Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia. Selaras dengan itu, indeks konsumsi minyak goreng masyarakat Indonesia juga tergolong sangat tinggi.
Menurut data dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) tahun 2023, rata-rata konsumsi minyak goreng masyarakat Indonesia adalah sebesar 9,56 kilogram per kapita per tahunnya.
Total kebutuhan minyak goreng untuk konsumsi rumah tangga nasional pada 2023 mencapai 2,66 juta ton per tahun. Menariknya, data Bapanas juga menunjukkan, tingkat asupan kalori masyarakat Indonesia dari konsumsi minyak, termasuk minyak goreng, minyak sawit, dan lainnya mencapai 253 kilokalori per kapita per harinya.
Di tengah konsumsinya yang sangat masif, limbah yang dihasilkan dari penggunaan minyak goreng juga besar. Minyak jelantah yang dihasilkan dari konsumsi rumah tangga dan industri pangan lainnya mencapai 300 ribu ton tiap tahunnya.
Limbah minyak jelantah yang tidak diolah dengan benar tentu akan merusak lingkungan. Pembuangan limbah jelantah yang sembarangan dapat menyebabkan pori-pori tanah tertutup dan mengganggu ekosistem yang ada.
Di sisi lain, minyak jelantah juga berpotensi merusak kesehatan. Minyak yang digunakan berkali-kali dapat memicu kanker, obesitas, kolesterol, bahkan penyakit degeneratif, seperti Alzheimer.
Demi membantu mengurangi dampak yang ditimbulkan dari limbah minyak jelantah, sebuah komunitas asal Cilacap membuat terobosan ciamik.
Jejak Jelantah, sebuah organisasi independen di bawah naungan Bank Sampah Mandiri Cilacap menjadi angin segar sebagai upaya mengurangi limbah minyak jelantah di masyarakat.
Bantu kurangi limbah dan tingkatkan ekonomi
Jejak Jelantah sudah berjalan sejak 2019. Komunitas ini mengumpulkan minyak jelantah dari warga Cilacap lewat kelompok bank sampah, sekolah, hingga organisasi masyarakat.
Komunitas ini mengajak masyarakat untuk lebih peduli dengan lingkungan melalui pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel maupun barang-barang bernilai jual, seperti sabun dan lilin.
Tidak sendiri, Jejak Jelantah menggandeng Politeknik Negeri Cilacap untuk bekerja sama dalam pembuatan biodiesel. Mereka mampu menghasilkan kurang lebih 100 liter biodiesel dalam sekali operasi.
Baca juga: Selain Sawit, Jelantah Jadi Bahan Baku Biodiesel yang Lebih Rendah Emisi
Biodiesel yang dihasilkan Jejak Jelantah juga mampu memenuhi kelayakan ekonomi. Penghasilan selama satu tahun dari biodiesel yang diolah mencapai Rp58.500.000.
Di sisi lain, hasil analisis biodiesel yang diproduksi tim Jejak Jelantah juga sudah memenuhi value yang ditentukan pada standar biodiesel.
Tim Jejak Jelantah juga mampu mengekspor 90 persen hasil jelantah yang sudah diolah menjadi biodiesel ke luar negeri.
Nurhidayat, pencetus Bank Sampah Mandiri Cilacap sekaligus Direktur Program Jejak Jelantah menjelaskan, komunitasnya mendapatkan 12 ton minyak jelantah tiap tahunnya.
Perolehan minyak jelantah tersebut didapat dari sedekah masyarakat, tabungan minyak jelantah, dan lewat warung jelantah atau warung Mijel.
Program Jejak Jelantah mengajak masyarakat setempat untuk mengumpulkan minyak jelantah secara berkala. Nantinya, minyak tersebut akan diambil oleh petugas dan masyarakat akan mendapatkan uang.
Selain itu, Jejak Jelantah juga bekerja sama dengan warung-warung. Masyarakat Cilacap dapat menukarkan jelantah kepada warung yang sudah bekerja sama dengan Jejak Jelantah untuk ditukarkan dengan bahan kebutuhan mereka. Kemudian, warung akan mendapatkan uang pengganti dari tim Jejak Jelantah dari barang yang sudah terjual itu.
Baca juga: Mengenali Bahaya Minyak Jelantah Bagi Lingkungan
Berikan manfaat untuk masyarakat sekitar
Kinerja dan inovasi apik dari Jejak Jelantah mampu mengantarkan komunitas ini untuk bekerja sama dengan beberapa stakeholders terkait.
Nurhidayat menyebut, Jejak Jelantah didukung penuh oleh Dinas Lingkungan Hidup Cilacap. Selain itu, Pertamina juga mendukung penuh inisiasi Jejak Jelantah untuk mengolah minyak bekas menjadi biodiesel.
“Semuanya support, karena visinya hampir sama,” jelas Nurhidayat saat dihubungi oleh GNFI.
Selain menggandeng instansi pemerintahan dan swasta, Jejak Jelantah juga menjangkau sekolah-sekolah. Komunitas ini membentuk Akademi Jejak Jelantah, di mana sekolah ini mengajak anak-anak untuk lebih peduli lingkungan lewat pemanfaatan kembali minyak bekas.
Saat ini, profit yang diperoleh komunitas Jejak Jelantah sepenuhnya dikembalikan kepada masyarakat. Nurhidayat menjelaskan, seluruh keuntungan diberikan dalam bentuk santunan, pembiayaan akademis, bantuan masjid, dan lain sebagainya.
“Memang karena kami (visinya) dari masyarakat untuk masyarakat. Kami hanya bantu mengelola saja,” ujarnya.
Baca juga: Jangan Langsung Buang! Berikut Ragam Manfaat Minyak Jelantah
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News