Setiap tanggal 17 September, Indonesia merayakan Hari Perhubungan Nasional (Harhubnas), sebuah momentum penting untuk mengingatkan masyarakat akan peran vital sektor transportasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain menjadi penggerak utama ekonomi, transportasi juga mempengaruhi kualitas hidup masyarakat, lingkungan, dan masa depan.
Namun, di tengah pertumbuhan populasi dan semakin padatnya kota-kota besar di Indonesia, transportasi pribadi kian mendominasi, menciptakan berbagai permasalahan yang mendesak untuk diselesaikan.
Seiring dengan peringatan Hari Perhubungan Nasional, ini adalah waktu yang tepat bagi kita semua untuk merefleksikan perilaku berkendara dan mempertimbangkan peran besar yang bisa kita mainkan dalam menciptakan transportasi yang lebih ramah lingkungan dan efisien melalui penggunaan transportasi publik.
Kendaraan Pribadi: Masalah yang Kian Memburuk
Peningkatan jumlah kendaraan pribadi di jalan raya bukan hanya menjadi masalah bagi infrastruktur, tapi juga bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Macet yang semakin parah setiap hari telah menjadi masalah yang tak terhindarkan, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Waktu yang dihabiskan dalam kemacetan bukan hanya membuang-buang produktivitas, tetapi juga menambah stres bagi pengguna jalan.
Selain itu, polusi udara yang dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor pribadi semakin memperburuk kualitas udara. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia 2024, emisi gas buang dari sektor transportasi menyumbang sekitar 70% polusi udara di perkotaan.
Kondisi ini berdampak langsung pada kesehatan masyarakat, seperti meningkatnya penyakit pernapasan, asma, hingga kanker paru-paru. Dengan masalah ini semakin mendesak, masyarakat perlu mulai mempertimbangkan peralihan ke moda transportasi yang lebih bersih dan efisien.
Keunggulan Transportasi Publik
Transportasi publik memiliki banyak keunggulan yang sering kali diabaikan oleh masyarakat. Salah satu yang paling utama adalah efisiensi energi. Bus, kereta api, dan angkutan massal lainnya mampu mengangkut lebih banyak penumpang dalam satu perjalanan dibandingkan kendaraan pribadi, sehingga emisi gas buang per orang menjadi jauh lebih rendah. Dengan beralih ke transportasi publik, kita dapat membantu mengurangi polusi udara secara signifikan.
Selain itu, penggunaan transportasi publik juga dapat membantu mengurangi kemacetan lalu lintas. Bayangkan, jika sebagian besar masyarakat mulai menggunakan bus atau kereta, jumlah kendaraan di jalan akan berkurang drastis, dan perjalanan akan menjadi lebih lancar dan cepat. Kota-kota seperti Tokyo, Singapura, dan Hong Kong telah membuktikan bahwa dengan infrastruktur transportasi publik yang baik, masyarakat bisa bergerak lebih efisien tanpa harus bergantung pada kendaraan pribadi.
Transportasi publik juga lebih ekonomis. Penggunaan kendaraan pribadi tidak hanya memerlukan biaya bahan bakar, tetapi juga perawatan, pajak, parkir, dan berbagai pengeluaran lainnya. Dengan menggunakan transportasi publik, biaya tersebut bisa ditekan, sehingga masyarakat dapat mengalokasikan pengeluaran mereka untuk kebutuhan lain yang lebih penting.
Beberapa kota besar di Indonesia telah mulai menerapkan kebijakan pembatasan kendaraan pribadi untuk mengurangi kemacetan dan polusi udara. Salah satu contoh yang sudah dilihat kini adalah kebijakan ganjil-genap di Jakarta, di mana kendaraan hanya boleh melintas di ruas jalan tertentu sesuai dengan nomor plat mereka pada hari-hari tertentu. Kebijakan ini telah membantu mengurangi jumlah kendaraan di jalan raya, meskipun belum sepenuhnya menyelesaikan masalah kemacetan.
Namun, kebijakan pembatasan kendaraan pribadi saja tidak akan cukup tanpa diiringi dengan pengembangan dan perbaikan infrastruktur transportasi publik. Pemerintah harus serius berinvestasi dalam sistem transportasi publik yang handal, nyaman, aman, dan terjangkau agar masyarakat memiliki alternatif yang lebih baik dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi.
Peran Masyarakat dalam Perubahan
Meski pemerintah memiliki peran besar dalam menciptakan infrastruktur transportasi yang lebih baik, masyarakat juga memiliki tanggung jawab dalam perubahan ini. Setiap individu memiliki kekuatan untuk membuat perbedaan dengan mulai beralih ke transportasi publik.
Bayangkan jika sebagian besar penduduk kota besar memutuskan untuk naik bus atau kereta setiap harinya, jumlah kendaraan pribadi di jalan akan berkurang drastis. Tidak hanya mengurangi kemacetan, tetapi juga mengurangi emisi karbon yang merusak lingkungan.
Perubahan perilaku ini mungkin terasa sulit pada awalnya, terutama bagi mereka yang telah terbiasa dengan kenyamanan kendaraan pribadi. Namun, dengan semakin banyaknya pilihan transportasi publik yang berkembang, seperti MRT, LRT, TransJakarta, hingga moda transportasi online, kita kini memiliki banyak pilihan yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan jadwal harian.
Masa Depan Transportasi Berkelanjutan
Pada akhirnya, Hari Perhubungan Nasional adalah momentum yang tepat untuk merenungkan bagaimana kita bisa berkontribusi dalam menciptakan masa depan transportasi yang lebih baik. Penggunaan transportasi publik bukan hanya sekadar pilihan pragmatis untuk mengatasi kemacetan atau menghemat uang, tetapi juga merupakan langkah penting menuju transportasi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Selain itu, teknologi juga akan memainkan peran penting dalam masa depan transportasi. Inovasi seperti kendaraan listrik, mobil tanpa pengemudi, dan sistem transportasi pintar (smart transportation systems) akan mengubah wajah transportasi di masa depan. Namun, semua inovasi ini hanya akan bermanfaat jika kita siap untuk beradaptasi dan mengubah kebiasaan kita.
Sebagai masyarakat yang peduli terhadap lingkungan dan masa depan generasi berikutnya, kita harus mulai beralih ke transportasi publik. Setiap langkah kecil yang kita ambil, seperti memilih untuk naik bus atau kereta daripada menggunakan mobil pribadi, akan membawa dampak besar bagi lingkungan dan masyarakat secara keseluruhan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News