membuat peta zonasi rawan longsor dengan sistem informasi geografis sig proses dan penerapan di desa jati sawangan - News | Good News From Indonesia 2024

Membuat Peta Zonasi Rawan Longsor dengan Sistem Informasi Geografis (SIG): Proses dan Penerapan di Desa Jati, Sawangan

Membuat Peta Zonasi Rawan Longsor dengan Sistem Informasi Geografis (SIG): Proses dan Penerapan di Desa Jati, Sawangan
images info

Sistem Informasi Geografis (SIG) telah mengalami perkembangan pesat dalam beberapa dekade terakhir. Dulunya SIG digunakan untuk analisis sederhana. Namun SIG kini menjadi alat yang sangat penting dalam pengelolaan risiko bencana, termasuk dalam pembuatan peta zonasi rawan longsor.

Penggunaan SIG memungkinkan kita untuk menggabungkan berbagai lapisan informasi geospasial, seperti peta kelerengan, curah hujan, jenis tanah, dan tata guna lahan, untuk menghasilkan peta yang lebih akurat dan informatif mengenai risiko longsor di suatu wilayah.

Komponen Peta untuk Zonasi Rawan Longsor

Peta zonasi rawan longsor biasanya dibangun dari beberapa komponen peta yang di-overlay satu sama lain. Setiap komponen ini memiliki peran penting dalam menentukan tingkat kerawanan suatu area terhadap tanah longsor.

1. Peta Kelerengan

Kelerengan atau kemiringan lereng merupakan salah satu faktor kunci dalam analisis kerawanan longsor. Daerah dengan kelerengan yang curam lebih rentan terhadap longsor karena gaya gravitasi yang lebih besar mempengaruhi kestabilan tanah.

Peta kelerengan dibuat berdasarkan data topografi dan menjadi dasar utama dalam menentukan zona rawan longsor.

Identifikasi Air Tanah di Desa Gantang Melalui Pemetaan Geologi Permukaan dan Geolistrik
Gambar 1. Peta kelerengan Desa Jati, Sawangan, Kab. Magelang. Sumber: Hasil penelitian pribadi
info gambar

2. Peta Curah Hujan

Curah hujan yang tinggi dapat meningkatkan risiko longsor karena air yang meresap ke dalam tanah akan menambah beban dan mengurangi kohesi antar butir tanah. Peta curah hujan digunakan untuk mengidentifikasi area yang menerima jumlah hujan tinggi, yang berpotensi meningkatkan kerawanan longsor.

Gambar 2. Peta curah hujan Desa Jati, Sawangan, Kab. Magelang. Sumber: Hasil penelitian pribadi
info gambar

3. Peta Jenis Tanah

Jenis tanah mempengaruhi kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Tanah liat, misalnya, cenderung lebih mudah jenuh dan kehilangan kekuatannya saat basah, meningkatkan kemungkinan terjadinya longsor. Peta jenis tanah membantu mengidentifikasi wilayah yang memiliki jenis tanah berisiko tinggi.

Gambar 3. Peta jenis tanah Desa Jati, Sawangan, Kab. Magelang. Sumber: Hasil penelitian pribadi
info gambar

4. Peta Tata Guna Lahan

Penggunaan lahan juga mempengaruhi stabilitas tanah. Lahan yang terbuka atau tidak dilindungi oleh vegetasi cenderung lebih mudah longsor. Peta tata guna lahan membantu dalam menilai pengaruh aktivitas manusia, seperti pembangunan atau penggundulan hutan, terhadap risiko longsor.

Gambar 4. Peta tata guna lahan Desa Jati, Sawangan, Kab. Magelang. Sumber: Hasil penelitian pribadi
info gambar

Pengaruh Masing-Masing Parameter terhadap Bahaya Longsor

Setiap parameter yang di-overlay dalam SIG memberikan kontribusi unik terhadap pemahaman kita mengenai bahaya tanah longsor. Kelerengan yang curam meningkatkan risiko fisik terjadinya longsor, sementara curah hujan tinggi mempercepat proses tersebut dengan menambah beban air.

Jenis tanah berpengaruh pada seberapa cepat tanah tersebut dapat menjadi jenuh dan kehilangan stabilitasnya. Tata guna lahan menunjukkan bagaimana aktivitas manusia dapat memperparah atau mengurangi risiko ini. Dengan menggabungkan semua parameter ini, SIG mampu memberikan gambaran komprehensif tentang daerah-daerah yang paling rentan terhadap longsor.

Lomba Cerdas Cermat dari Mahasiswa KKN Gelombang Dua UPN “Veteran” Jawa Timur

Studi Kasus: Desa Jati, Sawangan, Kabupaten Magelang

Sebagai penulis, penulis pernah melakukan analisis kerawanan longsor di Desa Jati, Sawangan, Kabupaten Magelang. Dalam analisis ini, penulis menggunakan SIG untuk menggabungkan berbagai peta yang relevan, termasuk kelerengan, curah hujan, jenis tanah, dan tata guna lahan.

Hasilnya menunjukkan bahwa beberapa area di desa tersebut memiliki tingkat kerawanan longsor yang tinggi, terutama di wilayah dengan kelerengan curam dan tanah yang mudah jenuh air. Temuan ini menjadi dasar penting dalam pengembangan strategi mitigasi bencana yang lebih efektif untuk wilayah tersebut

Gambar 5. Peta zonasi bahaya tanah longsor Desa Jati, Sawangan, Kab. Magelang. Sumber: Hasil penelitian pribadi
info gambar

Kesimpulan

Perkembangan SIG telah mempermudah proses pembuatan peta zonasi rawan longsor dengan lebih cepat, akurat, dan informatif. Dengan kemampuan SIG untuk meng-overlay berbagai komponen peta dan menganalisis data geospasial secara menyeluruh, kita dapat memahami dan memitigasi risiko bencana dengan lebih baik.

Penggunaan SIG juga memberikan fleksibilitas dan efisiensi dalam pengelolaan data, membuatnya menjadi alat yang sangat diperlukan dalam perencanaan mitigasi bencana di berbagai wilayah, termasuk di daerah yang rawan longsor seperti Desa Jati, Sawangan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.