Tim KKN UGM Grogol Berkarya menginisiasi adanya suatu sistem pengelolaan limbah organik terpadu di Desa Pandeyan, Grogol, Sukoharjo melalui pemanfaatan penguarai alami berupa Maggot atau larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF).
Desa Pandeyan merupakan salah satu wilayah di Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo dengan potensi jambu air yang melimpah. Pohon jambu air dapat dijumpai dengan mudah di setiap rumah warga dan di sepanjang jalan.
Selain untuk dijual dan dikonsumsi, jambu air tersebut belum dimanfaatkan secara optimal sehingga beberapa buah yang tidak layak konsumsi justru menjadi permasalahan baru.
Hal tersebut yang mendasari Tim KKN PPM UGM Grogol Berkarya untuk menginisiasi adanya sistem pengolahan limbah organik, khususnya limbah jambu air dan limbah rumah tangga dengan menggunakan pengurai alami, yaitu maggot yang merupakan larva lalat BSF dengan nama ilmiah Hermetia illucens.
Baca Juga: Praktik Metode Pembuatan Pupuk Organik bersama KWT Dusun Bebekan
Mengapa Maggot Dipilih sebagai Agen Pengurai?
Maggot memiliki kemampuan alami untuk menguraikan limbah organik secara cepat dan efisien. Penggunaan maggot sebagai agen pengurai ini memperkenalkan metode baru yang lebih efisien dan berkelanjutan, serta membuka peluang bagi masyarakat desa untuk memanfaatkan hasil penguraian maggot sebagai sumber pendapatan tambahan.
Inovasi ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memberikan nilai ekonomi tambahan bagi warga desa melalui potensi penjualan maggot sebagai pakan ternak.
Proses pengolahan limbah organik menggunakan maggot dimulai dengan menyiapkan limbah organik yang berasal dari sisa-sisa makanan, sayuran, buah-buahan, dan bahan organik lainnya.
Limbah ini kemudian ditempatkan dalam wadah atau tempat khusus yang telah disiapkan sebagai tempat pemeliharaan. Maggot yang masih berukuran kecil dimasukkan ke dalam wadah tersebut. Nantinya, mereka akan mulai mengonsumsi dan menguraikan limbah organik.
Siklus Hidup Maggot
Siklus hidup maggot dimulai dari telur yang diletakkan oleh lalat BSF, kemudian menetas menjadi larva (maggot). Maggot ini akan melalui beberapa tahap pertumbuhan selama sekitar 14–18 hari, tergantung pada kondisi lingkungan dan ketersediaan makanan.
Pada tahap ini, maggot memiliki nafsu makan yang sangat tinggi dan dapat mengonsumsi limbah organik dalam jumlah besar. Setelah maggot mencapai tahap akhir pertumbuhannya, mereka akan berhenti makan dan bersiap untuk bertransformasi menjadi pupa, sebelum akhirnya berubah menjadi lalat dewasa.
Manfaat dan Potensi Jangka Panjang
Manfaat utama maggot sebagai pengurai adalah kemampuannya untuk mengurangi volume limbah organik secara signifikan dalam waktu singkat. Selain itu, hasil penguraian ini menghasilkan pupuk organik yang kaya akan nutrisi, yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah.
Proses ini juga ramah lingkungan karena tidak menghasilkan gas berbahaya atau produk sampingan yang merusak, berbeda dengan metode pengolahan limbah konvensional seperti pembakaran atau pembuangan di TPA.
Dengan demikian, penggunaan maggot menawarkan solusi yang berkelanjutan untuk pengelolaan limbah organik, sambil memberikan manfaat ekonomi tambahan melalui potensi penjualan maggot sebagai pakan ternak atau sumber protein alternatif.
Partisipasi dan Respon Masyarakat
Pemerintah Desa Pandeyan bersama dengan masyarakat sekitar memberikan dukungan penuh terhadap inovasi tersebut. Pihak pemerintah desa memfasilitas para mahasiswa untuk mewujudkan kawasan pengolahan limbah organik di area bangunan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Pandeyan.
Di sisi lain, terdapat perwakilan dari masyarakat yang bersedia untuk menjadi koordinator dalam penerapan instalasi budidaya maggot dan lalat BSF. Tujuan jangka pendek yang diharapkan adalah pihak koordinator sukses membudidayakan lalat BSF hingga kembali pada fase telur.
Dengan keberhasilan dalam membudidayakan lalat BSF hingga fase telur, diharapkan siklus produksi maggot dapat berlangsung secara berkelanjutan. Selain itu, pihak koordinator juga berperan dalam memberikan pelatihan kepada warga desa lainnya tentang cara memanfaatkan maggot dalam pengolahan limbah organik.
Dalam jangka panjang, Desa Pandeyan menargetkan untuk menjadi model desa mandiri dalam pengelolaan limbah organik berbasis maggot, yang tidak hanya menyelesaikan masalah limbah tetapi juga memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakat melalui penjualan pupuk organik dan maggot sebagai pakan ternak.
Baca Juga: Pengumpulan Rongsok untuk Membantu Waste Management di Dusun Gandekan
Dukungan dari pemerintah desa, pihak akademisi, serta keterlibatan aktif masyarakat menjadi kunci utama dalam keberhasilan program ini serta diharapkan dapat menciptakan dampak positif yang berkelanjutan bagi lingkungan dan ekonomi Desa Pandeyan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News