Telaga Biru Lumajang adalah keajaiban alam tersembunyi yang terletak di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Indonesia.
Tempat ini terkenal dengan air terjunnya yang indah dan sering disebut sebagai "surga tersembunyi."
Tiket masuknya sekitar Rp10.000 per orang, dan buka setiap hari dari pukul 8:00 hingga 17:00 WIB.
Kawasan ini menyediakan berbagai fasilitas dan dianggap sebagai salah satu air terjun paling eksotis dan alami di wilayah tersebut.
Baca Juga:
Selamatan Upacara Pernikahan Lumajang: Menjaga Keseimbangan Kosmos bagi Masyarakat Jawa
Telaga Biru Lumajang tidak merupakan air terjun yang berada di kawasan yang sama dengan Air Terjun Tumpak Sewu dan Goa Tetes, di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Telaga ini terkenal karena keindahan alamnya yang masih alami dan murni, dengan air yang berwarna biru jernih serta dikelilingi oleh pepohonan yang lebat.
Dikarenakan tempat ini masih jarang dikunjungi oleh wisatawan, sehingga kebersihan dan keasrian lingkungannya tetap terjaga.
Keindahan dan kebersihan lingkungannya ini menjadikan Telaga Biru sebagai salah satu destinasi wisata yang populer di daerah tersebut.
Baca Juga:
Representasi Prabu Baladewa pada Tari Topeng Kaliwungu Lumajang dan Upaya Melestarikannya
Perlu Kawan ketahui, nama "Telaga Biru" berasal dari sebuah legenda di wilayah Halmahera, Maluku Utara.
Menurut legenda tersebut, Telaga Biru terbentuk dari air yang terkumpul di antara lahar panas yang membeku.
Air tersebut kemudian berubah menjadi biru dan membentuk sebuah telaga.
Masyarakat setempat menamai tempat ini "Telaga Biru" karena airnya berwarna biru seperti pupil mata nona endo Lisawa.
Legenda ini juga menyatakan bahwa terbentuknya telaga ini disebabkan oleh tetesan air mata akibat patah hati yang mengalir menjadi sumber mata air.
Disini juga terdapat upacara adat yang dilakukan oleh penduduk setempat untuk mengungkap misteri terbentuknya telaga ini juga menyebutkan bahwa airnya muncul akibat patah hati yang sangat mendalam, menghasilkan tetesan air mata yang kemudian menjadi mata air.
Di wilayah ini juga terdapat legenda mengenai Nyi Bimas Inten. Kawan pasti kepo, siapa Nyi Bomas Inten!
Nyi Bomas Inten sendiri adalah tokoh dalam mitologi Sunda yang dikenal di kalangan masyarakat Jawa Barat.
Menurut cerita rakyat, Nyi Bomas Inten adalah seorang wanita yang berasal dari Desa Kaduela, Kuningan, Jawa Barat.
Ia menikah dengan Syekh Abdul Iman, seorang pria keturunan kerajaan Cirebon yang juga merupakan utusan Wali Songo dengan tugas menyebarkan agama Islam di Desa Kaduela pada masa Walisongo.
Baca Juga:
Menikmati Lezatnya Rujak Otek, Menjaga Kearifan Lokal Masyarakat Lumajang
Nyi Bomas Inten dipercaya masih menjaga Telaga Biru Cicerem hingga saat ini.
Patung seorang wanita yang menggambarkan sosoknya berada di tengah-tengah telaga dan diyakini sebagai penjaga yang membawa keberuntungan dan kesuburan bagi mereka yang berdoa kepadanya.
Legenda ini juga menceritakan bahwa Sunan Kalijaga, salah satu dari Wali Songo, pernah datang ke telaga tersebut dan membantu penduduk desa yang kesulitan mendapatkan air bersih.
Dengan menancapkan tongkatnya ke tanah, air pun muncul dan membentuk telaga.
Mitos yang berkembang menyebutkan bahwa patung perempuan di tengah telaga tersebut melambangkan sosok Nyi Bomas Inten, yang diyakini membawa keberuntungan dan kesuburan bagi siapa saja yang memohon kepadanya.
Selain itu, sejarah mencatat bahwa Nyi Bomas Inten merupakan istri dari Syekh Abdul Iman, utusan Wali Songo yang bertugas menyebarkan agama Islam di wilayah tersebut pada masa Walisongo.
Sampai saat ini, kepercayaan terhadap Nyi Bomas Inten terus dilestarikan oleh masyarakat sebagai bagian dari warisan budaya dan spiritual Desa Kaduela.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News