kolaborasi mahasiswa kkn ppm ugm dalam perayaan malam satu suro di desa jagara kuningan - News | Good News From Indonesia 2024

Kolaborasi Mahasiswa KKN-PPM UGM dalam Perayaan Malam Satu Suro di Desa Jagara, Kuningan

Kolaborasi Mahasiswa KKN-PPM UGM dalam Perayaan Malam Satu Suro di Desa Jagara, Kuningan
images info

Dalam bermasyarakat, berbagai tradisi sering kali dilakukan untuk memperingati hari atau tanggal penting yang bermakna. Malam Satu Suro menjadi salah satu dari hari tersebut bagi masyarakat Indonesia, khususnya yang beragama Islam, sebagai malam untuk menyambut kehadiran tahun baru Hijriah.

Sebagai tradisi tahunan, Malam Satu Suro erat kaitannya dengan kedudukan bulan Muharam yang istimewa bagi umat Islam. Tradisi tersebut dimeriahkan melalui pelaksanaan kegiatan masyarakat yang beragam di berbagai daerah sekitar Pulau Jawa.

Melalui tradisi Malam Satu Suro, sub-unit tim mahasiswa KKN-PPM UGM Periode 2 di bawah nama Kilau Darma yang melaksanakan KKN di Desa Jagara, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan berkesempatan untuk berpartisipasi dalam rangka upaya pelestarian budaya tersebut.

Berawal dari pertemuan antara tim mahasiswa bersama perangkat Desa Jagara di Kantor Kepala Desa pada Rabu, 3 Juli 2024, tim mahasiswa dan pemerintah desa serta jajaran ketua RT setempat berkolaborasi untuk memeriahkan perayaan Malam Satu Suro bersama-sama.

Kepala Desa Nikah Lagi di Peringatan Malam Satu Sura

Persiapan awal dilaksanakan pada tanggal 6 Juli 2024, pukul 08.00 WIB pagi, di GOR Jagara dengan agenda pembuatan bubur sura. Mahasiswa bersama perwakilan desa mempersiapkan bahan untuk kurang lebih 1.000 porsi bubur yang nantinya akan dibagikan kepada seluruh masyarakat Jagara secara gratis.

Pada dasarnya, bubur sura Desa Jagara merupakan bubur dengan isian kacang-kacangan, seperti kacang tanah dan jagung, yang diberi taburan telur suir dan abon, ucap salah satu warga Jagara. Bubur ini menjadi ciri khas bubur Malam Satu Suro karena tanpa penambahan kuah ataupun ayam.

Bubur sura memiliki cita rasa gurih dan bertekstur lembut karena proses pembuatannya yang cukup lama dengan takaran adonan dan bumbu tertentu. Kegiatan ini berlangsung hingga sore hari dan dilanjutkan setelah salat isya.

Perayaan Malam Satu Suro di Desa Jagara secara inti terdiri atas dua rangkaian acara utama, yakni pelaksanaan Pawai Obor serta pembagian bubur sura kepada masyarakat. Pawai Obor melambangkan semangat dan harapan baru yang diterangi oleh cahaya, sedangkan bubur sura merupakan hidangan khusus yang biasanya disajikan sebagai simbol kebersamaan dan keberkahan.

Pawai Obor Desa Jagara merupakan adat atau kebiasaan warga berkeliling mengitari wilayah desa sembari membawa obor yang diiringi sholawat serta hadroh. Pawai dimulai dengan sambutan dari kepala desa atau kerap disapa ‘kuwu’ di depan halaman kantor kepala desa.

Pembukaan pawai diawali dengan acara simbolis berupa penyalaan obor yang diserahkan dari Pak Kuwu Umar kepada perwakilan dua mahasiswa, laki-laki dan perempuan, sebagai penanda awal pawai. Obor yang digunakan terbuat dari bambu yang diberi sumbu kain perca pada bagian atasnya dan disiram dengan minyak tanah.

Kegiatan ini dimeriahkan oleh perwakilan dari masing-masing RT di Desa Jagara dengan rute pawai bermula di halaman Kantor Kepala Desa, dilanjut dengan berjalan kaki ke taman desa, jalanan depan SDN Jagara, dan titik akhir di Masjid Jami Baturrahman.

7 Tempat Wisata yang Menjadi Lokasi Ritual di Malam Satu Suro

Setelah pawai berakhir, warga akan mendapat bubur sura yang disantap bersama-sama di halaman masjid dan ditutup dengan pengajian Malam Satu Suro. Secara keseluruhan, kegiatan Malam Satu Suro di Desa Jagara berlangsung dengan meriah dan khidmat.

Tradisi perayaan Malam Satu Suro bukan hanya semata sebagai ritual saja, tetapi didalamnya terdapat makna, simbol, dan identitas budaya. Selain sebagai upaya pelestarian budaya, tradisi Malam Satu Suro ini juga dapat menjadi ajang silaturahmi yang membentuk solidaritas antar warga Desa Jagara.

Melalui partisipasi aktif Tim KKN-PPM UGM, mahasiswa secara tidak langsung berkontribusi dalam pelestarian kebudayaan yang ada di masyarakat. Dengan demikian, mahasiswa berharap kegiatan ini dapat terus berlangsung setiap tahunnya dan melibatkan masyarakat luas untuk lebih mengenal kebudayaan yang ada di sekitar mereka.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KU
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.