Saat acara peringatan hari ulang tahun ke-79 di Ibu Kota Nusantara, ada pemberian hadiah untuk busana daerah terbaik. Dalam acara tersebut ada peserta yang menggunakan kostum adat lampung yang menjadi pemenang kostum daerah terbaik. Pemenang baju adat dinilai dari elemen tradisional yang khas terus diadaptasi dengan cara yang segar dan relevan terhadap tren kontemporer.
Busana adat pastinya memiliki keaslian busana tradisional yang sangat kental. Dalam artikel ini akan membahas tentang busana adat khas Lampung dan atribut yang digunakan.
Asal Mula Pembagian Adat Lampung
Indonesia yang memiliki banyak budaya, suku, ras dan adat yang beragam. Busana tiap adat memiliki keunikan, ciri khas dan nilai yang berbeda beda pada tiap daerah. Hal ini juga berlaku untuk busana adat Lampung.
Penduduk asli Lampung mempunyai struktur adat sendiri, tiap wilayah atau kelompok memiliki hukum adatnya tersendiri. Seperti julukan dari provinsi ini adalah “ Sai Bumi Ruwa Jurai” yang memiliki makna satu bumi dua macam. Pengertian ini jika diperluas memiliki arti, dalam satu wilayah yang ditempati terdapat dua jenis adat istiadat yang dikenal dalam masyarakat lampung, yakni adat Saibatin dan adat Pepadun.
Perbedaan adat Saibatin dan Pepadun terletak pada letak wilayahnya. Adat Saibatin terletak di sepanjang pesisir Lampung seperti, Tanggamus, Pringsewu, Lampung Timur, Lampung Barat dan Pesawaran. Sementara Pepadun berada di daerah pedalaman Lampung, seperti Lampung Utara, Lampung Tengah, Tulang Bawang, Way Kanan, Tulang Bawang Barat, sebagian Pringsewu, sebagian Mesuji dan sebagian Pesawaran.
Baju Adat Lampung
Baju Adat Saibatin
Arti kata saibatin adalah satu penguasa atau raja. Dengan demikian, pastinya Saibatin dan Pepadun punya makna dan perbedaan dalam tampilan busananya.
Pakaian adat Lampung Saibatin menunjukkan kemewahan. Hal ini ditunjukkan dengan warna merah menyala yang memberikan kesan mewah.
Pada pakaian pria, yaitu jas beludru, dihiasi dengan motif bunga, taburan, garis-garis, atau rebung. Kemudian, pakaian ini dilengkapi dengan menggenakan kopiah dan perhiasan seperti gelang dan kalung sebagai atributnya. Untuk bawahannya, dikenakan celana berwarna gelap dilapisi kain tompal selutut atau lipit yang diperkuat dengan ikat pinggang buduk. Keris diselipkan pada ikat pinggang sebelah kanan, agak miring ke kiri.
Pada pakaian wanita, mereka mengenakan baju yang terbuat dari belundru dengan motif bunga, dengan ditambahkan aksesoris di leher, lengan, serta menggunakan siger yang memiliki tujuh ruji dan dihiasi bungan daun bambu. Selanjutnya, diberikan aksesoris gelang pada bagian lengan, diselempangkan kain cempaka pada bagian bahu, dan ditutupi kain putih.
Pada sentuhan akhir, yaitu sarung, menggunakan kain tumpal dengan ikat pinggang dan tidak melupakan kalung yang melingkar dari bahu sampai bagian depan.
Baca Juga : Adat Pengantin "Putri Jenggolo": Upaya Melestarikan Budaya Leluhur Sidoarjo
Baju Adat Pepadun
Pakaian adat Pepadun yang memiliki arti Tempat Duduk Penobatan Penguasa. Busana ini memiliki beberapa aksesoris yang digunakan para pakaian pria dan wanita.
Pada busana pria, menggunakan kopiah emas yang dibuat dari kuningan berbentuk bulat keatas dengan rujin tajam pada ujungnya. Kemudian, ditambah hiasan buah jukun yang dibentuk buah-buahan kecil yang berada di atas kain dan dirangkai menjadi utaian bungan dengan benang dijadikan kalung yang panjang.
Tidak lupa, busana ini menggunakan ikat pinggang yang terbuat dari kain beludru yang dilapisi kain merah. Kain beludru ini kemudian dikombinasikan dengan pending, yaitu ikat pinggang yang terbuat dari uang ringgitan Belanda bergambar Ratu Wihelmina.
Selanjutnya, pengantin menggunakan gelang yang terbuat dari kuningan yang berbentuk seperti burung. Pada bagian akhir, akan dipakaikan keris dengan gagang berbentuk melengkung.
Pada busana wanita, pengantin akan memakai siger yang terbuat dari kuningan dan memiliki ruji tajam berjumlah sembilan di bagian depan dan belakang. Di atasnya ditambahkan serajo bulan, yakni bunga hias berupa mahkota kecil dan terbuat dari kuningan. Ditambah dengan baju kurung yang berwana putih, dihiasi uang perak yang digantung berangkai.
Pada bagian dada diberikan bulan temenggal, hiasan dari kuningan yang menyerupai tanduk tanpa motif. Bulan temanggul biasanya berupa rangkaian tiga buah keping yang dirangkai dengan rantai.
Sumber :
- https://tribratanews.lampung.polri.go.id/detail-post/mengenal-pakaian-adat-lampung-keunikan-dan-keindahannya
- Suyatno dan Rinezia Putri Lelapari “ANALISIS MAKNA SIMBOLIK PADA PAKAIAN PENGANTIN ADAT LAMPUNG PEPADUN’Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya
- https://www.detik.com/sumbagsel/budaya/d-7395438/mengenal-pakaian-adat-lampung-saibatin-dan-pepadun-ini-perbedaannya#
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News