Perjalanan Apostolik di Asia Pasifik yang dilakukan oleh pemimpin Gereja Katolik Roma tertinggi, Paus Fransiskus, sudah dimulai.
Paus dengan nama asli Jorge Mario Bergoglio ini menginjakkan kakinya di Indonesia, Selasa (3/9/2024), pukul 11.30 WIB. Kedatangan Paus Fransiskus disambut hangat oleh berbagai kalangan.
Paus Fransiskus memiliki beberapa agenda yang akan dilakukan di Indonesia, yaitu bertemu dengan Presiden Jokowi, Misa Kudus dengan puluhan ribu umat Katolik di Stadion Gelora Bung Karno, hingga kunjungan ke Masjid Istiqlal.
Kunjungan keagamaan ini tentu saja menjadi momen yang sangat bersejarah. Indonesia, negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia, sekaligus negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, dianggap berhasil mempromosikan kerukunan dalam beragama.
Simbol toleransi beragama
Juru Bicara Panitia Kunjungan Paus Fransiskus, Rm. Thomas Ulun Ismoyo, Pr. menerangkan, kedatangan Paus menjadi salah satu bentuk pengakuan dunia atas besarnya toleransi beragama di tanah air.
Masyarakat Indonesia hidup dengan agama dan budaya yang berbeda-beda. Sikap tenggang rasa dan toleransi yang tinggi antara seluruh umat beragama sudah menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak heran apabila Indonesia diakui sebagai miniatur keberagaman dan toleransi agama di dunia.
"Kunjungan ini adalah bukti nyata dari pengakuan dunia atas Indonesia yang mampu menjaga kerukunan dalam keberagaman. Alasannya dipilih karena Indonesia hebat di mata Vatikan," jelas Romo Thomas.
Tidak hanya itu, ternyata Paus Fransiskus sudah lama mengamati kehidupan beragama di Indonesia. Dengan populasi umat muslim yang sangat besar, Indonesia tetap mampu memberikan ruang bagi berkembangnya berbagai agama dan budaya.
Keberagaman dan toleransi tinggi di Indonesia ini menjadi salah satu alasan kuat bagi Sri Paus untuk mengunjungi tanah air.
Baca juga: Kunjungan Paus Yohanes Paulus II pada 1989 dan Ketertarikannya dengan Konsep Pancasila
Toleransi sebagai kunci perdamaian
Kedatangan Paus pertama dari Amerika Latin ini semakin memperjelas posisi Indonesia sebagai negara teladan dalam hal keberagaman dan toleransi. Kedua hal tersebut merupakan kunci untuk terciptanya perdamaian.
Tokoh berusia 87 tahun ini selalu konsisten mempromosikan perdamaian. Paus juga berupaya untuk memperbaiki hubungan harmonis antara Gereja Katolik dengan agama-agama lain. Selama ini, Paus Fransiskus telah melakukan dialog dan rekonsiliasi bersama pemimpin-pemimpin dari berbagai agama.
Pada tahun 2020, Bapa Suci pernah menerbitkan sebuah Ensiklik berjudul Fratelli Tutti. Dokumen itu menggarisbawahi pentingnya persaudaraan dan solidaritas global.
Kekaguman Paus Fransiskus terhadap budaya toleransi di Indonesia menjadi hal yang patut dibanggakan. Indonesia berhasil menjadi bukti bahwa perbedaan bukan sebuah penghalang, tetapi sebuah kekayaan yang harus dirawat dan dihormati.
Baca juga: 4 Fakta Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia: Naik Pesawat Komersil hingga Maung
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News