Apakah Kawan sudah mengetahui tentang salah satu tokoh politik penting pada periode awal setelah kemerdekaan Indonesia, yakni Mohammad Natsir. Tokoh kelahiran Alahan Panjang, Solok pada 17 Juli 1908 ini pernah mengisi beberapa jabatan penting dalam tatanan pemerintahan Indonesia.
Beberapa posisi yang pernah ditempati oleh Mohammad Natsir di antaranya Menteri Penerangan dan Perdana Menteri Indonesia. Selain itu, Natsir juga berperan penting dalam membentuk salah satu partai besar di awal kemerdekaan Indonesia, yakni Majelis Syuro Muslimin Indonesia atau Masyumi.
Lantas bagaimana kisah kehidupan dan karir politik dari seorang Mohammad Natsir di masa lalu?
Kehidupan Mohammad Natsir
Dilansir dari esi.kemdikbud.go.id, Natsir menghabiskan masa kecilnya di daerah asalnya, yakni di Alahan Panjang, Solok. Dirinya lahir di dalam lingkungan keluarga yang memegang teguh ajaran agama Islam.
Tidak heran, Natsir sudah mendapatkan pendidikan agama dari lingkungan keluarganya sedari kecil. Natsir pertama kali menempuh pendidikan di lembaga resmi ketika dia disekolahkan oleh orang tuanya di Hollandsch Inlandsche School atau HIS Adabiyah yang ada di Padang. Namun dirinya tidak lama bersekolah di Padang setelah orang tuanya memutuskan untuk memindahkan Natsir ke HIS Solok beberapa bulan kemudian.
Debat Sengit Aidit-Natsir: Sampai Ingin Lempar Kursi, tapi Jadi Teman Ngopi di Luar Sidang
Mohammad Natsir berhasil menyelesaikan pendidikannya di HIS pada 1923. Natsir kemudian melanjutkan pendidikannya di sekolah Meer Uitgebreid Lager Onderwijs atau MULO yang ada di Padang.
Di sekolah MULO inilah Natsir sudah mulai aktif di beberapa organisasi, seperti Pandu Nationale Islamitische Padvinderij dan Jong Islamieten Bond. Setelah menyelesaikan sekolah MULO pada 1927, Natsir mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di Algemene Middelbare School atau AMS Bandung dan mengambil jurusan Kesusastraan Barat Klasik.
Karir Politik Mohammad Natsir
Bibit politik Mohammad Natsir sebenarnya sudah mulai muncul semenjak dirinya menginjak usia remaja. Dikutip dari artikel Yusafrida Rasyidin yang berjudul "Kiprah Politik Mohammad Natsir," ketertarikan Mohammad Natsir pada dunia politik mulai muncul ketika dirinya sudah mulai aktif berorganisasi saat bersekolah MULO di Padang.
Ketertarikan ini semakin muncul ketika Natsir pindah ke Bandung untuk melanjutkan pendidikannya. Di kota kembang inilah, dirinya juga pertama kali mulai aktif di bidang politik dengan bergabung menjadi anggota partai.
Pada 1938, Mohammad Natsir bergabung sebagai anggota Partai Islam Indonesia (PII) cabang Bandung. Dua tahun berselang, dirinya bahkan berhasil menjadi ketua PII Bandung dan menjabat hingga 1942.
Keterlibatan Mohammad Natsir dalam dunia politik semakin aktif pada masa pendudukan Jepang. Pada periode ini, dia bergabung dengan salah satu organisasi besar Islam yang ada pada masa itu, yakni Majelis Syuro Muslimin Indonesia atau Masyumi. Natsir pula lah yang nantinya ikut berperan penting dalam pembentukan Partai Masyumi nantinya.
Jejak Mohammad Natsir yang Melawan Zionisme Melalui Diplomasi dan Tulisan
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Mohammad Natsir mendapatkan peran penting dalam struktur pemerintahan. Dirinya ditunjuk oleh Presiden Soekarno untuk menjadi Menteri Penerangan Republik Indonesia pertama.
Kemudian Natsir juga dipercaya untuk menjadi Perdana Menteri Indonesia pada 1950. Akan tetapi, Natsir hanya memangku jabatan tersebut selama satu tahun saja karena dirinya mulai berselisih paham dengan Presiden Soekarno.
Hubungan antara dua tokoh bangsa ini menjadi runcing setelah Presiden Soekarno membubarkan Partai Masyumi yang dipimpin oleh Natsir. Selain itu, Mohammad Natsir juga ditangkap dan diasingkan karena dianggap terlibat dalam gerakan Pemberontakan Rakyat Republik Indonesia atau PRRI Permesta.
Pada 1966, Natsir dibebaskan dari pengasingannya. Selepas keluar dari penjara, Natsir tetap kritis dalam mengkritik pemerintah, termasuk ketika rezim sudah berganti ke masa Orde Baru di bawah pimpinan Presiden Soeharto.
Mohammad Natsir meninggal dunia pada Februari 1993 lalu. Berkat jasanya terhadap republik ini, Pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Mohammad Natsir pada 10 November 2008 silam.
Sumber:
- https://esi.kemdikbud.go.id/wiki/Mohammad_Natsir
- Rasyidin, Yusafrida. "Kiprah Politik Mohammad Natsir." Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam 8.2 (2012): 57-83.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News