Budaya Jawa sangat kental dengan aturan moral dan sopan santun yang disepakati untuk digunakan sebagai standar bermasyarakat selama ratusan tahun lamanya. Salah satunya adalah istilah andhap asor dan lembah manah.
Kedua istilah itu memiliki makna yang luar biasa dalamnya. Tidak hanya sebatas “tembung” atau istilah sebagai hafalan bagi anak muda, tapi juga berguna untuk menjaga marwah dan keluhuran budaya Jawa yang diwariskan dari nenek moyang atau leluhur terdahulu.
Lantas, apa itu lembah manah dan andhap ashor? Artikel ini akan memberikan Anda ulasan tentang pengertian dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Simak ulasannya sebagai berikut.
Arti Andhap Asor dan Lembah Manah
Seorang guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya, Prof. Dr. Nur Syam menuliskan bahwa secara bahasa, andhap asor lan lembah manah berarti sopan santun dan rendah hati. Masyarakat Jawa memiliki prinsip filsafat kehidupan yang sangat dalam menjunjung tinggi sopan santun dan kerendahan hati.
Prinsip tersebut mengajarkan tentang larangan seperti ojo adigang adigung adiguna, ojo gumedhe, ojo dumeh dan lain sebagainya.
Ajaran-ajaran tersebut tentu digunakan sebagai standar kesopanan yang dipegang teguh oleh masyarakat Jawa. Tujuannya agar mereka yang memegang prinsip tersebut mampu menempatkan diri dalam dunia sosial yang bermartabat.
Sampai sekarang, masyarakat Indonesia masih menilai seseorang dari kesopan santunannya. Maka dari itu, ini penting untuk selalu dipegang teguh. Melalui sikap dan tindakan yang menggambarkan kesopanan, maka orang lain dapat menilai siapa sesungguhnya kita.
Beberapa hal dasar yang menjadi indikator praktik andhap asor dan lembah manah adalah bagaimana cara seseorang berjalan, cara duduk, cara berbicara, hingga bahasa tubuh yang diperlihatkan saat memasuki sebuah ruangan yang sudah ada orang di dalamnya.
Selain itu, dalam konteks kehidupan sosial, andhap asor dan lembah manah dapat tercermin dari kemampuan seseorang untuk menjaga emosi dan ekspresi diri ketika sedang berinteraksi dengan orang lain. Terutama dalam budaya Jawa yang mengedepankan sopan santun.
Implementasi dalam kehidupan yang mempraktikkan filosofi andhap asor dan lembah manah juga bisa diterjemahkan dalam gaya hidup yang tidak glamor. Tidak mengutamakan diri sendiri dan lebih mendahulukan orang lain.
Andhap Asor dan Lembah Manah Bagian Dari Tembung Saroja
Andap asor dan lembah manah termasuk bagian dari tembung saroja. Tembung saroja merupakan salah satu jenis bahasa ringgena atau bahasa yang penuh dengan kalimat indah dan penuh perasaan yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Tembung saroja terdiri dari dua kata yang bermakna sama atau bahkan hampir sama. Kata itu bisa digunakan secara bersamaan. Fungsinya adalah untuk mempertegas kata sebelumnya atau memperkuat makna sebuah kata pertama.
Beberapa contoh tembung saroja adalah akal budi, campur adhuk, budi pekerti, angkara murka, japa mantra, peteng ndedet, dan lain sebagainya.
Contoh Penerapan Andhap Asor dan Lembah Manah dalam Keseharian Masyarakat Jawa
Dalam penerapan sehari-hari, andhap asor dan lembah manah merupakan standar moral yang ada di masyarakat Jawa. Salah satu contohnya dalam penerapan sehari-hari adalah:
- Bersikap santun dan menundukkan badan ketika melewati tempat orang yang sedang duduk atau berdiri dengan diikuti oleh pernyataan “nuwun sewu”.
- Berbahasa Jawa krama ketika berbicara dengan orang tua dan menundukkan kepala serta tidak menatap matanya.
- Lebih mengutamakan orang lain ketimbang diri sendiri, tidak bergaya hidup hedon serta bermewah-mewahan.
Demikian adalah uraian tentang andhap asor dan lembah manah dalam filosofi budaya Jawa. Masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi sopan santun dan kerendahan hati, maka dari itu, mereka menerapkan andhap asor dan lembah manah dalam standar moral masyarakat Jawa.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News