Kecamatan panjang terjadi di ruas jalan Puncak, Kabupaten Bogor selama libur panjang Maulid Nabi Muhammad SAW pada Minggu 15 September 2024. Hal ini membuat kendaraan tidak bergerak selama sembilan jam lamanya.
Kawasan Puncak memang menjadi salah satu tujuan favorit warga Jabodetabek saat libur panjang. Hal ini tidak terjadi pada masa modern, tetapi sudah dilakukan sejak masa pemerintahan kolonial Belanda.
Pesona Telaga Saat Puncak Bogor yang Magis dan Eksotis di dekat Jakarta
Sejarawan JJ Rizal menjelaskan pemilihan Puncak sebagai destinasi favorit karena munculnya wabah penyakit di Batavia di tahun 1730-an. Saat itu orang-orang Eropa memilih untuk pergi dari Batavia menuju Bogor.
“Karena kondisi ini menyebabkan orang-orang elit bergerak meninggalkan Batavia menuju keluar Batavia di tahun 1740-an. Ini dimulai pada tahun 1745 ada jenderal keturunan Jerman bernama Baron van Imhoff, terkenal sebagai reformasi VOC,” ucapnya yang dimuat dari Detik.
Bertemu dengan hewan
Rizal menjelaskan sejak awal masalah Puncak adalah soal transportasi. Ketika itu, lanjutnya hadir seorang Herman Willem Daendels yang membuat Jalan Raya Pos sehingga kawasan Puncak bisa dijangkau walau sulit.
“Awal masalah Puncak berkembang karena masalah transportasi. Puncak tak akan jadi Puncak kalau tak ada jalan raya Herman Willem Daendels ini. Jalan ini dibangun awalnya untuk kepentingan perang.” jelasnya.
Menjelajahi Beberapa Daerah Ikonik di Tanah Pasundan
Sejarawan Alwi Shahab mengungkapkan karena kawasan Puncak dulu adalah hutan sehingga masih banyak ditemukan binatang liar. Pada awal-awal dibuka sebagai kawasan wisata, orang-orang yang datang masih bisa bertemu dengan badak.
“Sedang antara Bogor-Puncak, selain banyak binatang liar, juga dihuni badak. Lebih-lebih di dekat tanjakan,” ucapnya yang dimuat Republika.
Ditandu naik kereta kuda
Alwi yang menukil Tio le Soei dalam tulisannya yang berjudul Mengenang Lalu Lintas Abad ke 19 menjelaskan ketika itu bila ingin berwisata ke Puncak hanya bisa dilakukan dengang menunggang kuda atau ditandu.
“Kala itu orang yang bepergian jauh, bila naik tandu yang digotong dua atau empat pemikul yang dengan upah Rp1,25 untuk Jakarta-Bogor dan Rp2,00 untuk Bogor-Cianjur, harus melewati Puncak,” jelasnya.
Berburu Mie Glosor, Kuliner Khas Bogor yang Hanya Muncul ketika Ramadan
Karena tidak amannya perjalanan, dikatakan oleh Alwi tidak ada wanita muda yang berani melakukan perjalanan wisata ke Puncak. Sementata itu, lanjutnya agar tidak kepanasan dan kehujanan, orang yang ditandu itu diberi tirai.
Selain tandu, wisatawan juga menggunakan sado yang ditarik oleh seekor atau dua ekor kuda dengan memuat empat penumpang. Para penumpang ditarik tarif Rp12,50 untuk Bogor-Jakarta dan Rp15,00 untuk Bogor-Cianjur per orang.
“Sementara, penumpang yang tengah beristirahat dapat makan dan minum sambil menikmati pemandangan indah dan hawa pegunungan yang sejuk,” jelasnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News