Ada dua pendapat berbeda mengenai asal mula nama daerah Situbondo. Pertama, nama Situbondo diambil dari nama Pangeran Aryo Gajah Situbondo, seorang ksatria dari Madura yang makamnya berada di wilayah tersebut.
Kedua, nama Situbondo berasal dari kata "siti" yang berarti tanah dan "bondo" yang berarti ikat, yang mengacu pada kepercayaan bahwa setiap pendatang yang datang akan terikat untuk tinggal di tanah Situbondo.
Kabupaten Situbondo dibentuk dari sejarah Karesidenan Besuki, karesidenan pertama di Jawa Timur.
Awalnya, Situbondo adalah bagian dari Karesidenan Besuki yang dipimpin oleh Ki Pateh Abs pada tahun 1700, sebelum diserahkan kepada Tumenggung Joyo Lelono.
Pada masa kekuasaan Belanda, wilayah ini berhasil dikuasai dan bahkan disewakan kepada Inggris dan China karena Belanda kekurangan biaya pemerintahan.
Baca Juga: Pasir Putih Situbondo dan Wisata Lain yang tak Boleh Dilewatkan!
Setelah berhasil ditebus kembali oleh Belanda, pada tahun 1820, Raden Noto Kusumo, putra Pangeran Sumenep Madura, diangkat sebagai Residen Pertama Karesidenan Besuki dengan gelar Raden Tumenggung Prawirodiningrat I.
Selama masa pemerintahan Raden Tumenggung Prawirodiningrat I, banyak pembangunan dilakukan, termasuk pembangunan Dam Air Pintu Lima di Desa Kotakan Situbondo.
Awalnya bernama Kabupaten Panarukan, pada masa pemerintahan Bupati Achmad Tahir, namanya diubah menjadi Kabupaten Situbondo dengan Ibukota Situbondo berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 28/1972.
Kabupaten Situbondo telah mengalami berbagai perubahan dan perkembangan sejak awal pembentukannya hingga sekarang, dengan sejarah yang kaya dan menarik.
Selama pemerintahan Prawirodiningrat I, pembangunan infrastruktur di Situbondo mencakup berbagai proyek yang memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Proyek-proyek signifikan yang dilaksanakan meliputi pembangunan jalan di beberapa desa, seperti Desa Curah Tatal dan Jatisari, yang bertujuan meningkatkan aksesibilitas dan mendorong ekonomi setempat.
Selain itu, pemerintahan ini juga fokus pada pembangunan rumah tidak layak huni untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan menyediakan rumah yang layak huni.
Bupati Situbondo, Karna Suswandi, juga mengumumkan pembangunan infrastruktur lainnya seperti Alun-Alun Situbondo dan Asembagus, yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan infrastruktur di Situbondo selama pemerintahan Prawirodiningrat I berfokus pada peningkatan aksesibilitas, kualitas hidup, dan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Baca Juga: Setelah Taman Nasional Baluran, Pantai Sijile Diprediksi Jadi Primadona Wisata Situbondoondo
Pengaruh Kolonialisme Belanda terhadap Situbondo
Pengaruh kolonialisme Belanda terhadap Situbondo sangat signifikan dan mencakup berbagai aspek ekonomi, politik, dan sosial.
Dalam bidang ekonomi, pemerintah Belanda (VOC) menyewakan tanah di Situbondo kepada orang-orang Cina, seperti keluarga Tan dan Han, yang memiliki hubungan dekat dengan Hendrik Breton, pemimpin VOC di Semarang.
Keluarga Han berhasil menguasai daerah Situbondo dengan memungut pajak dan memonopoli penjualan komoditas tertentu, menyebabkan monopoli oleh penjajah dan menciptakan situasi ekonomi yang tidak sehat.
Dalam bidang politik, ekspansi kekuasaan kolonial pada abad ke-19 membawa perubahan besar-besaran di Situbondo, dengan pengaruh kolonialisme yang sangat besar dalam membawa perubahan-perubahan yang berdampak pada masyarakat setempat.
Dalam bidang sosial, kehidupan masyarakat di Situbondo berkembang dengan adanya pengaruh kolonialisme, seperti pembentukan Pengadilan Agama Situbondo berdasarkan Keputusan Kerajaan Belanda pada tahun 1882, yang menunjukkan pengaruh kolonialisme dalam mengatur kehidupan sosial dan hukum di daerah tersebut.
Pengaruh kolonialisme Belanda terhadap Situbondo sangat luas dan berdampak pada berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk ekonomi, politik, dan sosial.
Baca Juga: Simak Tape Sorgum, dan Makanan Unik dari Sorgum Khas Situbondo
Keadaan Situbondo Saat Ini
Saat ini, Situbondo sedang mengalami berbagai perkembangan yang mencakup pembangunan infrastruktur seperti Alun-Alun Situbondo dan Asembagus, serta proyek pembangunan fasilitas kesehatan baru di RSUD dr. Abdoer Rahem.
Pemerintah kabupaten juga aktif dalam meningkatkan kesejahteraan sosial melalui acara-acara seperti halal bihalal dan distribusi bantuan sosial seperti kursi roda.
Selain itu, ada upaya kuat dalam pembangunan ekonomi berbasis kompetensi dengan pelatihan kerja dan bantuan kepada kelompok tani untuk meningkatkan produksi pertanian.
Program mudik gratis dengan transportasi laut juga dilaksanakan untuk mendukung mobilitas masyarakat di daerah tersebut.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News