apa itu ekosistem karst kawasan berbatu yang menyimpan sumber mata air - News | Good News From Indonesia 2024

Apa itu Ekosistem Karst? Kawasan Berbatu yang Menyimpan Sumber Mata Air

Apa itu Ekosistem Karst? Kawasan Berbatu yang Menyimpan Sumber Mata Air
images info

Ekosistem karst adalah salah satu ekosistem yang kondisinya semakin kritis di Indonesia. Kawasan karst saat ini tersisa kurang lebih 15,4 juta hektare dan tersebar dari Aceh sampai Papua.

Karst berasal dari bahasa Slovenia “kras” yang berarti lahan berbatu. Istilah ini awalnya digunakan untuk merujuk kawasan di perbatasan Slovenia dan Italia Utara. Kawasan tersebut terdiri dari bebatuan dan oak.

Ekosistem karst saat ini dikenal sebagai bentang alam yang berupa hamparan atau bukit batuan gamping. Secara geologis, karst juga mengacu pada permukaan tanah dari bebatuan yang mudah larut, seperti batu kapur.

Manfaat Ekosistem Karst

Ekosistem karst menyediakan berbagai manfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Kawasan karst adalah penyerap air hujan yang kemudian menjadikannya sebagai sumber mata air tawar bersih.

Menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), satu kawasan karst bisa menyediakan hingga 30 sumber mata air. Air inilah yang dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk banyak kegiatan, seperti pertanian dan perkebunan.

Dari sisi keanekaragaman hayati, ekosistem karst menjadi rumah bagi ratusan spesies mamalia, burung, hingga amfibi. Kawasan ini juga berperan penting dalam siklus karbon karena dapat menyerap gas rumah kaca (GRK).

Baca juga Site Karst Rammang-Rammang Segera Terima Pengakuan Global Geopark UNESCO

Daftar Kawasan Karst di Indonesia

Beberapa kawasan karst di Indonesia diantaranya adalah:

  • Naga Umbang Lhok Nga (Aceh)
  • Bahorok (Sumatera Utara)
  • Payakumbuh (Sumatera Barat)
  • Baturaja, Bukit Barisan (Sumatera Selatan)
  • Sengayau (Merangin, Jambi)
  • Sawarna (Lebak, Banten)
  • Sukabumi Selatan (Jawa Barat)
  • Karst Citatah-Rajamandala (Bandung Barat, Jabar)
  • Pangkalan (Karawang, Jawa Barat)
  • Cibinong-Ciampea-Cigudeg (Bogor, Jabar)
  • Pangandaran-Green Canyon (Ciamis, Jabar)
  • Gombong (Kebumen, Jateng)
  • Pegunungan Kapur Utara (Pati, Jateng – Lamongan, Jatim)
  • Pegunungan Kendeng (Grobogan, Jateng – Jombang, Jatim)
  • Pegunungan Sewu (Yogyakarta dan Wonogiri, Jateng – Tulungagung, Jatim)
  • Sampang (Madura)
  • Pegunungan Schwaner (Kalimantan Barat)
  • Sangkulirang-Mangkalihat (Kalimantan Timur)
  • Pegunungan Muller (Kalimantan Tengah)
  • Pegunungan Meratus (Kalimantan Selatan)
  • Tenggarong (Kalimantan Timur)
  • Taman Nasional Manupeu Tanah Daru (Sumba, NTT)
  • Maros-Pangkep (Sulawesi Selatan)
  • Wowaselea (Sulawesi Tenggara)
  • Pulau Muna (Sulawesi Tenggara)
  • Kepulauan Tukang Besi (Wakatobi, Sulawesi Tenggara)
  • Pulau Seram (Maluku)
  • Pulau Halmahera (Maluku Utara)
  • Fakfak (Papua Barat)
  • Pegunungan Lengguru (Kaimana, Papua Barat)
  • Biak dan Lorentz (Papua)
Baca juga Kawasan Karst Maros Pangkep Resmi Masuk Daftar UNESCO Global Geopark

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.