Kehadiran trem otonom di Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi perhatian karena untuk pertama kalinya Kalimantan memiliki moda transportasi autonomous rail transit (ART) atau yang lebih dikenal dengan trem otonom. Hal ini membuktikan bahwa pemerintah ingin mewujudkan IKN sebagai pusat pemerintahan dengan teknologi maju dan canggih.
Beberapa hari sebelum kemerdekaan Indonesia, Budi Karya selaku Menteri Perhubungan meninjau pelaksanaan Proof-of-Concept (POC) trem otonom di IKN disusul oleh Presiden Republik Indonesia (RI). Uji coba ini dilakukan dalam rangka persiapan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-79 yang dilaksanakan di IKN.
Proyek trem otonom tersebut merupakan bagian dari kerja sama antara pemerintah dengan China Railway Construction Coorperation (CRCC), yaitu perusahaan konstruksi khusus kereta api asal Tiongkok. Rencananya, POC akan dilakukan selama dua bulan hingga Oktober 2024.
Baca juga: IKN Terapkan Green Technology dalam Sistem Pengolahan Air Minum
Dilansir dari portal berita Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, Budi Karya menjelaskan bahwa trem otonom mampu melaju hingga 40 km/jam. Sumber energi yang dimiliki trem otonom berasal dari baterai yang kemudian terhubung dengan marka jalan dan magnet. Nantinya, trem otonom akan menjadi moda transportasi penghubung di IKN yang ramah lingkungan.
Meskipun sangat menarik perhatian, keberadaan trem otonom juga menimbulkan perdebatan di media sosial. Menurut warganet, alih-alih dinamakan trem otonom, justru secara fisik lebih mirip dengan bus gandeng.
Tak berselang lama, Kementerian Perhubungan merespon hal tersebut melalui akun Instagram Ditjen Perkeretaapian. Lantas, apa saja perbedaan trem otonom dengan bus gandeng?
Perbedaan Ukuran
Dari segi ukuran sebenarnya terlihat jelas perbedaan antara trem otonom dengan bus gandeng. Trem otonom yang beroprasi di IKN memiliki panjang hingga 30 meter, sementara bus gandeng panjangnya maksimal 18 meter. Hal ini merujuk pada PP nomor 5 tahun 2012 tentang Kendaraan yang menyebutkan bahwa bus gandeng tidak boleh memiliki panjang lebih dari 18 meter.
Landasan Jalan
Perbedaan paling signifikan selanjutnya adalah lintasan jalan. Bus gandeng dapat beroperasi di jalan atau lintasan tanpa spesifikasi tertentu sehingga penggunaannya harus dijalankan dengan pengemudi.
Berbeda dengan bus gandeng, trem otonom hanya dapat beroperasi melintasi rel virtual berupa marka yang ada di jalan beraspal lengkap dengan magnet sensor di tiap sudut marka tersebut. Hal ini sesuai dengan tujuan hadirnya trem otonom yaitu untuk memprioritaskan kereta pada jalan raya.
Menurut Undang-undang nomor 23 tahun 2007 tentang perkeretaapian, trem adalah kereta api yang bergerak di atas jalan rel yang sebidang dengan jalan. Jalan rel sendiri didefinisikan sebagai kesatuan konstruksi yang terbuat dari baja, beton, atau konstruksi lain yg terletak di permukaan di bawah dan di atas tanah atau bergantung beserta perangkatnya yang mengatur jalannya kereta api.
Baca juga: Tiang Bendera Tertinggi di Indonesia Mencapai 79 Meter ada di IKN
Sistem Persinyalan
Selain magnet sensor, terdapat radar pada tiap sudut marka serta rambu lalu lintas yang akan terhubung bersamaan dengan sensor ke sistem persinyalan trem. Hal ini memungkinkan trem otonom dapat mendeteksi lalu lintas di sepanjang rute untuk menghindari tabrakan. Oleh karena itu, trem otonom dapat berjalan tanpa pengemudi sementara bus ganteng tidak.
Bentuk Kendaraan
Seperti kereta, trem otonom memiliki dua muka yang menyebabkan moda transportasi tersebut dapat berjalan dua arah yaitu ke depan dan belakang. Sementara itu, bus gandeng sama seperti bus lainnya hanya memiliki satu sisi muka yang memungkinkan bus berjalan pada satu arah saja yaitu ke depan.
Itu dia perbedaan trem otonom dengan bus gandeng. Menurut Kawan, apakah trem otonom dapat bertahan lama di IKN dan menjadi kereta api kota khusus Nusantara saja? Apakah kehadirannya dapat menjadi contoh untuk kota-kota lainnya?
Sumber:
https://www.ikn.go.id/wujudkan-masa-depan-transportasi-cerdas-dan-berkelanjutan-otorita-ikn-persiapkan-poc-trem-otonom-terpadu
https://dephub.go.id/post/read/menhub-lakukan-uji-coba-trem-otonom-di-ikn
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News