Waduk Pacal di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro dibangun pada tahun 1933. Hingga saat ini, waduk tersebut masih digunakan untuk mengairi lahan pertanian seluas 4.500 hektare di Bojonegoro.
Dimuat dari Instagram @Roemahtoea, Waduk Pacal dibangun ketika Hindia Belanda dilanda krisis malaise. Saat itu, depresi ekonomi yang melanda dunia terdampak sampai ke Hindia Belanda.
Isi 43 Bendungan di Pulau Jawa, Pemerintah Kerahkan Hujan Buatan
Tetapi Belanda tetap membangun waduk ini pada tahun 1927 dan mulai mengoperasikan pada tahun 1933. Belanda saat itu mengucurkan uang sebesar 1,2 juta gulden untuk menyelesaikan pembangunan waduk.
Mereka mengerahkan banyak tenaga kerja dari masyarakat sekitar agar bisa meningkatkan sumber penghasilannya. Namun saat pembangunan waduk ini, banyak warga setempat yang dipekerjakan secara paksa. Tak sedikit dari mereka yang meninggal dunia.
Pertanian alami kenaikan
Julian Rosiana Putri dalam Pembangunan Waduk Pacal dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Masyarakat Bojonegoro Tahun 1927-1998 mengungkapkan setelah waduk beroperasi produksi pertanian meningkat.
Waduk Pacal ini memiliki luas wilayah 3.878 Ha, serta kedalaman air mencapai 25 M. Waduk Pacal ini dapat menampung air rata-rata sekitar 35 juta M2. Daerah aliran Waduk Pascal meliputi Kecamatan Temayang, Bojonegoro, Sugihwaras. hingga Balen.
“Dibangunnya Waduk Pacal ini sudah menyumbang peranannya sebesar 35 persen, bagi kelangsungan pertanian yang ada di Bojonegoro,” jelasnya.
259 Waduk Bakal Dibangun PLTS Terapung, Potensi Capai 14 Gigawatt
Karena adanya waduk ini, kondisi ekonomi masyarakat Bojonegoro mengalami peningkatan. Hal ini terus meningkat saat Jepang datang ke Hindia Belanda. Jepang saat itu mengajarkan petani Bojonegoro cara mengolah sawah dengan baik.
“Hingga pada tahun 1998 hasil pertanian di Bojonegoro sangat meningkat drastis, serta Bojonegoro menjadi salah satu lumbung padi provinsi Jawa Timur,” ucapnya.
Jadi objek wisata
Bukan hanya untuk perairan, Waduk Pacal juga dijadikan objek wisata untuk masyarakat sekitar. Jalan menuju waduk menjadi daya tarik tersendiri. Jalan itu membelah hutan jati dan tebing-tebing yang digunakan sebagai ladang masyarakat.
Di bagian selatan waduk, terdapat semacam pulau kecil. Air dari waduk ini juga mencapai di bawah Jembatan Kedungjati. Saat musim kemarau, tanah di sekeliling waduk dimanfaatkan sebagai ladang dan kebun oleh masyarakat setempat.
Cerita Waduk Prijetan, Bendungan Tertua di Jatim Peninggalan Zaman Kompeni
Saat musim hujan para pemancing dari berbagai daerah memadati area waduk. Masyarakat juga bisa berkeliling waduk ini. Mereka pun bisa memanfaatkan perahu milik warga dengan membayar sewa cukup dengan 20.000.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News