Masalah pakan ternak merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh peternak di Desa Tulakan, terutama dalam usaha peternakan ruminansia seperti sapi, kambing, dan domba. Tidak hanya biaya pakan yang sangat tinggi, mencapai hingga 70% dari total biaya usaha, tetapi ketersediaan pakan, khususnya hijauan, juga seringkali menjadi kendala utama, terutama selama musim kemarau.
Menyadari urgensi masalah ini, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang bertugas di Desa Tulakan mengambil inisiatif untuk mengembangkan program pembuatan Fermented Complete Feed (FCF), sebuah solusi inovatif dalam pengelolaan pakan ternak yang tidak hanya praktis tetapi juga bernilai gizi tinggi.
Tantangan Pakan Ternak di Desa Tulakan
Peternakan di Desa Tulakan sebagian besar masih bergantung pada pakan hijauan segar seperti rumput dan dedaunan. Namun, saat musim kemarau tiba, hijauan menjadi langka, sehingga peternak seringkali harus mencari alternatif pakan yang kurang berkualitas.
Situasi ini menyebabkan penurunan produktivitas ternak dan menimbulkan stres pada hewan, yang pada gilirannya membuat ternak rentan terhadap berbagai penyakit. Selain itu, banyak peternak yang belum sepenuhnya memahami pentingnya pemberian pakan yang seimbang, yang mencakup serat kasar, protein, dan nutrisi tambahan lainnya. Akibatnya, hasil peternakan di desa ini belum mencapai potensi maksimalnya.
Mahasiswa KKN-PPM Sungai Kakap UGM 2024 Adakan Pemeriksaan Kesehatan kepada Masyarakat
Pengenalan Fermented Complete Feed (FCF)
Untuk mengatasi masalah tersebut, mahasiswa KKN memperkenalkan konsep Complete Feed yang telah difermentasi. Complete Feed adalah teknologi formulasi pakan yang menggabungkan hijauan, limbah pertanian, dan konsentrat dalam satu campuran yang lengkap dan seimbang.
Proses fermentasi dilakukan untuk meningkatkan nilai gizi pakan, membuat pakan lebih mudah dicerna oleh ternak, serta memperpanjang masa penyimpanan pakan. FCF juga memiliki keunggulan dalam hal efisiensi, karena peternak tidak perlu lagi menghabiskan waktu dan tenaga setiap hari untuk mencari rumput.
Proses Pembuatan FCF
Pemilihan Bahan Baku: Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan FCF terdiri dari hijauan seperti rumput atau jerami, serta limbah pertanian seperti dedak padi, ampas tahu, atau bungkil kelapa. Hijauan berfungsi sebagai sumber serat kasar, sementara limbah pertanian dan konsentrat berfungsi sebagai sumber energi dan protein.
Komposisi Pakan: Komposisi ideal untuk FCF adalah 60% serat kasar, 30% konsentrat, dan 10% bahan tambahan lainnya. Serat kasar diperoleh dari hijauan, sedangkan konsentrat dapat berupa sumber protein seperti bungkil kedelai atau dedak. Bahan tambahan lainnya bisa berupa mineral dan vitamin yang diperlukan untuk menjaga kesehatan ternak.
Proses Fermentasi: Setelah bahan-bahan dicampur, campuran tersebut difermentasi dengan bantuan mikroorganisme yang berperan dalam menguraikan bahan organik, meningkatkan kecernaan, dan memperpanjang masa simpan pakan. Fermentasi biasanya dilakukan selama beberapa hari di dalam wadah tertutup untuk menjaga proses anaerob. Setelah fermentasi selesai, FCF siap diberikan kepada ternak.
Penyimpanan dan Penggunaan: FCF yang sudah difermentasi dapat disimpan untuk digunakan di kemudian hari, terutama saat hijauan segar tidak tersedia. Penyimpanan yang baik akan memastikan bahwa pakan tetap bernutrisi tinggi dan tidak terkontaminasi oleh jamur atau bakteri yang merugikan.
Pelatihan dan Implementasi
Mahasiswa KKN tidak hanya memperkenalkan konsep FCF kepada para peternak, tetapi juga memberikan pelatihan langsung mengenai cara pembuatan pakan ini. Pelatihan meliputi pemilihan bahan baku yang tersedia di desa, proses pencampuran bahan, hingga cara fermentasi yang benar. Selain itu, mahasiswa juga membagikan pengetahuan tentang manfaat FCF dalam meningkatkan kesehatan dan produktivitas ternak.
Selama pelatihan, peternak diajak untuk mencoba langsung membuat FCF, sehingga mereka dapat memahami prosesnya dengan lebih baik. Pendampingan dilakukan agar peternak dapat mandiri dalam membuat pakan ini di kemudian hari, bahkan setelah program KKN berakhir. Melalui pendekatan partisipatif ini, diharapkan teknologi FCF dapat terus digunakan dan dikembangkan oleh para peternak setempat.
Festival Apangi Gorontalo tetap Diadakan Setelah Musibah Melanda Masyarakat
Manfaat FCF bagi Peternak Desa Tulakan
Penerapan FCF memberikan berbagai manfaat yang signifikan bagi peternak di Desa Tulakan, di antaranya:
- Peningkatan Kualitas Gizi Ternak: Pakan yang difermentasi memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi dan lebih mudah dicerna oleh ternak, sehingga membantu meningkatkan kesehatan dan produktivitas ternak.
- Efisiensi Waktu dan Tenaga: Dengan FCF, peternak tidak perlu lagi mencari rumput setiap hari, yang menghemat waktu dan tenaga yang dapat dialokasikan untuk kegiatan produktif lainnya.
- Ketersediaan Pakan yang Berkelanjutan: FCF dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga peternak memiliki cadangan pakan yang cukup, terutama selama musim kemarau.
- Pengurangan Biaya Operasional: Dengan menggunakan bahan baku lokal seperti limbah pertanian, biaya pakan dapat ditekan, sehingga meningkatkan margin keuntungan bagi peternak.
- Peningkatan Produktivitas Ternak: Ternak yang mendapatkan pakan komplit dan seimbang cenderung lebih cepat tumbuh, menghasilkan daging atau susu yang lebih berkualitas, serta lebih tahan terhadap penyakit.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Program FCF tidak hanya memberikan manfaat langsung bagi para peternak, tetapi juga memberikan dampak sosial dan ekonomi yang lebih luas bagi Desa Tulakan. Dengan peningkatan produktivitas ternak, pendapatan peternak juga meningkat, yang pada gilirannya memperbaiki kesejahteraan keluarga mereka.
Selain itu, desa memiliki potensi untuk menjadi pusat produksi pakan komplit, yang dapat dipasarkan ke desa-desa sekitar, membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat.
Kolaborasi antara mahasiswa KKN, peternak, dan masyarakat desa juga memperkuat solidaritas dan kerja sama komunitas. Program ini membangun kesadaran bersama tentang pentingnya inovasi dalam peternakan, serta meningkatkan keterampilan teknis masyarakat dalam mengelola usaha peternakan secara lebih efisien dan berkelanjutan.
Penutup
Pembuatan Fermented Complete Feed (FCF) sebagai program kerja KKN di Desa Tulakan merupakan langkah strategis untuk mengatasi permasalahan pakan ternak yang sering kali menjadi hambatan utama dalam usaha peternakan. Melalui inovasi ini, diharapkan peternak dapat mengoptimalkan produksi ternak mereka, meningkatkan pendapatan, serta mengurangi ketergantungan pada pakan hijauan yang ketersediaannya sering tidak menentu.
Mahasiswa KKN berkomitmen untuk terus mendampingi dan memberikan dukungan teknis kepada para peternak, sehingga teknologi FCF dapat diadopsi secara luas dan berkelanjutan di Desa Tulakan. Dengan demikian, Desa Tulakan dapat menjadi contoh desa yang sukses dalam mengelola sumber daya lokal untuk meningkatkan produktivitas peternakan secara efisien dan berkelanjutan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News