Dalam era modern ini, perhatian terhadap keberlanjutan lingkungan semakin meningkat. Salah satu upaya yang dilakukan oleh mahasiswa dari tim KKN-PPM Universitas Gadjah Mada (UGM) yang beroperasi di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Riau, yaitu mengembangkan inovasi dalam bidang pertanian, khususnya dalam pembuatan Pupuk Organik Cair (POC).
Inisiatif ini bertujuan tidak hanya untuk meningkatkan kualitas hasil pertanian, tetapi juga untuk menjaga kelestarian lingkungan. Penggunaan POC membawa banyak manfaat, utamanya adalah pemanfaatan limbah melalui pengolahan limbah organik dapur. Pupuk organik nantinya dapat dimanfaatkan dalam penanaman tanaman semusim atau hortikultura yang merupakan potensi besar di wilayah ini.
Program kerja ini disambut baik oleh warga dan masyarakat sekitar. Sebab, sebelumnya belum adanya penyuluhan mengenai pengelolaan limbah organik dapur di Desa Muara Takus. Pada mulanya, metode pembuatan POC ini dicetuskan oleh Nasih, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, pada tahun 2009. Kemudian menjadi populer pada tahun 2010.
KKN-PPM UGM Unit Paloh Sukseskan Peringatan Hari Mangrove Sedunia Dukung SDGs 15, Ekosistem Daratan
Adapun cara untuk membuat "Ember Tumpuk" menggunakan dua ember berkapasitas 25 liter, sebuah keran air, serta alat-alat seperti bor dan gerinda. Ember pertama, yang digunakan sebagai lapisan atas, hanya perlu dilubangi kecil-kecil seperti saringan di bagian bawahnya agar air dapat menetes ke ember bawah.
Ember kedua, yang berfungsi sebagai penampung air lindi dan menjadi lapisan bawah, dilubangi pada bagian tutup untuk penyangga ember dan di sisi samping bawah untuk keran.
Air lindi dapat dikatakan sebagai pupuk karena dalam kandungan air lindi mengandung unsur–unsur yang dibutuhkan tanaman, sebagaimana diperkuat dalam penelitian Dimiati dan Hadi (2017) yang menyatakan bahwa terdapat kandungan organik nitrogen (10-600 mg/l) dan fosfor (1-70 mg/l) pada air lindi. Kedua ember ini ditumpuk dan ember atas diberi lubang di kanan kiri untuk memungkinkan lalat Black Soldier Fly (BSF) masuk dan bertelur.
Limbah organik dimasukkan ke dalam ember pertama, menarik lalat untuk bertelur yang kemudian menetas menjadi maggot dalam waktu sekitar seminggu. Maggot mempercepat proses dekomposisi limbah organik menjadi POC dalam 1—2 minggu.
Kelebihan yang ditawarkan oleh “Ember Tumpuk” ini adalah hasilnya berupa pupuk yang ramah lingkungan dan bisa dengan mudah dibuat secara mandiri. Selain itu, bahan yang digunakan juga mudah didapat, yaitu berupa sampah organik atau sampah rumah tangga sehingga biaya yang dikeluarkan lebih sedikit dan dapat dibuat kapan saja.
Penggunaan metode "Ember Tumpuk" ini membantu dalam mengurangi limbah organik yang biasanya dibuang begitu saja dan berpotensi mencemari lingkungan. Proses perubahan sampah organik atau limbah rumah tangga menjadi pupuk organik cair memanfaatkan maggot dari lalat BSF dan proses dekomposisi limbah menjadi lebih cepat dan efisien dibandingkan dengan metode konvensional.
KKN-PPM UGM Unit Paloh Sukseskan Peringatan Hari Mangrove Sedunia Dukung SDGs 15, Ekosistem Daratan
Selain itu, Maggot tidak hanya mempercepat proses dekomposisi, tetapi juga menambah kandungan nutrisi dalam POC. Dengan demikian, dapat menghasilkan POC yang lebih bermanfaat bagi tanaman.
Di samping kelebihan yang ada, terdapat beberapa kekurangan dari proses pengolahan limbah melalui metode ini, salah satunya adalah bau busuk menyengat yang dihasilkan dari proses dekomposisi limbah organik.
Untuk mengatasi masalah ini, cairan POC dapat dijemur dalam botol tertutup di bawah sinar matahari selama tiga hari hingga bau berkurang. Proses ini membantu mengurangi bau tanpa mengurangi kualitas POC yang dihasilkan.
Cara penggunaan pupuk ini cukup sederhana. Satu liter POC dilarutkan dalam delapan liter air dan diaplikasikan dengan cara disiramkan ke perakaran tanaman seminggu dua kali.
POC yang dihasilkan dari metode ini memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dan dapat membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan hasil panen, serta menjaga kesehatan tanah.
Inovasi baru ini telah disosialisasikan mahasiswa KKN-PPM UGM bersama Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan XIII Koto Kampar. Diharapkan masyarakat dapat lebih memahami dan mampu memanfaatkan POC untuk pertanian yang berkelanjutan di Desa Muara Takus.
Tim KKN-PPM UGM juga berencana untuk terus melakukan pendampingan dan pelatihan kepada masyarakat tentang cara pembuatan dan penggunaan POC, sehingga masyarakat dapat mandiri dalam memproduksi dan memanfaatkan POC untuk pertanian mereka.
Upaya ini sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yang dicanangkan oleh PBB, terutama dalam hal pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan peningkatan ketahanan pangan.
Fun Learning Adventure, Belajar sambil Bermain bareng KKN-PPM UGM Bambanglipuro
Dengan pemanfaatan POC, diharapkan pertanian di Desa Muara Takus dapat lebih produktif, berkelanjutan, serta memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat setempat. Inisiatif ini juga diharapkan dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam mengembangkan pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News