legenda kampung jagalan di surakarta yang menjadi asal usul tempat penyembelihan hewan - News | Good News From Indonesia 2024

Legenda Kampung Jagalan di Surakarta yang Menjadi Asal Usul Tempat Penyembelihan Hewan

Legenda Kampung Jagalan di Surakarta yang Menjadi Asal Usul Tempat Penyembelihan Hewan
images info

Kampung Jagalan merupakan salah satu tempat yang berada di wilayah Kota Surakarta, Jawa Tengah. Terdapat legenda terkait Kampung Jagalan yang diyakini oleh masyarakat sekitar secara turun temurun.

Legenda Kampung Jagalan ini juga memiliki nilai historis dari tempat tersebut. Sebab cerita dalam legenda Kampung Jagalan membahas tentang asal usul tempat yang menjadi wilayah penyembelihan hewan di daerah itu.

Lantas bagaimana cerita dalam legenda Kampung Jagalan yang membahas tentang asal usul wilayah tersebut?

Legenda Kampung Jagalan di Surakarta

Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian awal tulisan, Kampung Jagalan merupakan salah satu daerah yang ada di Kota Surakarta. Saat ini, Kampung Jagalan ini sudah menjadi wilayah kelurahan dengan nama yang sama.

Kampung Jagalan sendiri menurut sejarahnya sudah ada sejak akhir abad ke-19. Pembentukan Kampung Jagalan ini berkaitan dengan profesi dari masyarakat yang mendiami wilayah tersebut, yakni sebagai jagal atau penyembelihan hewan.

Asal usul dari daerah ini juga diceritakan dalam legenda Kampung Jagalan. Nugraheni Eko Wardani dalam artikel "Sejarah dan Fiksi dalam “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu" menyebutkan bahwa terdapat tiga tokoh utama yang diceritakan dalam legenda ini, yakni Raden Ngabehi Mahesa Prawiro, Tumenggung Harjonagoro, dan Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X.

Mitos Batu Teteruga dalam Kepercayaan Masyarakat Suku Sobey di Sarmi, Papua yang Dipercaya sebagai Mata Penyu

Raden Ngabehi Mahesa Prawiro merupakan seorang panewu atau camat. Sementara itu, Tumenggung Harjonagoro merupakan seorang tumenggung atau bupati.

Terakhir, Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X merupakan raja dari Kasunanan Surakarta. Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X sering mengajak pemimpin lain yang ada di bawahnya untuk berdiskusi agar bisa mensejahterakan masyarakat yang ada di wilayah tersebut.

Suatu hari, Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X mengadakan sebuah acara di Keraton Surakarta. Raden Ngabehi Mahesa Prawiro dan Tumenggung Harjonagoro turut diundang dalam acara yang digelar oleh Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X tersebut.

Ketika mendatangi acara di Keraton Surakarta ini, Raden Ngabehi Mahesa Prawiro dan Tumenggung Harjonagoro menyampaikan aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat. Aspirasi yang disampaikan ini berkaitan dengan fenomena yang terjadi di masyarakat pada periode waktu tersebut,

Raden Ngabehi Mahesa Prawiro menyampaikan kepada Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X bahwa masyarakat membutuhkan tempat penyembelihan hewan yang sehat dan baik. Sebab selama ini masyarakat masih melakukan penyembelihan hewan di sembarangan tempat.

Hal ini membuat kualitas daging hewan yang disembelih tersebut menjadi diragukan kebersihannya. Proses penyembelihan yang di sembarangan tempat ini juga membuat kualitas kesehatan dari daging tersebut juga diragukan.

Selain Raden Ngabehi Mahesa Prawiro, Tumenggung Harjonagoro juga turut menyampaikan aspirasinya kepada Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X. Tumenggung Harjonagoro menyebutkan bahwa sebagian besar masyarakat yang ada di wilayahnya berprofesi sebagai pedagang.

Legenda Pawang Ternalem dari Karo Sumatra Utara, Kisah Seorang Anak yang Dicap Pembawa Sial

Namun Tumenggung Harjonagoro melihat realita bahwa banyak masyarakat yang menjual dagangannya di sembarangan tempat, seperti di pinggir jalan dan sejenisnya. Oleh sebab itu, Tumenggung Harjonagoro menjelaskan bahwa masyarakat membutuhkan pasar agar bisa melakukan aktivitas jual beli dengan lebih terpusat.

Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X mengapresiasi masukan yang disampaikan oleh bawahannya tersebut. Dia pun berjanji akan memenuhi keinginan dari masyarakat yang membutuhkan tempat penyembelihan hewan dan pasar yang sehat.

Tidak lama kemudian, Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X memilih sebuah wilayah yang akan dijadikan tempat penyembelihan hewan sekaligus pasar. Wilayah ini kemudian mampu meningkatkan perekonomian masyarakat dengan pesat.

Banyak peternak yang datang ke wilayah tersebut untuk menyembelih hewan ternak yang mereka miliki. Selain itu, mereka juga dengan mudah menjual daging hewan ternak yang sudah disembelih sebelumnya di pasar yang ada di wilayah tersebut.

Wilayah tempat penyembelihan hewan sekaligus pasar yang dibentuk oleh Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X inilah yang nantinya disebut sebagai Kampung Jagalan yang bisa Kawan temukan hingga saat ini.

Sumber:
- Wardani, Nugraheni Eko. "Sejarah dan Fiksi dalam “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta." Aksara 31.2 (2019): 207-222.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
AA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.