Komodo, sang predator tangguh dari Nusa Tenggara, tak hanya menarik perhatian karena ukurannya yang luar biasa, tapi juga karena keunikan dan kekuatannya yang memukau. Hewan purba ini telah menjadi simbol kebanggaan Indonesia dan salah satu daya tarik utama di Taman Nasional Komodo.
Meski terlihat menakutkan, komodo memiliki sisi menarik yang sering kali luput dari perhatian. Dari kemampuan berburu yang sabar hingga rahasia metabolisme tubuhnya, Kawan GNFI ini lima fakta menarik tentang komodo yang membuatnya begitu istimewa.
1. Habitat Asli Komodo Hanya Ada di Nusa Tenggara Timur
Nama komodo (Varanus komodoensis) semakin dikenal secara global setelah Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur dinyatakan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia terbaru.
Komodo, yang mirip kadal raksasa dengan panjang 2—3 meter dan berat mencapai 165 kg (atau 100 kg saat perut kosong), bukanlah pemburu aktif. Sebaliknya, ia adalah predator sabar yang memanfaatkan kelebihannya untuk memburu mangsa yang lemah atau terluka. Dengan gigitan yang mematikan dan kesabaran dalam mengintai mangsanya hingga berhari-hari, komodo memanfaatkan setiap peluang untuk makan saat mangsanya tengah sekarat.
Sebagai spesies langka yang nyaris punah, komodo hanya dapat ditemukan di habitat alaminya di Taman Nasional Komodo. Keberadaan unik dan kelangkaan komodo membuat Taman Nasional Komodo dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia dan Cagar Biosfer oleh UNESCO pada tahun 1986.
Meskipun memiliki penampilan yang menakutkan dengan ukuran besar, sisik, kuku tajam, dan lidah bercabang, pengunjung tidak perlu khawatir. Di Taman Nasional Komodo, setiap pengunjung yang ingin melihat hewan ini akan didampingi oleh jagawana yang juga berperan sebagai pemandu. Hanya dengan mengikuti petunjuk dan saran dari pemandu berpengalaman, pengunjung dapat menikmati pengalaman melihat komodo dengan aman.
2. Komodo dapat Menghasilkan Tiga Puluh Butir Telur
Seekor betina komodo dapat menghasilkan antara 15 hingga 30 telur dalam sekali bertelur. Proses pengeraman dan perlindungan telur-telurnya berlangsung selama sekitar 7—8 bulan, biasanya hingga telur-telur tersebut menetas pada bulan April.
Bayi komodo, yang memiliki ukuran sekitar 30 cm, akan menghabiskan tahun-tahun awal hidupnya di atas pohon untuk melindungi diri dari predator.
Selain ancaman dari hewan karnivora lain, bayi komodo juga harus waspada terhadap bahaya dari komodo dewasa yang merupakan kanibal dan sering memangsa bayi komodo. Komodo memerlukan waktu antara tiga hingga lima tahun untuk mencapai kedewasaan, dan dapat hidup lebih dari 50 tahun.
3. Komodo Dewasa Memiliki Berat Hingga 165 Kilogram
Komodo dewasa bisa mencapai berat hingga 165 kilogram dan panjang antara 2 hingga 3 meter. Ekor komodo, yang merupakan bagian dari kadal terbesar di dunia, memiliki panjang hampir setara dengan tubuhnya.
Ukuran tubuh raksasa komodo ini merupakan hasil dari fenomena yang disebut gigantisme pulau, di mana hewan-hewan yang hidup di pulau kecil sering kali mengalami pertumbuhan yang lebih besar akibat kurangnya predator mamalia karnivora di lingkungan mereka.
Selain faktor tersebut, laju metabolisme komodo yang lambat juga berkontribusi pada fenomena gigantisme ini. Dengan ukuran tubuh yang mengesankan, komodo menempati puncak rantai makanan di habitatnya dan berperan sebagai predator utama yang mendominasi ekosistemnya.
4. Hewan Karnivora dan Memiliki Air Liur yang Mengandung Bakteri
Sebagai predator karnivora, komodo menyantap berbagai jenis daging, mulai dari bangkai hewan, mamalia kecil, burung dan telurnya, hingga monyet, babi hutan, rusa, kambing, bahkan kuda dan kerbau. Selain itu, komodo juga dikenal sebagai kanibal yang tidak segan memakan bayi komodo atau individu yang lebih kecil.
Saat berburu, komodo bisa tampak pasif dan mengendap-endap, tetapi itu semua adalah strategi kamuflase. Dengan gigi tajam berjumlah 60 buah, komodo dapat tiba-tiba melesat dan menyerang mangsanya dengan kecepatan mengesankan hingga 20 km per jam. Mereka memburu dengan merasakan getaran gerakan mangsanya.
Gigi komodo yang panjangnya sekitar 2,5 cm mungkin tidak langsung melumpuhkan mangsanya, tetapi air liurnya mengandung bakteri berbahaya yang dapat menyebabkan infeksi serius. Infeksi ini bisa membuat korban gigitan lumpuh dalam waktu seminggu.
Komodo hanya tinggal mengintai mangsanya saat lemah dan lengah. Uniknya, komodo yang digigit oleh komodo lain tidak akan mengalami efek beracun dari bakteri pada liur lawan. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki sistem kekebalan khusus, yang memastikan bahwa senjata alami mereka tidak digunakan melawan mereka sendiri atau sesama spesies.
5. Dapat Mendeteksi Mangsa Hingga Lebih dari Lima Kilometer
Dengan penciuman yang tajam dan preferensi terhadap suhu panas, komodo mampu mendeteksi mangsa dari jarak lebih dari 5 kilometer.
Reptil purba ini mengunyah potongan daging besar dengan cara mencabik dan menelannya dalam satu gigitan. Seekor komodo dapat menghabiskan mangsa yang beratnya mencapai 80 persen dari bobot tubuhnya sendiri dalam sekali telan, berkat rahangnya yang bisa melebar, tengkorak yang fleksibel, dan lambung yang elastis.
Proses menelan daging memerlukan waktu yang cukup lama, sekitar 15—20 menit, dan dibantu oleh air liur untuk mempermudah. Untuk menghindari tercekik, komodo memiliki saluran kecil di bawah lidahnya yang terhubung langsung dengan paru-paru, memungkinkan mereka bernapas selama proses tersebut.
Sebagai makhluk yang luar biasa, komodo tidak hanya menambah keanekaragaman hayati Indonesia, tetapi juga mengajarkan kita tentang kekuatan adaptasi di alam liar. Mari kita jaga dan lestarikan hewan purba ini agar tetap menjadi kebanggaan negeri untuk generasi mendatang.
Sumber:
Riana, Deny. 2021. Jelajah Wisata Budaya Negeriku Provinsi Nusa Tenggara Timur. CV Angkasa: Bandung.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News