lonceng cakra donya aceh bentuk insiprasi budaya dan persahabatan - News | Good News From Indonesia 2024

Lonceng Cakra Donya Aceh, Bentuk Inspirasi Budaya dan Persahabatan

Lonceng Cakra Donya Aceh, Bentuk Inspirasi Budaya dan Persahabatan
images info

Kental dengan kultur islamiah yang berkembang, Aceh adalah daerah yang banyak menyimpan sejarah-sejarah Nusantara di dalamnya. Sebelum menjadi negara Indonesia, Nusantara ini terbagi dalam berbagai kerajaan besar pada masanya. Salah satu yang paling terkenal adalah Kerajaan Samudra Pasai. Aceh yang kita kenal sekarang adalah inti utama dari kepemimpinan dan kekuasaan kerajaan ini.

Karena letaknya yang strategis untuk jalur perdagangan waktu itu, membuat kerajaan ini berkembang. Dengan demikian, banyak sekali kerajaan lain yang menjalin hubungan baik dengan Kerajaan Samudra Pasai ini. Hubungan diplomasi banyak terjadi menciptakan banyak pula sejarah dan peninggalan zaman kerajaan.

Salah satu sejarah dan peninggalan yang paling terkenal dan masih ada sampai sekarang di Indonesia adalah sebuah lonceng dari Aceh. Lonceng ini disebut lonceng Cakra Donya, yaitu loceng yang menghubungkan Kesultanan Aceh Darussalam dengan Dinasti Ming Tiongkok abad ke-15.

Lonceng Cakra Donya ini merupakan lonceng besi raksasa berbentuk stupa buatan China tahun 1409 M. Lonceng ini merupakan lonceng terbesar dan tertua di Indonesia sebagai bentuk hadiah dari Kaisar Tiongkok kepada Sultan Aceh.

Kekaisaran Tiongkok saat Dinasti Ming menunjuk seorang laksamana untuk menyerahkannya, yaitu Laksamana Laksamana Cheng Ho dengan memberikan lonceng tersebut ke Sultan Samudra Pasai, yaitu Sultan Malikud-Dhahir.

Baca juga:Pelayaran Laksamana Cheng Ho: Perubahan pada Dunia yang Tersisa di Nusantara

Dikutip dalam laman museum.acehprov.go.id, nama Cakra Donya diambil dari kata “Cakra” yang merujuk pada poros kereta berbentuk lingkaran yang menjadi simbol Dewa Wisnu dan siklus tahunan atau cakrawala. Sedangkan “Donya” berarti dunia dan jika disandingkan “Cakra Donya” berarti penguasa dunia.

Mulainya penamaan lonceng ini karena pernah digunakan di sebuah kapal perang Aceh yang bernama Cakra Donya dan sebagai alat pemanggil jika keadaan darurat di laut.

Akan tetapi lonceng ini setelahnya pernah berpindah tangan karena kapal perang Aceh pernah dirampas oleh Portugis sebelum akhirnya lonceng itu kembali ke Kesultanan Aceh.

Getaran Lonceng Pembawa Persahabatan

Laksamana Cheng Ho menjadi tokoh yang sangat terkenal di Indonesia dengan kepiawaian nya dalam ber diplomasi. Selain handal dalam diplomasi, sosoknya terkenal karena dia merupakan salah satu tokoh yang ikut menyebarkan agama Islam di Nusantara.

Menurut Historia.id jejak penebaran Islamnya tertuang di dalam buku Arus Cina-Islam-Jawa oleh Sumanto Al Qurtuby. Diyakini berlabuhnya Laksamana ke Kerajaan Pasai adalah untuk memperdalam ajaran Islam, karena ajaran Islam sangat kental di Kerajaan Pasai.

Dalam lonceng itu juga terukir tulisan dalam aksara Arab yang sudah tidak terbaca lagi. Namun, terdapat aksara Tiongkok yang berbunyi "Sing Fat Niat Toeng Juu Kat Yat Tjo," yang berarti “Sultan Ling Tang yang telah dituang dalam bulan 12 dari tahun ke 5”. Hal ini adalah sebagai bentuk hungungan baik yang terjalin antarkeduanya.

Insipirasi Budaya

Musik Cakra Suara oleh Erlinda Sofyan di Indonesia Bertutur 2024 | Sumber gambar: Indonesiabertutur.kemdikbud.go.id
info gambar

Nuansa hubungan persahabatan yang baik dapat dirasakan dalam sejarah Lonceng ini. Sehingga membuat beberapa pihak menjadikan lonceng ini sebagai inspirasi dalam berkarya. Salah satunya tertuang dalam Festival seni budaya Indinesia Bertutur 2024 di Bali yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Indonesia.

Salah satu seniman yang telah diilhami inspirasi oleh sejarah lonceng ini adalah seniman musik asal aceh yatu Erlinda Sofyan. Dikutip dari laman Good News from Indonesia (GNFI) bahwa Erlinda Sofyan mendapatkan inspirasi dalam karyanya pada Indonesia Bertutur 2024 kali ini ketika saat acara Temu Seni Musik 2023–program laboratorium seni Indonesia Bertutur di Ambon.

Baca juga:Indonesia Bertutur 2024 Resmi Dibuka untuk Umum, Angkat Subak sebagai Simbol Inspirasi dan Harmoni

“Saya meneliti tentang lonceng Cakra Donya. Lonceng ini dibawa oleh Laksamana Cheng Ho ke Aceh sebagai bukti persahabatan zaman dulu hingga sekarang masih ada dan ditempatkan di Museum Aceh. Nah, lonceng inilah yang menjadi inspirasi saya dalam berkarya hingga saat ini,” tulis Rizky Kusumo/GNFI/ 10 Agustus 2024.

Lonceng Cakra Donya ini memberikan makna sejarah yang baik bagi seluruh masyarakat Aceh tentang toleransi dan akulturasi budaya. Tidak hanya itu saja, sejak abad ke-17, Lonceng Cakra Donya ini pernah dijadikan alat pemanggil untuk sholat dan sebagai penanda waktu berbuka puasa.

Ternyata hal ini juga menjadi poin utama Erlinda untuk ekperimen musiknya yang dituangkannya dalam musik “Cakra Suara”. Komposisi musik “Cakra Suara” ini tidak hanya menggunakan perangkat tradisi musik Aceh, tetapi juga berkolabrasi dengan musisi yang memainkan perangkat musik Bali.

Sumber:

  • https://mediaindonesia.com/pendidikan/652457/peninggalan-kerajaan-samudra-pasai#:~:text=Cakra%20Donya%20merupakan%20benda%20peninggalan,Ho%20kepada%20Sultan%20Malikud%2DDhahir.
  • https://museum.acehprov.go.id/berita/kategori/berita/cakra-donya-lonceng-raksasa-bersejarah-yang-dijaga-baik-di-museum-aceh
  • https://acehtourism.travel/banda-aceh/06/2024/lonceng-cakra-donya-saksi-bisu-hubungan-kesultanan-pasai-dan-dinasti-ming/
  • https://indonesiabertutur.kemdikbud.go.id/page/erlinda-sofyan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FM
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.