Kabupaten Pacitan, yang berada di Jawa Timur, memiliki sejarah yang kaya.
Nama "Pacitan" berasal dari kata dalam bahasa Jawa "Pace" (mengkudu) dan "Wetan" (timur), mengacu pada peristiwa ketika Pangeran Mangkubumi, yang melarikan diri dari Perang Mangkubumen (1746-1755), pulih berkat minuman dari buah mengkudu.
Sebelum itu, Pacitan adalah bagian dari Kerajaan Demak dan dikenal sebagai daerah yang sulit untuk memenuhi kebutuhan pangan. Kabupaten ini juga dikenal sebagai "Kota 1001 Gua" karena memiliki banyak gua indah, seperti Gua Gong dan Gua Tabuhan.
Baca Juga: Daya Tarik Pantai Watu Karung Pacitan, Raja Ampatnya Jawa Timur
Sejarah Pangeran Mangkubumi
Pangeran Mangkubumi, yang dikenal juga sebagai Sri Sultan Hamengkubuwono I, adalah pendiri dan raja pertama Kesultanan Yogyakarta. Ia lahir pada tanggal 5 Agustus 1717 dengan nama Bendara Raden Mas (BRM) Sujono.
Pangeran Mangkubumi adalah putra Sunan Amangkurat IV dan Mas Ayu Tejawati.
Sepanjang hidupnya, ia dikenal karena keberaniannya melawan VOC dan kemudian menjadi raja pertama Keraton Jogja setelah Perjanjian Giyanti pada tahun 1755.
Baca Juga: Mengunjungi Luweng Ombo Pacitan, Gua Vertikal Terdalam di Pulau Jawa
Pangeran Mangkubumi, yang dikenal juga sebagai Sultan Hamengkubuwono I, memimpin perlawanan terhadap VOC pada abad ke-18. Berikut adalah ringkasan sejarahnya:
Awal Perlawanan: Pangeran Mangkubumi, putra Amangkurat IV, terlibat dalam pemberontakan melawan Pakubuwono II, yang didukung oleh VOC. Pemberontakan ini dikenal sebagai Perang Suksesi Jawa III.
Kekuatan dan Strategi: Pangeran Mangkubumi memimpin pasukan yang kuat, terdiri dari infanteri, kavaleri, dan senjata tradisional seperti pedang, tombak, dan panah. Pada tahun 1747, pasukannya mencapai 13.000 prajurit.
Perlawanan Heroik: Pangeran Mangkubumi bersekutu dengan Raden Mas Said, saudara Pakubuwono II, untuk melawan VOC. Mereka berhasil menguasai sebagian besar wilayah Mataram dan mendirikan ibu kota baru di Yogyakarta.
Akhir Perlawanan: Perlawanan berakhir pada tahun 1755 dengan Perjanjian Giyanti, di mana VOC memberikan sebagian wilayah Surakarta kepada Pangeran Mangkubumi. Ia kemudian mendirikan Kesultanan Yogyakarta dan menjadi raja pertamanya.
Pangeran Mangkubumi dikenal karena keberaniannya dan visinya untuk membebaskan Mataram dari pengaruh VOC, menunjukkan semangat nasionalisme dan patriotisme yang tinggi.
Baca Juga: Festival Rontek di Pacitan, Perayaan Kesenian Tradisional yang Penuh Semangat
Pangeran Mangkubumi, yang kemudian dikenal sebagai Sultan Hamengkubuwono I, memainkan peran penting dalam sejarah Pacitan selama Perang Mangkubumen (1746-1755).
Setelah kalah dari VOC, ia melarikan diri ke Pacitan. Dalam kondisi lemah, ia diselamatkan oleh abdinya, Setraketipa, yang memberinya minuman dari buah pace, yang memulihkan kekuatannya.
Nama "Pacitan" berasal dari peristiwa ini, menggabungkan kata "pace" dan "wetan" (timur). Mangkubumi kemudian menjadi raja pertama Kesultanan Yogyakarta setelah Perjanjian Giyanti.
Pangeran Mangkubumi memainkan peran penting dalam pemerintahan di Pacitan setelah Perang Mangkubumen. Ia membagi wilayah Pacitan menjadi dua, dengan satu bagian di bawah Kesultanan Yogyakarta dan bagian lainnya di bawah Surakarta.
Pangeran Mangkubumi juga menunjuk pemimpin pertama Pacitan, seperti Tumenggung Notopuro, yang menjadi bupati pertama setelah sistem pemerintahan kabupaten diterapkan.
Pembagian kekuasaan ini membantu membentuk struktur pemerintahan yang lebih terorganisir di Pacitan, yang mempengaruhi perkembangan wilayah tersebut hingga saat ini.
Saat ini, Pacitan dikenal sebagai kota dengan pariwisata yang beragam. Nama Pacitan dapat diartikan sebagai "Hidangan Ringan" atau "Pace Wetan". Kota ini juga memiliki banyak situs sejarah dan budaya menarik, seperti Museum Monumen Pangeran Diponegoro Sasana Wiratama.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News