menilik keragaman seni budaya khas desa pilangrejo - News | Good News From Indonesia 2024

Menilik Keragaman Seni Budaya Khas Desa Pilangrejo

Menilik Keragaman Seni Budaya Khas Desa Pilangrejo
images info

Kesenian tidak dapat lepas dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Umumnya, kesenian yang berkembang berupa tarian dan alat musik untuk mengekspresikan pesan-pesan dengan memanfaatkan nilai-nilai estetika.

Begitu beragamnya seni-seni budaya yang ada di masyarakat, seperti di Kelurahan Pilangrejo, Kapanewon Nglipar, Kabupaten Gunungkidul. Selama melakukan KKN di Desa Pilangrejo, mahasiswa UGM mendapat kesempatan untuk mengenal beberapa kesenian yang khas dari sana seperti gejog kesung, reog Pilangrejo, dan terbangan. Kesenian-kesenian tersebut memiliki fungsi dan maknanya masing-masing ketika ditampilkan oleh masyarakat.

Gejog Lesung

Kesenian pertama yang paling khas adalah gejog lesung. Lesung merupakan alat yang memiliki fungsi utama sebagai penggiling padi. Alat ini terbuat dari kayu jati yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk menumbuk padi.

Selain digunakan sebagai alat penggiling padi, pada zaman dahulu lesung juga digunakan oleh masyarakat sebagai pertanda bahwa akan ada orang yang mengadakan hajatan.

Ketika itu, masyarakat akan berkumpul untuk menumbuk padi menggunakan lesung sebagai persiapan hajatan. Suara dari lesung tersebut akan terdengar ke seluruh penjuru desa. Masyarakat desa telah menandai bahwa dengan irama tertentu dari ketukan lesung merupakan tanda bahwa akan ada orang hajatan.

Pertanda menggunakan ketukan lesung ini disebut dengan istilah kotekan. Masyarakat melakukan kotekan sebagai pengganti undangan apabila akan mengadakan hajatan.

Seiring berjalannya waktu penggunaan lesung mulai tergantikan oleh mesin. Namun, saat ini, khususnya di Kelurahan Pilangrejo, penggunaan lesung mulai dihidupkan kembali.

Setiap acara kirab budaya, masyarakat akan menampilkan gejog lesung yang dipadukan dengan nyanyian dan alat musik pengiring yang lain seperti kendang sehingga menambah kemeriahan. Selain itu, ketika masyarakat akan mengadakan hajatan, mereka juga mulai melakukan kotekan untuk memberikan tanda atau undangan agar orang-orang mendatangi acaranya. 

Reog

Apabila mendengar kata reog, kebanyakan akan berpikir ke kesenian yang berasal dari Ponorogo. Namun, Kelurahan Pilangrejo juga memiliki kesenian reog-nya sendiri. Yang menjadi pembeda, reog di Pilangrejo tidak menggunakan topeng singa barong dengan bulu meraknya.

Properti yang digunakan dalam reog di Pilangrejo adalah tombak, kuda lumping dan pedang. Kemudian, diiringi dengan alat musik yang cukup sederhana. yaitu bendhee, kecrek, dodog, kendang, dan angklung. Ada pula orang yang akan melucu untuk memeriahkan penampilan.

Reog di Pilangrejo ini bertemakan keprajuritan yang mengambil cerita prajurit dari Kerajaan Mataram. Diceritakan bahwa perbatasan antara Jogja dan Surakarta masih belum tetap dan seringkali digeser-geser sehingga menuai konflik.

Untuk mengurangi konflik, Mbah Demang Mangun Wedana bersama Mbah Demang Mentabawa berdiskusi dan sepakat untuk menanam pohon randu alas di perbatasan tersebut sebagai patok. Apabila pohon telah tumbuh besar, maka patok tidak dapat digeser. Hal ini membuat konflik perebutan wilayah perbatasan semakin mereda.

Penampilan yang disajikan pada reog di Pilangrejo merupakan tarian-tarian yang menggambarkan prajurit seperti pada cerita sejarahnya, tentang peperangan dan perdamaian.

Gerakan yang ditampilkan seperti prajurit gagah berani yang berperang untuk mempertahankan wilayah dan kemudian berdamai setelah terjadi kesepakatan. Mereka tampil dengan propertinya masing-masing, yaitu kuda, tombak dan pedang. 

Lalu apa bedanya dengan jathilan atau kuda lumping? Reog ini berfokus pada tariannya saja sedangkan jathilan selain tarian juga berfokus pada ndadhi atau kesurupan pada para penarinya.

Kemudian, tidak semua penari reog menggunakan kuda. Sebab, setiap pemain memiliki propertinya masing-masing. Alat pengiring yang digunakan oleh reog juga lebih sederhana.

Biasanya kesenian reog ditampilkan dalam acara bersih desa atau acara-acara lain seperti penampilan ketika peringatan hari kemerdekaan. Reog di Pilangrejo sudah ada sejak 1954 yang didirikan oleh Mbah Yudhapura, seorang seniman pada saat itu.

Terinspirasi dari cerita keprajuritan di Kerajaan Mataram, beliau angkat ke dalam sebuah seni tari yang memuat cerita bersejarah.

Terbang

Kesenian yang terakhir adalah terbang. Terbang merupakan alat musik membranofon, yaitu alat musik yang dibunyikan dengan cara memukul lapisan selaput kulit yang ada pada alat musik tersebut.

Terbang terbuat dari kayu nangka dengan selaput dari kulit lembu. Terbang ini adalah seperangkat alat musik yang terdiri dari beberapa alat musik, yaitu kempleng, kempul, kendang, gong besar, angklung, ecek-ecek dan kecrek.

Masyarakat Kalurahan Pilangrejo, khususnya Padukuhan Danyangan, memiliki alat musik Terbang yang bentuknya menyerupai rebana namun ditabuh menggunakan alat pemukul.

Dahulu, terbangan akan ditampilkan ketika ada seseorang memiliki hajat. Dia akan mengundang grup Terbangan untuk tampil ketika hajatnya telah tercapai. Selain itu, Terbangan juga akan ditampilkan dalam berbagai acara perayaan di kelurahan, seperti peringatan hari kemerdekaan dan bersih desa.

Penampilan Terbangan masih ada hingga saat ini. Alat musik yang dipadukan dengan lagu-lagu Sholawat memberi makna tersendiri bagi penampilan kesenian ini. Selain sebagai hiburan, terdapat makna spiritual dalam penampilan terbangan. Dengan adanya lantunan Sholawat, masyarakat sekaligus mengingat Allah dan Rasul-Nya.

Kesenian-kesenian tradisional tersebut masih eksis hingga saat ini. Masyarakat masih mempertahankan kelestariannya dengan rutin menampilkan berbagai kesenian tersebut di acara-acara yang diadakan di kelurahan.

Harapannya, seni budaya di Kelurahan Pilangrejo dapat tetap bertahan di era modernisasi. Selain itu, generasi muda sebaiknya mulai mempelajari seni budaya yang ada sebagai upaya pelestarian.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KU
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.