haruskah kita berkendaraan listrik - News | Good News From Indonesia 2024

Haruskah Kita Berkendaraan Listrik?

Haruskah Kita Berkendaraan Listrik?
images info

Pengenalan bus listrik di Jakarta belakangan ini menandai langkah besar dalam upaya kota untuk mengurangi polusi udara dan meningkatkan kualitas lingkungan. Dinas Perhubungan DKI Jakarta berencana menambah 200 bus listrik untuk Transjakarta pada 2024.

Pengadaan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan angkutan umum dalam rangka mempermudah dan memberi kenyamanan terhadap mobilitas masyarakat. Hal ini sejalan dengan upaya mitigasi Pemprov DKI Jakarta untuk mewujudkan target penurunan emisi gas rumah kaca di Wilayah DKI Jakarta sebesar 30% pada Tahun 2030 dan net zero emission pada tahun 2050.

Langkah ini tidak hanya mengundang pertanyaan tentang masa depan transportasi umum, tetapi juga menggugah diskusi lebih luas tentang transisi menuju kendaraan listrik secara luas.

Secara ekonomi, kendaraan listrik menawarkan potensi penghematan yang signifikan dalam biaya operasional dibandingkan kendaraan berbahan bakar fosil. Biaya pengisian daya listrik relatif lebih rendah daripada membeli bahan bakar konvensional.

Namun, biaya awal untuk membeli kendaraan listrik masih menjadi hambatan besar bagi banyak individu. Meskipun adanya insentif pajak dan subsidi dari pemerintah, daya beli masyarakat terhadap kendaraan listrik masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan pembelian kendaraan berbahan bakar fosil.

Eco-Robotics, Prospek Kerja dalam Climate Action untuk Masa Depan Indonesia Bebas Emisi

Tingginya harga baterai kendaraan listrik menjadi salah satu alasan utama mengapa banyak konsumen masih enggan beralih dari kendaraan bermesin konvensional. Meski teknologi kendaraan listrik menawarkan banyak keunggulan, harga baterai yang mahal menjadi kendala besar.

Berdasarkan artikel dari CNBC Indonesia, harga baterai standar sekitar Rp300 juta, dan baterai long range kira-kira mencapai Rp400 juta sehingga banyak konsumen masih menunda peralihan ke kendaraan listrik sampai teknologi baterai menjadi lebih terjangkau.

Jika kita melihat dari sisi lingkungan, kendaraan listrik tidak menghasilkan emisi langsung selama digunakan. Hal ini tentu membantu mengurangi polusi udara di perkotaan yang sering kali menderita karena macet dan polusinya.

Namun, dampak lingkungan dari siklus hidup baterai kendaraan listrik, termasuk proses ekstraksi bahan baku, manufaktur, dan pembuangan akhir, masih menjadi perdebatan. Pengelolaan limbah baterai kendaraan listrik setelah masa pakainya habis menjadi tantangan besar. Sebab, baterai yang tidak didaur ulang dengan benar dapat mencemari lingkungan dengan bahan kimia berbahaya.

Sumber energi yang digunakan untuk mengisi daya baterai juga menjadi faktor penting. Meskipun demikian, pergeseran ini dapat mengurangi jejak karbon secara keseluruhan jika sumber daya energi untuk mengisi daya kendaraan listrik berasal dari energi terbarukan.

Jangka panjang transisi penggunaan kendaraan listrik memiliki dampak dari berbagai konteks. Secara ekonomi, negara-negara yang memimpin dalam produksi dan adopsi kendaraan listrik dapat mengambil keuntungan besar dari pertumbuhan industri baru dan lapangan kerja yang terkait dengan teknologi hijau.

Indonesia Punya Kalkulator Emisi Karbon, Bagaimana Cara Kerjanya?

Kendaraan listrik berpotensi menjadi pilar utama dalam upaya global untuk mengurangi emisi karbon dan mengatasi perubahan iklim. Namun, untuk mencapai potensi sepenuhnya, penting untuk mengembangkan infrastruktur pengisian listrik yang luas dan efisien, serta kebijakan yang mendorong penggunaan energi terbarukan dalam memproduksi listrik.

Kesiapan pemerintah memainkan peran kunci dalam memfasilitasi transisi ini dengan kebijakan yang mendukung, insentif pajak yang relevan, dan investasi dalam infrastruktur yang diperlukan. Pemerintah juga harus mempertimbangkan kesiapan teknologi dan kapasitas produksi dalam mendorong adopsi kendaraan listrik secara massal.

Sebenarnya penggunaan kendaraan listrik jika diterapkan untuk transportasi umum adalah langkah maju yang positif dalam mengurangi emisi karbon dan meningkatkan kualitas udara. Kendaraan listrik seperti bus listrik membantu mengurangi polusi, kebisingan, dan ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Namun, jika membeli mobil listrik untuk keperluan pribadi bukanlah solusi ideal. Infrastruktur pengisian daya yang terbatas, proses produksi dan daur ulang baterai yang tidak ramah lingkungan, serta masalah kepadatan lalu lintas dan biaya tinggi membuat hal ini menjadi kurang efisien.

Sebaliknya, penggunaan kendaraan listrik dalam transportasi umum lebih efektif dan adil memberikan manfaat lingkungan yang lebih besar dan merata.

Tantangan dalam pengadopsian kendaraan listrik masih cukup signifikan dari segala aspek. Manfaat jangka panjang dari segi ekonomi, lingkungan, dan sosial memberikan landasan yang kuat untuk mempertimbangkan transisi ini dengan serius. Namun, pertanyaannya bukan lagi "haruskah kita?", tetapi "bagaimana dan kapan kita dapat mewujudkan perubahan ini secara efektif dan inklusif bagi semua?".

Transisi ke kendaraan listrik bukan hanya tentang mengubah cara kita berkendara, tetapi juga tentang merancang masa depan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk generasi mendatang.

Ada 81 Miliar Pohon di Indonesia, Cukupkah untuk Menyerap Emisi?

Sumber:

https://www.cnbcindonesia.com/news/20231123174759-4-491533/jangan-kaget-harga-baterai-mobil-wuling-air-ev-segini

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/11/01/16523641/dishub-dki-berencana-tambah-200-bus-listrik-transjakarta-pada-2024

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

BL
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.