6 mitos larangan ibu hamil dalam budaya minangkabau apa saja - News | Good News From Indonesia 2024

6 Mitos Larangan Ibu Hamil dalam Budaya Minangkabau, Apa Saja?

6 Mitos Larangan Ibu Hamil dalam Budaya Minangkabau, Apa Saja?
images info

Indonesia dikenal akan kekayaan budaya yang ada di setiap daerahnya. Minangkabau merupakan salah satu adat budaya yang bisa Kawan jumpai, khususnya ketika berkunjung ke daerah Sumatra Barat.

Dalam budaya Minangkabau, terdapat sebuah mitos yang berisi larangan bagi seorang ibu hamil. Larangan ini ditujukan agar proses kehamilan sang ibu bisa berjalan lancar hingga melahirkan.

Terdapat beberapa larangan yang mesti dipatuhi oleh seorang ibu hamil berdasarkan mitos yang beredar tersebut. Kira-kira apa saja mitos larangan ibu hamil yang dipercaya oleh masyarakat Minangkabau?

1. Larangan Berjalan di Belakang Ibu Hamil

Dikutip dari artikel Sofia Marwati dan Ike Revita yang berjudul "Filosofi Dalam Mitor Kehamilan Perempuan Minangkabau," mitos pertama yang berkembang dalam budaya Minangkabau adalah adanya larangan berjalan di belakang ibu hamil. Misalnya ketika Kawan ingin melewati seorang ibu hamil yang sedang duduk, maka dianjurkan untuk berjalan di sisi depannya.

Mitos yang satu ini berkembang di Nagari Singkarak, Kabupaten Solok. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, jika seseorang berjalan di belakang ibu hamil, maka dikhawatirkan anak yang dikandungnya akan lahir dalam kondisi mata yang juling.

2. Larangan Memakan Kerupuk Kulit

Seorang ibu hamil juga dilarang memakan kerupuk kulit menurut mitos yang berkembang di tengah masyarakat Minangkabau. Sama seperti mitos sebelumnya, larangan ini juga berkembang di tengah masyarakat Nagari Singkarak, Kabupaten Solok.

Jika seorang ibu hamil memakan kerupuk kulit, maka dikhawatirkan bisa menimbulkan ketuban darah. Oleh sebab itu, para tetua biasanya akan memarahi seorang ibu hamil jika memakan kerupuk kulit dalam kesehariannya.

Upacara Adat Mitoni, Tradisi bagi Para Ibu Hamil Suku Jawa

3. Larangan Minum dari Gelas yang Retak

Mitos berikutnya terkait ibu hamil dalam budaya Minangkabau adalah larangan meminum air dari gelas yang retak. Sebab jika seorang ibu hamil meminum air dengan menggunakan gelas yang retak, maka dikhawatirkan hal ini bisa membuat anaknya terlahir dalam kondisi sumbing.

Jika dilihat secara logika, mitos ini sebenarnya bertujuan untuk menjaga keamanan sang ibu agar tidak terluka ketika meminum air.

4. Larangan Duduk di Atas Batu

Larangan berikutnya yang mesti dipatuhi ibu hamil menurut mitos yang berkembang di tengah masyarakat Minangkabau adalah duduk di atas batu. Seorang ibu hamil tidak diperbolehkan duduk di atas batu ketika beraktivitas sehari-hari.

Hal ini bertujuan agar proses melahirkan tidak mengalami kendala nantinya. Jika seorang ibu hamil duduk di atas batu, dikhawatirkan ari-ari di dalam kandungan akan menempel dengan sang anak, sehingga bisa mempersulit proses lahiran.

Mengenal Tradisi Jawa Mapati untuk Ibu Hamil

5. Larangan Menggunakan Hijab dengan Cara Dililit

Mitos berikutnya terkait larangan ibu hamil dalam budaya Minangkabau adalah larangan menggunakan hijab dengan cara dililit. Jika seorang ibu hamil melakukan hal yang satu ini, maka janin yang ada di dalam kandungannya bisa terlilit tali pusar.

Secara filosofis, mitos ini sebenarnya mengajarkan kesederhanaan bagi seorang ibu hamil agar tidak menggunakan pakaian yang berlebihan.

6. Larangan Berdiri di Depan Pintu

Mitos terakhir terkait larangan ibu hamil dalam budaya Minangkabau adalah tidak diperbolehkan untuk berdiri di depan pintu. Jika seorang ibu hamil berdiri di depan pintu, maka dikhawatirkan janin yang dikandungnya akan susah dilahirkan nantinya.

Itulah beberapa mitos larangan ibu hamil dalam budaya Minangkabau. Pada dasarnya tidak ada hubungan secara logis antara mitos larangan ini dengan dampak yang akan dirasakan oleh seorang ibu hamil.

Meskipun demikian, mitos ini secara filosofis tetap memiliki makna untuk menjaga kesehatan seorang ibu hamil agar bisa menjalankan proses lahiran dengan lancar nantinya.

Sumber:
- Marwati, Sofia, dan Ike Revita. "Filosofi Dalam Mitor Kehamilan Perempuan Minangkabau." Lisan: Jurnal Bahasa dan Linguistik 8.2 (2019): 83-90.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.