Apa jadinya sebuah kampung tenggelam? Kawan GNFI mungkin akan membayangkan scene di film-film science fiction, tetapi yang satu ini nyata bukan reka adegan film. Menariknya lagi, ada satu keluarga memilih tetap tinggal di kampung yang terendam oleh air laut tersebut. Siapa orang tersebut dan di mana kampung yang dimaksud? Simak selengkapnya dalam artikel berikut!
Dusun Rejosari Senik Desa Bedono, Tenggelam oleh Banjir Rob
Mengunjungi Dusun Rejosari Senik, Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, akan terasa berbeda, tidak seperti kampung pada umumnya. Pemandangan air laut menghampar sepanjang mata memandang.
Sisa-sisa bangunan yang rusak terlihat di sana-sini, beserta dengan tiang-tiang listrik yang masih menancap terendam air. Hutan mangrove tampak rimbun, akarnya mencuat begitu kuat berupaya memecah ombak dan menahan abrasi.
Dusun Rejosari Senik adalah bukti bahwa di hadapan alam manusia sungguh kecil dibandingkan segala kekuatan yang dimilikinya. Sebuah kampungĀ terendam air laut akibat banjir rob besar. Tak tanggung-tanggung, sekitar 200 kepala keluarga mau tak mau pindah, lantaran air laut sudah menggenangi rumah dan kampungnya.
Namun, sosok Paijah atau kerap disapa Mak Jah bersama dengan keluarganya memiilih untuk tinggal. Mak Jah tinggal meski harus hidup dengan tidak nyaman dan penuh keterbatasan. Mak Jah tinggal untuk alasan yang lebih besar. Baginya ini soal tanah kelahiran dan hutan mangrove yang mesti dijaga kelestariannya.
Baca juga: Pentingnya Hutan Mangrove untuk Menjaga Ekosistem Pantai
Cerita Mak Jah Menjaga Kelestarian Hutan Mangrove
Di kepala Mak Jah, menjaga kelestarian hutan mangrove bukanlah semacam jargon peringatan yang ramai muncul hanya di setiap perayaan hari-hari lingkungan. Sebab, Mak Jah saban harinya memang meluangkan sebagian besar waktunya untuk merawat hutan mangrove yang ada di Dusun Rejosari Senik, Bedono.
Sudah 10 tahun lebih Mak Jah menekuni kerja-kerja pelestarian lingkungan. Total, ada puluhan ribu pohon mangrove yang ditanam Mak Jah. Hasil kerja Mak Jah nyata, bisa dilihat dengan jelas. Gerumbul pohon mangrove mulai dari ukuran kecil hingga besar berjejer bak benteng alami melindungi kampung Rejosari Senik yang kini tenggelam.
Semua proses hulu hingga hilir dilakukan oleh Mak Jah bersama keluarganya. Mulai dari mempersiapkan bibit, melakukan penanaman, hingga menyulam kembali tanaman mangrove yang kerap hilang diterjang ombak. Kadang kala, dalam rangka kegiatan penghijauan, instansi, komunitas, hingga perusahaan ikut menanam bersama di kampung tempat tinggal Mak Jah.
Selain menanam dan merawat mangrove, Mak Jah juga membantu suaminya yang bermata pencaharian nelayan. Hasil tangkapan seperti ikan dan juga kerang hijau perlu dibersihkan dan disiapkan sebelum dijual malam harinya ke pasar.
Sebagaimana sosok ibu lainnya, Mak Jah tetap melakukan pekerjaan rumah tangga. Bedanya, sosok perempuan 54 tahun ini mesti menggunakan perahu menuju daratan untuk mengambil air bersih.
Selain tidak ada sumur yang menyediakan air bersih, kondisi rumah Mak Jah juga memiliki banyak penyesuaian. Mulai dari lantai yang ditinggikan supaya tidak terendam air laut, hingga dapur yang terendam air laut jika tengah pasang.
Maka tak jarang, di pagi harinya Mak Jah menuju pasar di daratan untuk membeli sarapan dan kebutuhan sekaligus mengambil air bersih. Sebab, di pagi hari air masih pasang dan tungku tidak bisa digunakan untuk memasak.
Baca juga: Hutan Mangrove Penjaga Iklim yang Terlupakan
Hutan Mangrove Lestari untuk Kehidupan yang Berkelanjutan
Apa yang dilakukan Mak Jah selama satu dekade lebih bukan tanpa alasan. Menurutnya, kampung tempat tinggalnya tidak boleh hilang ditelan air laut. Hutan mangrove yang dijaga dan dirawat ini akan menahan laju abrasi yang perlahan-lahan bisa menggerus daratan lebih banyak.
Toh, hutan mangrove sebagai ekosistem karbon biru memiliki peran besar menyerap dan menyimpan emisi karbon. Dengan demikian, upaya pelestarian mangrove sekaligus menjadi aksi mitigasi perubahan iklim.
Di samping itu, keberadaan hutan mangrove merupakan rumah bagi berbagai jenis satwa termasuk burung. Burung kuntul yang nangkring di pucuk pohon mangrove mudah ditemui di sekitar rumah Mak Jah.
Hal itu pula yang membuat Mak Jah makin enggan untuk meninggalkan rumah dan kampungnya yang meskipun kini tenggelam. Mak Jah ingin tetap tinggal, merawat hutan mangrove dan merawat kehidupan!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News