Hai Kawan GNFI, tahukah kamu jika bangunan masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah umat Islam? Lebih dari itu, masjid dapat dijadikan sebuah bukti sejarah masa lampau. Kisah berdirinya sebuah masjid tertua, sering dipercaya sebagai penanda waktu awal masuknya agama Islam di suatu wilayah.
Di Kota Solo terdapat sebuah masjid yang dinobatkan sebagai masjid tertua, yaitu Masjid Laweyan. Masyakarat meyakini bahwa usia Masjid Laweyan hampir 500 tahun. Meskipun telah berusia ratusan tahun, sampai saat ini masjid masih berfungsi sebagai tempat ibadah oleh masyarakat setempat.
Setiap hari, masjid terbuka untuk masyarakat umum yang ingin menjalankan sholat lima waktu. Selain itu di masjid juga ada kegiatan Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) untuk anak – anak pada sore hari, pengajian, tadarus dan kegiatan selama bulan Ramadhan. Masjid ini pun juga memiliki struktur organisasi, dibawah pengawasan Pemerintah Kota Surakarta.
Tidak hanya menyimpan sejarah panjang tentang masuknya Islam di Kota Bengawan, masjid ini juga memiliki fakta – fakta menarik yang akan menambah wawasan Kawan GNFI.
Masjid Laweyan Dibangun pada Zaman Kerajaan Pajang
Masjid Laweyan diperkirakan berdiri sejak tahun 1546 pada masa Kerajaan Pajang sedang berkuasa. Kerajaan Pajang merupakan kerajaan yang bercorak Islam yang berada di Desa Pajang. Raja yang terkenal adalah Jaka Tingkir atau yang dikenal dengan Mas Karebet dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Pada masa kepemimpinan Sultan Hadiwijaya, Islam mulai berkembang pesat.
Masjid Laweyan Berada di Dalam Salah Satu Kampung Batik Tertua di Indonesia
Nama Masjid Laweyan diambil dari nama tempat masjid ini berdiri. Masjid Laweyan berada di Jalan Liris Nomor 1, Belukan Pajang, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta. Dulunya Laweyan merupakan sebuah desa pada masa Kerajaan Pajang. Desa ini menjadi pusat industri batik yang terus eksis hingga sekarang. Seiring dengan pergantian peradaban, Desa Laweyan sekarang lebih dikenal sebagai Kampung Batik Laweyan.
Kampung Batik Laweyan, terkenal sebagai salah satu objek wisata heritage di Kota Solo. Perjalanan menuju Masjid Laweyan, sangat mengesankan karena para wisatawan akan menelusuri gang-gang kecil diantara bangunan kuno pemukiman penduduk yang masih terjaga keasliannya. Dengan mengunjungi Masjid Laweyan, pengunjung dapat menikmati wisata religi sekaligus wisata budaya.
Masjid Laweyan, Dulunya Adalah Sebuah Pura Tempat Sembahyang Agama Hindu
Siapa yang menyangka jika bangunan Masjid Laweyan dulunya adalah sebuah Pura?Sebelum Islam datang, masyarakat di Desa Pajang menganut agaman Hindu. Pada saat itu hiduplah seorang pemeluk agama Hindu bernama Ki Ageng Beluk yang memiliki Pura.
Saat Kerajaan Pajang berkuasa, ada seorang pendakwah Islam yang bernama Ki Ageng Henis. Oleh raja Pajang, dia diperintah untuk menyebarkan agama Islam di Desa Pajang. Saat itulah Ki Ageng Beluk dan Ki Ageng Henis bertemu.
Singkat cerita, Ki Ageng Beluk tertarik dengan Islam dan mewakafkan Pura tersebut untuk dijadikan sebuah masjid yang sekarang dikenal dengan Masjid Laweyan. Bangunan masjid ini tetap menjaga keasliannya.
Banyaknya anak tangga yang harus kita lalui sebelum masuk ke dalam masjid menjadi salah satu peninggalan yang tidak dirubah. Di dalam masjid juga ada beberapa benda bersejarah seperti kentongan, bedug, mimbar yang bertuliskan Pakubuwono X, bagian khusus imam dan jam kayu besar.
Masjid Laweyan Didirikan oleh Ki Ageng Henis yang Merupakan Leluhur Raja–Raja Mataram.
Pendiri masjid Laweyan adalah Ki Ageng Henis, sehingga masjid ini juga terkenal sebagai Masjid Ki Ageng Henis. Sejarah menggambarkan sosok Ki Ageng Henis sebagai seorang tokoh hebat yang membawa kejayaan Desa Laweyan sekaligus seorang pendakwah yang telah membawa Islam di daerah ini.
Ki Ageng Henis bukanlah rakyat biasa. Beliau merupakan putra dari Ki Ageng Sela yang merupakan keturunan dari Raja Brawijaya V seorang raja terakhir di Kerajaan Majapahit.
Beliau memiliki dua orang putera yaitu Ki Ageng Pamanahan dan Ki Ageng Karatongan. Ki Ageng Pamanahan mempunyai keturunan bernama Danang Sutawijaya yang kemudian menjadi raja pertama di Kerajaan Mataram dengan gelar Panembahan Senopati.
Bisa dikatakan bahwa Ki Ageng Henis merupakan leluhur raja–raja Mataram yang kemudian melahirkan peradaban kerajaan baru seperti Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Mangkunegaran dan Pakualaman.
Ki Henis hidup di zaman Kerajaan Pajang yang dipimpin oleh Jaka Tingkir yang bergelar Sultan Hadiwijaya. Beliau mengabdikan diri kepada Sultan Hadiwijaya. Salah satu bentuk pengabdiannya, Ki Henis diperintahkan untuk menyebarkan Islam di Desa Laweyan.
Masjid Laweyan Berdiri di Kompleks Makam Ki Ageng Henis yang Telah Diresmikan Sebagai Cagar Budaya
Berdiri di atas lahan sebesar 162 meter persegi, Masjid Laweyan berada di dalam kompleks makam Ki Ageng Henis. Pada sisi kanan masjid, terdapat sebuah dinding dan pintu berwarna abu–abu dengan desain khas pintu keraton.
Pintu ini menjadi pintu masuk ke wilayah makam Ki Ageng Henis. Di samping pintu masuk terdapat tulisan “Pasareyan Dalem Kyai Ageng Henis Laweyan” dan “Cagar Budaya Makam Ki Ageng Henis”. Kompleks makam Kyai Ageng Henis dilindungi oleh Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Di sana terdapat makan Ki Ageng Henis dan para leluhur yang telah mendahului kita. Pemakaman terbagi menjadi tiga area. Setelah pintu pertama, ada sebuah pendopo besar dan beberapa makam.
Di balik pintu kedua pengunjung dapat menyaksikan mungkin sekitar ratusan makam para pendahulu dari kerabat keraton. Untuk mencapai makam Ki Henis, pengunjung melewati pintu ketiga. Pada kawasan pemakaman ini ada aturan bagi peziarah untuk melepas alas kaki. Makam Ki Ageng Henis berada diujung area makam.
Bagi Kawan GNFI yang sedang berwisata di Kota Solo, bisa juga memasukkan Masjid Laweyan sebagai salah satu destinasi wisata.
Sumber referensi:
1.https://surakarta.go.id/?p=24118
2.https://kampoengbatiklaweyan.org/masjid-laweyan-makam-kyai-ageng-henis/
3.https://kampoengbatiklaweyan.org/2024/03/26/3-fakta-menarik-tentang-masjid-laweyan-solo/
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News