chabar Betawie merupakan salah satu surat kabar berbahasa Melayu atau Indonesia yang terbit pada masa kolonial Belanda. Bahkan surat kabar ini merupakan koran kedua yang menggunakan pengantar bahasa Melayu pada periode tersebut.

Edisi perdana Soerat Chabar Betawie pertama kali terbit pada 3 April 1858. Hal ini membuat surat kabar tersebut menjadi salah satu pelopor koran berbahasa Melayu yang ada di Indonesia setelah Soerat Kabar Bahasa Melajoe yang terbit pada 1856.

Dilansir dari tulisan Danil Mahmud Chaniago dan Umi Rusmiani Umairah yang berjudul "Sejarah Pers Kolonial di Indonesia", surat kabar ini diterbitkan oleh salah satu pemilik toko buku yang ada di Batavia, yakni Lange & Co. Sama seperti Soerat Kabar Bahasa Melajoe, Soerat Chabar Betawie menjadi surat kabar mingguan yang terbit setiap Sabtu.

Edisi surat kabar ini dijual seharga 16 gulden dalam setiap cetakannya. Namun harga tarif yang ternyata tidak terjangkau oleh para pelanggan yang berasal dari golongan priyayi rendah dan guru sekolah menjadi salah satu penyebab surat kabar ini tutup dalam waktu cepat.

Keberadaan Soerat Chabar Betawie tidak bertahan lama di Indonesia. Selang beberapa bulan pada tahun yang sama, Soerat Chabar Betawie berhenti terbit dan beroperasi.

Sumber:
- Hutagalung, Inge. "Dinamika sistem pers di Indonesia." Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi 2.2 (2013): 156-163.
- Chaniago, Danil Mahmud, dan Umi Rusmiani Umairah. "Sejarah Pers Kolonial di Indonesia." Khazanah: Jurnal Sejarah Dan Kebudayaan Islam (2018).
- Honderd jaar publiciteit in Indonesië dalam Indische courant voor Nederland. 7 September 1949. https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=Soerat+Chabar+Betawie&coll=ddd&identifier=MMKB19:000291018:mpeg21:a00053&resultsidentifier=MMKB19:000291018:mpeg21:a00053&rowid=3

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.