bukan portugis arsitek taman sari yogyakarta ternyata berasal dari madiun - News | Good News From Indonesia 2024

Bukan Portugis, Arsitek Taman Sari Yogyakarta Ternyata Berasal dari Madiun

Bukan Portugis, Arsitek Taman Sari Yogyakarta Ternyata Berasal dari Madiun
images info

Taman Sari yang berada di Yogyakarta mempunyai bangunan arsitektur yang kokoh. Gaya arsitekturnya bercampur dengan nuansa Eropa, China ditambah unsur filosofi Jawa, Buddha dan Hindu yang kental.

Pemandu Taman Sari, Budiyono menjelaskan bangunan ini dibangun atas permintaan dari Sultan Hamengkubuwono I. Ternyata hal ini disambut oleh bupati di Madiun yang saat itu masuk ke wilayah Kesultanan Yogyakarta.

Lava Tour Merapi: Paket, Destinasi, dan Tipsnya

“Kalau yang bangun itu Tumenggung Mangundipuro orang Madiun. Madiun kan masuk Mataram. Orang Madiun ini membangun lima tahun dilanjutkan Pangeran Notokusumo Pakualaman. Konsepnya meniru gaya Eropa,” ujarnya yang dimuat Liputan6.

Dirinya meluruskan bangunan ini tidak dibangun oleh Demang Tegis yang orang Portugis. Karena saat itu ada orang Portugis yang terdampak di Pantai Selatan. Dia menegaskan yang membangunnya adalah Tumenggung Mangun Dipuro.

“Kalau Demang Tegis itu tambah-tambahan saja, yang bangun itu orang Eropa Madiun itu niru gaya Eropa,” ujarnya.

Bukti loyalitas

Dimuat dari Benteng Terakhir Kesultanan Yogyakarta: Riwayat Raden Ronggo Prawirodirjo III dari Madiun Sekitar 1779-1810 dijelaskan bahwa bupati Madiun membawa masyarakatnya datang ke Yogyakarta setahun sekali untuk merayakan Grebeg Maulud.

Hal ini sebagai bukti loyalitas orang Madiun kepada Raja Yogyakarta yang ketika itu baru berpisah dari Kasunanan Surakarta akibat Perjanjian Giyanti.(1755). Proses pembangunan itu juga dikisahkan sebagai momen loyalitas rakyat.

Awas, Tempat Wisata di Yogyakarta Ini Tidak Boleh Dikunjungi Bersama Pasangan

Diceritakan ketika itu masyarakat yang dibawa ke ibu kota memikul beban kerja rodi yang sangat berat. Mereka ditugaskan melaksanakan aneka proyek pembangunan di sekitar ibu kota keraton, salah satunya Taman Sari.

Di sisi lain, Madiun juga mendapatkan keringanan pajak dari Keraton Yogyakarta. Namun, pembangunan Taman Sari yang memakai tenaga rakyat malah menghabiskan dana lebih besar daripada pembayaran pajak dalam satu tahun.

“Maka dari itu, dia memohon untuk berhenti pada Sultan. Kemudian Sultan memerintahkan K.P.H Natakusuma untuk menyelesaikan bangunan itu atas biaya yang ditanggung Sultan sendiri.” jelas Sartono Kartodirjo yang dimuat dari National Geographic.

Jadi benteng terakhir

Budiyono menyebut bangunan ini memiliki dinding yang sangat tebal. Tebalnya dinding ini menjadi penanda fungsi Taman Sari sebagai benteng Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat pada masa itu.

“Ini benteng pertahanan, HB III dia lari ke lorong itu. Makannya bangunannya lebih tebal dari keraton ada 1 setengah dan ada dua meter tebalnya,” katanya.

Dirinya menyebut Sultan HB I sangat tinggi filosofi hidunya. Karena itu semuanya diatur mulai dari arsitekturnya hingga makna di dalamnya, salah satunya adalah ukiran sengkolo atau sengkalan (waktu) mulainya pembangunan Taman Sari.

Bagi Pejalan Kaki, Berikut 4 Kota dengan Jalur Pedestrian Terbaik di Indonesia!

Diketahui pembangunan Taman Sari membutuhkan waktu selama tujuh tahun. Tapi hingga kini, bangunan Taman Sari itu masih berdiri kokoh dan menjadi pusat wisata dari masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.’

“Catur Nogo Roso Tunggal (4861) dibalik jadi 1684, ini tahun Jawa. Proses pembangunan Taman Sari,” ujarnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.