Pulau Senua merupakan salah satu wilayah yang berada di bawah wilayah administratif Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Apakah Kawan tahu bagaimana kisah dalam legenda asal usul Pulau Senua tersebut?
Menurut kisahnya, Pulau Senua merupakan perwujudan dari seorang wanita serakah yang dikutuk. Lantas bagaimana kisah lengkap dalam legenda asal usul Pulau Senua tersebut?
Legenda Asal Usul Pulau Senua
Dilansir dari buku 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara: Cerita Kepahlawanan, Mitos, Legenda, Dongeng, & Fabel dari 33 Provinsi, kisah dalam legenda ini berlatar tempat di Pulau Bunguran. Di pulau ini hidup sepasang suami istri yang bernama Baitusen dan Mai Lamah.
Baitusen dan Mai Lamah ini merupakan perantau yang datang ke Pulau Bunguran. Mereka memutuskan untuk menyambung hidup di pulau yang ada di dalam gugusan Kepulauan Natuna tersebut.
Mereka hidup bahagia di Pulau Bunguran ini. Para tetangga pun juga menyukai sepasang suami istri ini dan hidup berdampingan.
Bahkan salah seorang tetangga Baitusen dan Mai Lamah yang berprofesi sebagai seorang bidan, yakni Mak Semah juga menaruh perhatian lebih kepada mereka. Mak Semah tidak segan untuk membantu Baitusen dan Mai Lamah ketika mereka sedang kesusahan.
Pada suatu hari, Baitusen menemukan sebuah lubuk teripang yang ada di pulau tersebut. Baitusen merasa senang dengan temuannya ini.
Kisah Legenda, Cinta, dan Pengkhianatan Roro Jonggrang
Sebab teripang merupakan salah satu binatang laut yang mahal harganya. Akhirnya Baitusen pun membudidayakan teripang tersebut dan menjualnya secara luas.
Seiring berjalannya waktu, Baitusen dan Mai Lamah tumbuh menjadi saudagar kaya yang ada di Pulau Bunguran. Namun sayang, kekayaan yang mereka dapatnya justru merubah sifat yang ada di dalam dirinya masing-masing.
Terlebih Mai Lamah, dirinya berubah menjadi seorang wanita yang sombong dan pelit. Mai Lamah mulai menarik diri dan tidak ingin lagi bergaul dengan lingkungan tetangga sekitarnya.
Suatu hari, Mak Semah datang ke rumah Baitusen dan Mai Lamah untuk meminjam beras. Mak Semah membutuhkan beras untuk bisa dia masak dan makan pada hari itu.
Namun Mak Semah justru mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan. Alih-alih memberi beras, Mai Lamah justru mengungkit hutang yang dimiliki Mak Semah dan tidak ingin memberikan bantuan sebelum dia melunasinya.
Mak Semah pun merasa sedih dengan perlakuan yang dia terima. Sejak saat itu, Mak Semah beserta tetangga sekitar mulai menjauhi keluarga tersebut.
Seiring berjalannya waktu, Mai Lamah tengah mengandung dan hampir mendekati waktu kelahiran. Ketika momen ini hampir tiba, bidan yang dipanggil oleh Baitusen dari pulau sebelah belum juga tiba.
Melihat kondisi Mai Lamah yang mulai kesusahan, Baitusen berusaha meminta bantuan kepada Mak Semah dan tetangga sekitar. Akan tetapi, Mak Semah dan tetangga enggan memberikan bantuan karena sudah menerima perlakuan tidak mengenakkan sebelumnya.
Akhirnya Baitusen memutuskan untuk membawa langsung Mai Lamah ke kampung sebelah. Sebelum berangkat, Mai Lamah menyuruh suaminya untuk membawa serta seluruh harta kekayaan yang mereka miliki ke dalam kapal.
Di tengah perjalanan, ternyata kapal yang ditumpangi oleh Baitusen dan Mai Lamah dihantam oleh gelombang besar. Situasi ini semakin diperparah karena kondisi cuaca yang tidak mendukung pada saat yang bersamaan.
Kapal yang ditumpangi oleh Baitusen dan Mai Lamah akhirnya karam akibat situasi tersebut. Harta kekayaan yang banyak dibawa oleh Baitusen dan Mai Lamah turut menambah beban yang mengakibatkan karamnya kapal tersebut.
Baitusen kemudian berusaha berenang ke pulau terdekat sambil membawa istrinya yang sedang mengandung. Namun kondisi Mai Lamah yang tengah mengandung, ditambah perhiasan yang terlalu banyak dia pakai membuat dirinya susah bergerak dan berenang.
Dengan susah payah, akhirnya mereka sampai di pinggiran pantai terdekat. Namun tiba-tiba petir besar langsung menggelegar ketika mereka baru saja menginjakkan kaki di pantai tersebut.
Legenda Putri Pandan Berduri, Ibu dari Raja-Raja yang Ada di Kepulauan Riau Dulunya
Tidak lama berselang, tubuh Mai Lamah tiba-tiba mengeras dan berubah menjadi batu besar. Lama kelamaan, batu tersebut semakin membesar dan berubah menjadi sebuah pulau.
Masyarakat setempat akhirnya menamakan lokasi tersebut sebagai Pulau Senua. Kata 'senua' ini memiliki arti mengandung atau berbadan dua, merujuk kepada kondisi Mai Lamah ketika dikutuk.
Itulah kisah dalam legenda asal usul Pulau Senua. Semoga Kawan bisa mendapatkan pembelajaran berharga dari kisah dalam legenda tersebut, ya.
Sumber:
- Reza, Marina Asril. 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara: Cerita Kepahlawanan, Mitos, Legenda, Dongeng, & Fabel dari 33 Provinsi. Visimedia, 2010.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News