mengarungi jalur rempah nusantara bersama delegasi banten - News | Good News From Indonesia 2024

Mita Marwiah, Delegasi MBJR 2024 Asal Banten yang Arungi Jalur Rempah Nusantara

Mita Marwiah, Delegasi MBJR 2024 Asal Banten yang Arungi Jalur Rempah Nusantara
images info

Pada tahun 2024, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali menyelenggarakan pelayaran Muhibah budaya Jalur Rempah (MBJR).

Dilansir dari laman resmi Jalur Rempah, pelayaran ini merupakan kegiatan eksplorasi jalur perdagangan rempah masa lalu dengan menyusuri jalur rempah nusantara. Peserta MBJR yang berasal dari unsur media, influencer media sosial, serta peserta lolos seleksi akan berlayar selama lebih kurang 2 minggu menggunakan KRI Dewaruci.

MBJR yang telah dilaksanakan sejak tahun 2020 kini telah tiga kali melakukan pelayaran. Berbeda dengan rute tahun sebelumnya, kali ini para Laskar Rempah akan menyusuri Jalur Rempah Sumatra dengan bertandang ke tujuh titik Jalur Rempah mulai dari Jakarta, Belitung Timur, Dumai/Siak, Sabang/Aceh, Malaka, Tanjung Uban, Lampung, lalu kembali ke Jakarta.

Mereka juga akan melakukan eksplorasi situs bersejarah dan cagar budaya selama singgah di titik-titik tujuan.

Mengenai Sei Rampah, Pulau di Sumut yang Jadi Pusat Perdagagan Rempah-rempah

Saya berkesempatan mewawancarai salah satu peserta dalam pelayaran Jalur Rempah tahun ini, Mita Marwiah. Wanita tersebut menjadi satu-satunya delegasi asal Provinsi Banten yang lolos dalam seleksi MBJR 2024.

Ia tergabung dalam batch 3 pelayaran, Satria Lada Hitam, dengan rute berlayar mulai dari Tanjung Uban, Lampung, lalu berakhir di Jakarta. Gadis asal Banten ini membagikan pengalaman menariknya mulai dari persiapan sampai pascapelayaran.

Rombongan batch

Mita mengaku ini merupakan kali pertamanya berlayar menggunakan kapal di laut lepas. Dia pun mengaku begitu bersemangat karena pada pelayarannya, Laskar Rempah akan menggunakan kapal legendaris, KRI Dewaruci.

“Saya sangat senang dan bersyukur dapat terpilih menjadi bagian dari Laskar Rempah,” tambahnya. Mita mendapat informasi mengenai pendaftaran Jalur Rempah lewat media sosial.

Sebelum berlayar, perempuan yang sehari-harinya aktif memandu acara ini telah mempersiapkan banyak hal.

“Mulai dari ide konten selama berlayar, izin orang tua, kostum, sampai pendanaan,” imbuhnya.

Laskar Kayu Manis dan Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah di Bumi Rencong

Tantangan paling sulit menurut Mita adalah mendapatkan izin dari orang tuanya, sebab dia belum pernah pergi sejauh pada pelayaran kali ini, “Tentunya orang tua khawatir.”

Mita bercerita bahwa sebelum pelayaran dirinya aktif mengambil banyak kegiatan. Beberapa kegiatan seperti pemandu acara, menjadi moderator, atau lomba-lomba lain kerap dia ikuti sebagai bentuk persiapan sebelum berlayar.

Beruntung, selama perjalanannya beberapa pihak datang dan memberikan dukungan baik secara moral maupun material. “Ada pihak yang memberikan bantuan kostum batik, kampus pun membantu beberapa pendanaan,” ujarnya.

Hari pelayaran pun tiba. Laskar Satria Lada Hitam mengawali hari pertama perjalanannya dengan karantina di Tanjung Uban. Selama dua hari karantina, Mita bersama anggota laskar lainnya mendapatkan pelatihan dan materi mengenai Jalur Rempah serta berkenalan dengan seluruh anggota pelayaran yang berasal dari berbagai wilayah Indonesia.

Bersama-sama, mereka juga mempersiapkan penampilan yang akan dibawakan pada saat berkunjung ke titik-titik jalur rempah.

Mita didapuk menjadi Wakil Ketua Satria Lada Hitam. Bersama Ketua Batch, Luthfi Dzulfikar asal Papua Barat Daya, mereka bahu-membahu mengoordinasikan keseharian para laskar bersama fasilitator. Persiapan sudah dilakukan semenjak masa-masa perkenalan secara daring.

Menurut Mita, pembagian penting sekali dilakukan karena setelah berlayar banyak sekali tugas-tugas yang harus dikerjakan. “Beberapa di antaranya adalah tugas artikel, tugas video, dan tugas penampilan batch,” imbuhnya.

Selama di kapal, para Laskar Rempah juga berkesempatan mencoba berperan bak awak kapal KRI Dewa Ruci. Beberapa penugasan para laskar di antaranya parade roll dalam upacara sandar dan pelepasan, petugas kembang layar, serta penyiar (announcer) selama KRI Dewaruci melintasi laut lepas.

Di antara peran tersebut, Mita mengaku mendapat kesempatan menjadi penyiar dalam pelayaran. “Siaran dilakukan dalam dua bahasa, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris,” imbuhnya.

Bagi Mita, keseharian di kapal menjadi kegiatan yang sangat padat, tetapi menyenangkan. Dia biasa mengawali kegiatan sejak pukul empat pagi. Bersama rekan-rekannya, mereka sarapan lalu mempersiapkan diri untuk kegiatan di hari tersebut.

Kegiatan selama di kapal beragam, mulai dari olahraga, pemberian materi tentang Jalur Rempah, sampai latihan persiapan penampilan. Sinyal seringkali susah didapat ketika berada di tengah laut.

Oleh karena itu, ujar Mita, dia bersama rekan-rekannya kerap mengakali jam malam dengan berdiri dekat geladak kapal demi mencari sinyal. “Maklum, ada tugas konten yang harus diunggah,” ujarnya.

Cerita Desa di Sumedang, Terkenal Penghasil Rempah untuk Wilayah Jabar

Bagian paling menarik selama pelayaran menurut Mita adalah ketika malam keakraban yang dilakukan sesaat sebelum kapal singgah di Lampung. Pada malam itu, bersama Satria Lada Hitam lainnya, wanita tersebut tampil menampilkan pertunjukkan di bawah binar bintang lautan Lampung.

Gadis berdomisili Pandeglang ini mengaku super sibuk pada malam itu. Salah satu penampilan yang dia tampilkan adalah koreografi bertajuk “Tari Majapahit”.

Mita membawakan tarian kreasi tersebut bersama Laskar Rempah lain, yaitu Aldi Hadi asal Jawa Tengah, Afrizal Prasadana asal Jawa Timur, Aida Fitriyani asal Maluku, serta Rizki Nugraha asal Nusa Tenggara Barat. Persiapan tergolong mepet.

Pada malam sebelum tampil, Mita mengaku konsep tari majapahit baru terpikir pada waktu sorenya. “Kami baru sempat latihan dan gladi satu kali,” imbuhnya.

Penampilan Koreografi Tari Majapahit oleh Laskar Rempah

Malam itu segala perbedaan yang dibawakan oleh Laskar Rempah dari berbagai daerah lebur menjadi satu. Masing-masing laskar tampil menarik dengan balutan busana khas wilayah masing-masing.

Bagi Mita, momen tersebut menjadi momen yang tidak terlupakan. “Saya melihat Indonesia dari mata putra putri terbaik Nusantara,” bubuhnya.

Kini, gadis itu telah rampung setelah kurang lebih selama dua minggu berlayar dengan KRI Dewa Ruci. Pada titik terakhir pelayaran di Jakarta, Mita pun mendapat kesempatan untuk membagikan kesan dan pesannya di hadapan para laskar serta pejabat lingkungan Kemendikbudristek.

Ia berharap supaya diplomasi yang telah dilakukan lewat Jalur Rempah dapat terus berlanjut. “Laskar rempah memiliki peran penting dalam mempromosikan kekayaan rempah nusantara,” imbuhnya. Mita berkeinginan, semoga kekayaan rempah yang dimiliki nusantara dapat diketahui oleh lebih banyak masyarakat.

Mita Marwiah, Laskar Rempah asal Banten Menyampaikan Kesan Pesan Selama Pelayaran dalam Persinggahan Muhibah Budaya Jalur Rempah di Kolinlamil Jakarta

Ia pun menutup wawancara dengan menunjukkan salah satu konten yang dia unggah di media sosialnya.

“Ini baru satu dari banyak konten yang sedang saya rencanakan,” tambahnya sambil terkekeh. Keseruan Mita dan Laskar Rempah lainnya dapat dilihat langsung lewat akun Instagram @jalurrempahri atau @mitamarwiah.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

GF
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.