Dusun Krajan merupakan wilayah di Desa Campurejo, Kabupaten Temanggung yang kaya alam dan tradisi. Wilayahnya yang subur akan alamnya menjadi salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat Krajan. Hal ini disebabkan oleh tanah di Krajan sangat subur sehingga dapat ditanami oleh beberapa macam pangan, seperti tomat, cabai, sawi, kol, wortel, jeruk, dan tembakau. Tak jarang juga, masyarakat Krajan menggunakan hasil kebun atu pertanian mereka menjadi sumber bahan masak sehingga menjadi sumber pangan bagi masyarakat Krajan.
Selain alamnya, Krajan memiliki kekayaan lain yaitu tradisi. Salah satu tradisi di wilayah Krajan adalah Merti Dusun atau sering disebut Sadranan atau Nyadran. Sadranan serangkaian upacara yang dilakukan masyarakat Krajan sebagai rasa syukur masyarakat kepada leluhur. Singkatnya, sadranan merupakan upacara kepada leluhur. Sadranan Krajan dilakukan di Makom Panjang. Makom Panjang merupakan tanda batu pertama sebagai tanda adanya dusun di tempat tersebut. Itulah sebabnya Krajan mempunyai nama lain yang disebut Bakal. Hal ini disebabkan Bakal merupakan tempat pertama yang diberi tanda oleh Para Wali bahwa disini (Bakal) terdapat dusun. Makom Panjang juga merupakan tempat berkumpulnya Para Wali yang menyebarkan agama Islam di Krajan. Ciri khas dari upacara ini adalah masyarakat Krajan membawa bakul berisi nasi putih atau nasi jagung, lauk hewani atau ingkung, dan makanan pendamping lainnya. Makna pembawaan bakul tersebut adalah membawa berkah. Membawa bakul berisi nasi disebut juga kenduri.
Runtutan acara mulai dari masyarakat, perangkat desa, dan pengisi acara berkumpul di Balai Desa Campurejo. Setelah semua berkumpul, semua yang mengikuti upacara Sadranan berjalan menuju Makom Panjang. Upacara dimulai dengan tarian topeng ireng. Tari Topeng ireng merupakan tarian yang menggunakan pakaian warna warni, sepatu yang penuh lonceng kecil, dan hiasan wajah yang berbentuk topeng. Tarian topeng ireng melambangkan akrabnya masyarakat dengan alamnya. Setelah penunjukan tarian topeng ireng, upacara dibuka dengan doa. Selanjutnya, penyambutan oleh Kepala Desa Campurejo, Bapak Agus Setyawan, S. E. Bapak Kepala Desa berharap dengan adanya upacara ini masyarakat Campurejo semakin menyatu apalagi sebentar lagi akan Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) dengan ini Pak Agus selaku Kepala Desa berharap tidak ada perpecahan masyarakat yang diakibatkan PILKADA. Upacara berlangsung diiringi gamelan dan sinden dari awal hingga akhir. Selain tarian topeng ireng, terdapat tarian jaran kepang. Tarian jaran kepang merupakan seni pertunjukan khas Campurejo. Dalam pertunjukan ini, penari menggunakan kostum berwarna-warni juga dan menari dengan gerakan yang meniru kuda serta menggunakan kuda lumping. Tari ini juga bermakna legenda lokal serta mencerminkan budaya masyarakat Campurejo. Setelah itu, masyarakat diperkenankan untuk makan nasi dari bakul dan makanan pendamping yang dibawa masing-masing. Masyarakat sangat menikmati makanan yang mereka bawa sembari berbagi dengan masyarakat lain, perangkat desa, dan pengisi acara dalam upacara sadranan. Hal ini bermakna berbagi berkah karena makna dari bakul tersebut adalah membawa berkah. Apabila kita memakan nasi bakul dari masyarakat artinya kita mendapatkan berkah dari masyarakat yang berbagi nasi tersebut. Acara berakhir dengan habisnya nasi bakul dan masyarakat Krajan kembali ke rumahnya masing-masing.
Pada akhirnya, Merti Dusun atau Sadranan bukan lagi tentang upacara kepada leluhur, namun menyatukan masyarakat Krajan kembali dalam hal berbagi dengan apa yang mereka punya. Tradisi ini sangat penting untuk diadakan karena pada hasilnya masyarakat dapat saling bersilaturahmi dan sebagai usaha untuk mempertahankan tali persaudaraan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News